Part 40

1.2K 100 9
                                    

"Letta..."

Wajah Indra memucat, begitupun dengan Mira. Keduanya sama-sama tidak menyangka kalau pembicaraan mereka ternyata didengar oleh orang lain. Padahal seingatnya tadi ketika mereka datang, mereka berdua hanya sendiri.

Mulut Indra terasa kelu untuk bicara lagi. Ia tidak siap mengetahui bahwa Letta sekarang tahu semua perbuatannya. Indra jadi merasa hina dan sangat bersalah. Ia memang ingin mengungkapkannya ke Letta, tapi bukan sekarang, bukan dengan cara seperti ini juga. Indra ingin menjelaskan ke Letta sendiri secara langsung. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Letta pasti sudah mendengar semua pembicaraanya tadi dengan Mira dan ia tidak bisa mengelak lagi. Ia udah ketahuan.

Indra melihat mata Letta memerah menahan air mata yang menggenang mau keluar. Ia juga bisa melihat kedua tangan cewek itu terkepal di sisi tubuh. Melihatnya membuat Indra ikut merasakan sakit dan semua ini salahnya.

"Gue-- gue bisa jelasin." dari semua kata yang ingin ia keluarkan, malah itu yang keluar.

Letta tampak menggeleng dengan sorot mata terluka. Kemudian yang terjadi adalah cewek itu mulai mundur perlahan. Melihat itu membuat Indra maju selangkah, tapi gerakan tangan Letta membuat langkahnya terhenti. Letta menempatkan kedua tangannya di depan seakan memberitahu Indra agar berhenti.

Melihatnya membuat Indra seakan dihantam sesuatu dengan keras. Rasanya sakit. Letta menolaknya karena tidak mau ia mendekat. Kalau ia jadi Letta, jelas Indra juga akan melakukan hal yang sama karena pasti akan merasa jijik dengannya. Ia jadi tidak bisa membayangkan betapa menyedihkan dirinya saat ini.

"Letta," panggil Indra sekali lagi dengan pelan.

Namun belum sempat Indra berbicara lagi, Letta sudah memutuskan untuk berbalik dan mulai berlari pergi menjauh. Menjauh darinya.

Indra lemas. Kedua bahunya terkulai di sisi tubuh. Selesai sudah. Ia tahu mulai sekarang pasti hidupnya tidak akan sama lagi seperti dahulu. Ia akan kehilangan teman-temannya. Ia harus siap karena inilah hasil dari apa yang ia lakukan. Atau lebih tepatnya bukan hasil, melainkan akibat.

Gue pantas dapetin ini dan bahkan yang lebih buruk lagi, batin Indra menimpali.

***

Sambil memaki dalam hati atas perbuatan Indra yang menurutnya kurang ajar, Alex berlari mengejar Letta, berharap agar cewek itu belum terlalu jauh. Tepat ketika ia berbelok di koridor, ia melihat Letta yang terus berlari entah mau kemana. Alex pun mengejar Letta dengan menambah cepat langkah kakinya.

Setelah dekat, Alex meraih lengan cewek itu dan membaliknya. Ia bisa melihat bekas air mata yang mengalir di pipi Letta. Melihat itu membuat Alex ingin sekali menghajar Indra yang telah membuat orang yang disukainya ini menangis. Bisa-bisanya seorang teman melakukan hal seperti itu.. Ahh iya, Alex lupa kalau teman itu menikamnya dari belakang bukan dari depan, karena kalau dari depan itu namanya musuh.

"Alex, lepasin gue!" seru Letta.

Ketika Letta berusaha melepaskan diri, saat itu juga mata Alex melirik ke ruangan sebelah. Unit Kesehatan Sekolah alias UKS, dan tempatnya kebetulan sekali sedang kosong tidak ada orang ataupun petugas PMR yang biasanya suka berjaga-jaga di UKS siapa tahu ada anak yang sakit datang. Tanpa aba-aba, Alex membawa Letta masuk ke dalam. Tentunya dengan Letta yang terus memberontak.

"Lepasin gue!" seru Letta sekali lagi sambil menarik tangannya yang dicekal Alex.

Alex yang sudah berhasil membawa Letta ke dalam ruang UKS pun melepaskan tangan cewek itu.

"Kenapa lo bawa gue ke sini?" desis Letta mrah begitu Alex melepaskan pegangannya.

"Gue takut lo pergi jauh gak tahu kemana dan di luar jangkauan gue. Dan gue mau lo tenang dulu." ujar Alex dengan lembut.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang