Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk perjalanan dari sekolah sampai ke tempat renang, akhirnya rombongan SMA Prisma sampai ke tempat tujuan. Satu persatu anak-anak turun dari dalam bus termasuk Letta dan Alex.
"Letta, maafin gue tadi gak bisa bantu pas lo sakit." kata Mira begitu bertemu Letta setelah turun dari bus.
Mira memeluk Letta mengucapkan ucapan maafnya. Sungguh kalau ia bisa, ia akan membantu tapi ia tidak bisa. Apalagi dengan adanya Galih yang terus menerus mengomporinya untuk tidak mengganggu Alex dan Letta yang duduk bersama. Setiap kali Mira akan beranjak dan mau membantu Letta, Galih selalu menahannya dan mengatakan kalau Alex bisa melalukannya sendiri, dan juga dengan alasan lainnya yang membuat Mira kali itu setuju dengan omongan Galih.
"Iya gak apa-apa, gue juga udah sehat sekarang." ucap Letta melepaskan pelukannya dengan Mira.
"Tadi waktu gue ngasih kayu putih, muka lo kelihatan pucat banget tahu nggak. Gue jadi merasa bersalah gak bisa apa-apa."
Letta tertawa kecil, temannya yang satu ini memang kerap bersikap berlebihan. Padahal saat ini dirinya sudah sehat kembali. Ia jadi bersyukur punya teman seperti Mira.
"Gue kan udah bilang gak apa-apa. Lagian tadi gue malah ketiduran, jadinya gak ngerasa pusing ataupun mual lagi waktu di jalan." jelas Letta santai.
"Tumben lo bisa tidur, biasanya lo kalau naik bus susah tidurnya." Mira mengerutkan dahinya bingung.
Letta juga bingung mau jawab apa karena memang benar apa yang dikatakan Mira, ia termasuk susah tidur kalau sedang dalam perjalanan. Biasanya kalau ke kolam renang juga ia belum pernah tidur selama perjalanan. Tapi sekarang beda, dan yang membuatnya berbeda adalah obat dari Alex. Ahh iya, Letta jadi tahu akan menjawab apa.
"Tadi Alex ngasih gue antimo terus gue minum. Mungkin efek obatnya makanya gue ngantuk terus tidur deh." jawab Letta enteng.
Mira hanya mengangguk tanda mengerti. "Tapi selama lo sakit, dia gak nakal kan sama lo?"
Mira mengacungkan tangannya ke orang yang ia sebut dia, dia itu Alex. Alex berdiri cukup jauh dari mereka. Cowok itu sedang sibuk berkutat dengan hpnya. Entah apa yang sedang cowok itu lakukan, tadi begitu Alex turun ia langsung menjauh dan mulai sibuk sendiri dengan hpnya.
Letta yang melihat Alex menjauh hanya bersikap tak acuh, toh urusan Alex tidak ada sangkut pautnya sama dia.
"Enggak kok, dia malah banyak bantuin gue." Letta mengibaskan tangannya ke depan.
Kemudian Letta mendekat dan berbisik. "Lo tahu nggak kenapa dia gak pake seragamnya?"
Mira menggeleng. "Enggak, emangnya kenapa?"
"Karena gue muntah ke seragamnya." Letta terkikik geli mengingatnya.
"Apa?! Jadi dia gak pake seragam karena lo muntah ke seragamnya?!" Mira terpekik cukup keras membuat Letta berkeinginan membenturkan kepala temannya itu ke tiang.
"Iiishh jangan teriak juga kali." Letta memukul bahu Mira ringan.
"Sorry, reflek aja tadi." Mira mengacungkan dua jarinya ke atas.
Letta tidak menjawab, matanya melirik ke arah Alex berada. Rupanya cowok itu sudah selesai dengan kegiatannya dan sekarang sedang berjalan ke arahnya. Harusnya ia meminta maaf karena sudah muntah ke seragam cowok itu, harusnya ia berterima kasih pada Alex sudah mau membantunya dan seharusnya Letta berterima kasih karena selama ia tidur, Alex meminjamkan bahunya untuk Letta gunakan sebagai bantal.
Yang terakhir ini ini memang di luar kehendaknya dan ia bahkan tidak sadar sebelum akhirnya ia bangun dengan kepala yang terbaring ke bahunya Alex. Spontan saat bangun ia kaget sekali lalu segera menegakkan badannya dan berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...