Part 55

1.2K 101 9
                                    

Tujuh tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tujuh tahun kemudian.

"Papa!"

Alex mendongak dari laptopnya ketika mendengar suara Milo, anak laki-lakinya. Ia melihat Milo yang berusia enam tahun itu berdiri di ambang pintu sebelum akhirnya berlari masuk dan mendekat ke Alex.

Alex dengan segera menyingkirkan laptop yang ada di pangkuannya ke atas nakas. Ia turun dari ranjang dan dengan sigap menangkap Milo yang berlari ke arahnya lalu memutar Milo ke udara, membuat anak laki-lakinya itu tertawa lepas.

Setelah tawa anaknya reda, Alex melepaskan tas, sepatu dan kaos kaki yang Milo pakai untuk ke sekolah. Sedangkan seragam sekolah taman kanak-kanak Milo masih melekat di tubuh bocah mungil itu. Masih dalam gendongan, Alex membawa Milo mendekat ke kasurnya.

"Gimana tadi sekolahnya?" tanya Alex kemudian. Alex lalu duduk ke tepi ranjang dan meletakkan Milo ke pangkuannya.

"Tadi aku berantem sama teman aku, Pa. Dan coba papa tebak siapa yang menang?" jawab Milo dengan semangat sampai menghentak-hentakan pantatnya ke pangkuan Alex.

Alex jadi semakin mengeratkan pegangannya di pinggang Milo agar anaknya itu tidak sampai terjungkal ke belakang. Jawaban Milo tadi berhasil membuatnya mengerutkan dahi karena jika dihitung Milo ini sejak masuk TK lima bulan yang lalu sudah tiga kali berantem dengan teman sebayanya termasuk yang sekarang. "Kamu berantem lagi? Kan papa udah larang kamu buat berantem." kata Alex.

Bukannya merasa takut dengan gertakan kecil ayahnya, Milo malah hanya menatap Alex dengan polos. "Tapi kan teman aku nakal, Pa. Dia tadi narik rambutnya Shila sampai Shila menangis. Aku udah bilang ke Gion biar gak nakal lagi tapi dia malah gak terima dan mukul aku."

"Kamu dipukul?" rasa marah masuk ke diri Alex mengetahui kalau anaknya dipukul. Rasanya ia ingin mencekik siapa saja yang menyakiti anaknya.

Milo mengangguk. "Iya, Pa."

"Mana yang sakit?" tanya Alex khawatir dan langsung mengecek setiap inch tubuh Milo. Takutnya Milo ini terluka.

Namun sepertinya Milo tidak paham akan kekhawatiran ayahnya, Milo malah cekikikan begitu tangan ayahnya itu terasa geli di perutnya ketika tangan ayahnya bergerak kesana kemari mengecek bagian tubuhnya.

"Gak ada yang sakit. Milo kan anak kuat."

Ucapan Milo tidak langsung  mmebuat Alex lega.

"Terus apa yang kamu lakuin setelah dia mukul kamu?" tanya Alex penasaran.

Mata Milo seketika berbinar dan ia membuat kepalan tinju lalu membuat gerakan meninju ke depan. Hal itu tentunya membuat Alex terkaget. Dan jawaban Milo selanjutnya membuat ia lebih kaget.

"Aku pukul balik." aku Milo dengan cengiran lebar sampai kedua sudut matanya menyipit.

Seharusnya Alex tidak kaget mendengar jawaban itu. Toh sewaktu dulu Milo berantem sama teman sekelasnya juga jawabannya begitu., Milo akan memukul balik temannya. Walau begitu Alex tahu dengan pasti kalau yang memulai perkelahian antara bocah cilik itu bukan Milo yang memulai, karena Alex selalu memberitahu Milo untuk menjaga sikap. Namun jika ada seseorang yang berusaha jahat pada anaknya, Alex memerintahkan Milo untuk membalas agar orang itu tahu kalau Milo kuat dan tidak mudah terkalahkan. Yahh... Mungkin ini memang pelajaran sesatnya dari Alex. Tapi Alex tetap senang karena anaknya ini tetap mau menurut.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang