Part 5

3.2K 277 63
                                    

Mulmed : Hami

Tak ada yang lebih menyenangkan lagi daripada mendapatkan wifi di sebuah desa yang kadar sinyalnya sangat minim. Entah ini cuma di rumah Sari saja yang sinyalnya sedikit atau memang satu desa seperti itu.

Yang jelas saat Alex menjajakkan kakinya keluar untuk menikmati angin malam, sinyal ponselnya berubah menjadi penuh dan yang paling membuatnya hampir berteriak girang adalah ia menemukan sinyal wifi. Entah siapa yang memasang wifi, tapi yang bisa Alex tebak kalau itu milik salah satu tetangga Sari.

Betul saja, semakin Alex melangkahkan kakinya keluar, sinyalnya semakin kuat. Tidak terlalu jauh hanya terpaut satu rumah dari rumah Sari. Sekarang Alex sudah berada di samping rumah yang Alex tidak ketahui pemiliknya itu.

Di rumah inilah sinyal wifinya sangat kuat. Beruntung tidak ada orang di luar selain dirinya karena mungkin cuacanya yang sedang dingin jadi membuat orang lain tidak mau keluar rumah. Alex yang pernah belajar cara membobol password wifi terus mencoba mengingat caranya tapi tetap saja gagal. Dulu ia pernah diberi tahu caranya oleh teman beda sekolahnya yang mengambil jurusan Teknologi Komputer dan Jaringan alias TKJ bagaimana caranya membobol password wifi seseorang. Alex menyayangkan otaknya yang super duper mudah lupa karena tidak ingat ajaran berfaedah temannya itu.

"Sial, gagal lagi." Alex mendesah frustasi karena terus saja gagal setelah percoaban entah ke berapa kali. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling takutnya ada orang yang mendengar suaranya. Sekelebat, ia melihat ada sesuatu di atasnya. Ketika ia mendongak ia mendapati ada sebuah rumah pohon tepat berada atasnya.

"Naik atau enggak ya?" tanya Alex pada dirinya sendiri. Ia berpikir mungkin dengan duduk di rumah pohon itu ia bisa merasa lebih santai. Walau ia tidak bisa pakai wifinya, toh ia masih ada paket data seluler. Lagian siapa tahu juga kalau nanti sinyal di atas bisa lebih cepat.

"Oke, kali ini gue coba. Kalau sinyalnya jelek gue bisa turun lagi." ujar Alex lalu memanjatkan kakinya ke atas tepatnya masuk ke rumah pohon itu.

Suasana rumah pohon yang gelap gulita membuat Alex menyalakan senter yang terdapat dalam fitur hpnya. Tepat ketika Alex menyalakannya, ia dapat melihat sebuah saklar berada di sampingnya. Tanpa pikir panjang, Alex memencet tombolnya dan sedetik kemudian lampu di dalam rumah pohon itu menyala menerangi gelapnya rumah pohon itu.

Sekarang Alex dapat melihat keseluruhan di dalam rumah pohon itu. Rumahnya terlihat sudah tua karena ia dapat melihat beberapa papan kayunya sudah reot dan ditambal dengan kayu lain, bagian papannya juga terdapat banyak sekali coretan khas anak kecil. Hanya coretan angka, kata-kata dan beberapa gambar anak-anak.

"Kayak gini kan enak." Alex kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah pohon itu. Tanpa sengaja matanya melihat sebuah siluet kertas berwarna putih di salah satu dinding kayu. Terlihat kontras karena jelas kayunya berwarna coklat jadi kertasnya dapat terlihat dengan jelas.

"Masa gue penasaran sama kertas." gumamnya. Walau begitu, Alex memajukan tubuhnya sebentar untuk melihat sesuatu yang tertulis di kertas itu.

Jam10siang

Dahinya mengernyit bingun. "Apaan coba, kurang kerjaan banget yang nulis." Begitu Alex akan memundurkan punggungnya sebuah pikiran terlintas begitu saja di otaknya.

"Jangan bilang kalau ini password wifinya." kekehnya. Lantas ia segera membuka hp dan mencoba memasukan password itu di wifi yang sejak tadi gagal ia bobol.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang