Seminggu sudah berlalu sejak pengumuman tentang drama untuk mengisi pentas seni. Seminggu juga sudah terlewati sejak Letta bercerita ke Mira kalau ia mulai suka dengan Alex. Dan diwaktu seminggu itu, bukannya seperti harapan Letta yang bisa meminimalkan perasaannya pada Alex, Letta malah mendapati dirinya semakin suka sama Alex. Perut Letta terasa mulas memikirkan fakta tersebut.
Tidak hanya berakibat pada jantungnya yang menjadi berdetak lebih kencang jika bersama Alex, tetapi juga reaksi tubuhnya ikutan bergetar jikalau ia gugup atau salah tingkah. Terlebih kalau tidak sengaja bersentuhan, Letta akan berjingkat kaget. Padahal Alex diam saja, tapi Letta malah ketar-ketir.
Seperti sekarang ini saja Letta tidak bisa mengalihkan tatapannya ke Alex yang sedang berbaur dengan anak laki-laki lain sekelasnya. Entah apa yang sedang dibicarakan, terkadang wajah Alex terlihat kaget, geli, atau masam. Ngomong-ngomong, Letta ini dan teman sekelasnya yang mengisi drama sedang berlatih di rumahnya Galih. Untuk berlatih mereka hanya diberikan waktu dua minggu saja, jadi saat ini tinggal satu minggu lagi sebelum pentas seni dilaksanakan.
"Ta, udah waktunya buat latihan. Jangan lihatin Alex mulu." bisik Mira di deket telinga Letta.
Letta tersentak lalu dengan cepat menoleh dan berbohong. "Gue gak lihatin dia."
"Gak usah bohong, gue lihat kok. Tuh mata lo hampir gak kedip." Mira menunjuk ke mata Letta.
Kontak pipi Letta memanas. "Resek lo ah, sana pergi aja." kata Letta sembari mendorong Mira agar pergi. Mira pun pergi sambil tertawa menuju ke kumpulan anak lain.
Letta lalu mengalihkan pandangannya ke arah Alex, lagi. Dan astaga... Kenapa cowok itu sekarang yang menatap ke arahnya. Walau dari jarak yang cukup jauh, kalau tidak salah, ia melihat sudut bibir Alex terangkat. Apakah Alex akan tersenyum ke arahnya?
Letta menunggu...
Tetapi, ia tidak ada waktu untuk memikirkannya karena namanya sudah dipanggil untuk melakukan latihan yang sudah akan dimulai. Mau tak mau, Letta mengalihkan pandangannya ke arah lain.
***
Lima belas menit terlewati sejak Letta dan teman sekelasnya mulai berlatih drama. Dan kali ini, sudah waktunya Letta keluar. Sebelumnya, ia menenangkan dirinya dulu agar nanti tidak gerogi, walaupun cuma latihan, tapi ia harus serius seperti temannya, mengingat waktu latihan yang mepet hanya tinggal satu minggu lagi jadi tidak ada waktu untuk bermain-main.
"Semangat." bisik seseorang di samping telinga Letta
Lehernya dibuat merinding ketika olehnya. Hembusan nafas orang itu mengenai bagian telinganya yang sensitif. Tak perlu menebak siapa orang itu, karena Letta sudah terlalu hafal dengan suara dan aroma badan cowok itu. Bau parfum maskulin khas cowok yang anehnya tidak membuat dia mual seperti parfum-parfum lainnya, malah membuat Letta nyaman dan ingin menghirup sebanyak-banyaknya.
"Letta, ayo cepet." teriak seseorang membuat Letta mengerjap
Hampir saja Letta lupa akan dramanya. Walaupun kini jantungnya sudah menggila, tapi jangan sampai ada yang mendapatinya sedang gugup.
Letta lalu masuk ke area latihan seakan menjadi putri yang baru saja keluar dari kamar karena Galih, yang berperan sebagai pengawal, memintanya untuk keluar, ingin menyampaikan pesan dari sang ibu ratu.
"Mohon maaf, Tuan Putri, kalau saya mengganggu waktu istirahat Anda, tetapi saya diperintahkan oleh baginda Ratu untuk mengajak Anda ke hutan sekarang." kata Galih sambil membungkuk.
Letta menampilkan raut wajah bingung. "Ke hutan? Untuk apa?"
Galih lalu menjelaskan dengan mantap. "Ratu sudah menunggu Anda di sana. Beliau ingin menghibur Anda atas kepergian baginda Raja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Fiksi RemajaHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...