Part 16

1.7K 144 15
                                    

Letta mengikat tali sepatunya kuat-kuat agar nanti tidak lepas ketika pelajaran olahraga. Setelah memberi salam pada Wulan dan Haris, ia berjalan cepat ke arah dua orang yang sudah berdiri menungguinya sejak beberapa menit yg lalu di pinggir jalan.

Letta melihat Alex memberikan tatapan bertanya sembari melirik ke satu orang laki-laki yang berada di sana juga. Tadi saat Alex ke rumah Letta, ia dikasih tahu oleh Wulan supaya duluan ke jalan dan menghampiri seorang lelaki disana. Ia kira nanti Letta yang akan membawa sepedanya keluar, tapi ternyata sekarang Letta sudah keluar dengan tangan kosong.

"Ayo, Nak Letta." ujar lelaki itu yang sudah siap di sepeda motor miliknya.

Alex memicingkan matanya ke arah Letta meminta jawaban. Alex sudah mulai berpikir yang aneh tentang hal ini dan jangan sampai apa yang ia duga itu menjadi kenyataan.

Letta menggigit bibirknya sedikit gugup ditatap seperti itu oleh Alex.

"Kita... bertiga... naik motor, Alex." ucap Letta pelan disertai dua jari naik ke atas dan memberikan senyum ala iklan pasta gigi ke Alex.

Alex menatap Letta horor seakan akan hal tadi adalah hal yang paling mengerikan yang pernah ia dengar.

"Bertiga? Maksudnya gue, lo, sama dia?" Alex menunjuk ke arah lelaki yang berada di motor.

Letta meringis, untung saja posisi mereka membelakangi Kang Asep, lelaki yang berada di motor itu, dan juga beruntung Alex mengatakannya dengan suara lirih, kalau tidak bisa saja menyinggung Kang Asep.

"Iya." Letta mengangguk.

"Kenapa harus bertiga?"

"Karena motornya cuma satu, Alex. Motor papa gue mau dipake buat kerja dan dia berangkatnya pagi jadi gak bisa nganterin."

"Dan lelaki itu tukang ojek?"

Letta menggumam mengiyakan. Mengetahui hal itu, Alex menghembuskan nafasnya kasar lalu mencekal pergelangan tangan Letta dan menarik tubuh cewek itu mendekat.

Letta kaget sekaligus merinding ketika Alex berbisik dekat telinganya. "Jangan bercanda, Ta. Maksud lo apa, kenapa gak pake sepeda aja."

Letta kemudian menjawab. "Kalau naik sepeda nanti keburu capek, apalagi nanti katanya olahraganya itu praktek lari. Kaki lo bisa pegel kalau buat ngayuh sepeda, dan gue gak mau lo nyalahin gue kalau misal nanti lo dapat nilai jelek. Lagian kalau naik motor juga lebih cepet sampe ke sekolahnya."

Melihat Alex yang mengernyit tidak suka membuat Letta berkesimpulan kalau Alex pasti tidak setuju dengan idenya ini.

"Gak, gak, gue gak mau. Mending gue jalan kaki." Alex berbalik dan sebelum ia berjalan jauh gilliran Letta memberanikan diri untuk menahan lengannya. Kasihan, bisa lebih capek kalau Alex jalan kaki.

"Lo gak boleh jalan kaki, ikutin ide gue aja, please." pinta Letta dengan tatapan memohon.

"Gila lo." dengusnya. Alex berbalik lagi.

Dasar kepala batu. Dikasih yang mudah malah maunya yang susah, gerutu Letta dalam hati.

"Kalau lo gak mau bareng, gue bakalan ngasih tahu ke nenek lo kalau lo suka ngerokok bahkan merokok di sekolah." ancam Letta cukup keras membuat tubuh Alex menegang seketika.

Sebenarnya Letta tidak ada niatan mengadu sama sekali, bahkan itu hanya spontan terucap tiba-tiba dari mulutnya, tapi ternyata ucapan spontannya tadi memberikan pengaruh besar pada Alex karena setelahnya cowok itu membalikkan badannya.

"Lo pikir siapa bisa ngancem gue kayak gitu." Alex memicingkan matanya.

"Gue, Arletta Zachary." ucap Letta dengan cengiran lebarnya.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang