Setelah hampir lima belas menit bersepeda akhirnya Letta dan Alex tiba juga di sekolah. Diparkirkannya sepeda yang mereka naiki ke tempat parkir, kedua anak itu kemudian berjalan bersama menuju ke kelas.
Letta menghela nafas lelah, apalagi melihat ke arah lapangan yang sudah kosong, pertanda pelajaran olahraga sudah selesai dan bisa ia pastikan kelasnya sudah mulai berganti pelajaran.
"Kalau nanti udah ada guru yang ngajar, lo yang ngasih alasannya." kata Letta sembari mengelap keringatnya di dahinya dengan tangan.
Alex mengangguk mengiyakan. Ia tetap berjalan dan sampai di depan kelas.
"Lo masuk duluan." Letta mengarahkan dagunya ke pintu yang tertutup.
"Dasar cewek maunya enak doang." gerutu Alex masih bisa didengar Letta. Ia pun mengetuk pintu kelas dan masuk setelah dipersilahkan.
Letta mengikutinya dari belakang. Ia meremas tangannya yang mulai berkeringat mengingat guru yang sedang mengajar di kelasnya ini termasuk dalam jajaran guru terkiller.
"Permisi, Bu. Maaf, kami berdua terlambat." ucap Alex datar tanpa menampilkan raut wajah menyesal sama sekali.
Mendengar itu Bu Suparyati menoleh dan membenarkan letak kaca mata hitamnya yang turun lalu menatap Alex dan juga Letta dari atas ke bawah. Sedetik kemudian tatapannya berubah menjadi keras.
"Kemana saja kalian, kenapa baru ikut pelajaran saya?!" tanya Bu Suparyati tegas.
"Begini, Bu. Jadi tadi teman saya si Letta ini sakit waktu pelajaran olahraga. Jadi saya sebagai teman yang baik membawa dia ke UKS. Dan berhubung teman saya ini lebih baik dari saya, dia katanya tidak mau melewatkan pelajarannya ibu jadi dia minta buat kembali ke kelas saja daripada tidur enak-enakan di UKS. Alhasil kita berdua balik ke kelas buat ikutan pelajaran. Begitu, Bu." jelas Alex dengan tenang seakan-akan perkatannya tadi benar adanya.
Letta yang mendengar itu membulatkan matanya. Gila saja, cowok di depannya ini malah mengatakan hal yang tidak benar ke Bu Suparyati. Bukan hanya Letta yang kaget, teman sekelasnya pun terdiam semua mendengar penuturan ngasal Alex.
Mereka semua tahu dengan jelas kalau Letta habis mencari Alex yang belum kembali ke sekolah saat praktek lari makanya keduanya telat masuk ke kelas. Tapi herannya tidak ada satupun dari anak sekelas yang membenarkan ucapan Alex itu.
"Alex lo ngomong apa sih?" bisik Letta dengan geram.
Alex hanya menyeringai. "Lo diam aja, percayain aja semuanya sama gue."
Letta hanya bisa diam menunggu jawaban dari Bu Suparyati. Matanya melirik ke arah guru itu yang terlihat sedang berpikir. Lalu ia menahan nafasnya ketika guru itu mulai mengeluarkan suaranya. Takut-takut ketahuan bohong dan diberi hukuman membersihkan wc seperti salah seorang teman sekelasnya dulu.
"Baiklah kalau begitu. Silahkan kalian duduk ke tempat kalian."
Letta melebarkan matanya sebelum kemudian menghela nafas lega, dirinya bahkan tidak sadar kalau tangannya sudah ditarik Alex menuju ke tempat duduk mereka.
"Jangan pegang-pegang." Letta menyentak tangan Alex begitu ia sadar ada tangan yang memegangi tangannya.
Alex segera melepaskan tangannya. Ia juga tidak sadar dengan perbuatannya itu. Tapi yang jelas tadi ia melihat wajah kaget Letta dan tidak melihat tanda-tanda cewek itu akan beranjak dari tempatnya berdiri maka ia inisiatif menarik Letta.
Keduanya sudah duduk di kursi masing-masing.
"Ro, kipasnya nyalain dong. Gerah banget nih." pinta Letta pada Roro yang posisinya dekat dengan kipas angin kelas yang tertempel di dinding.
![](https://img.wattpad.com/cover/104103573-288-k848356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Fiksi RemajaHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...