Part 25

1.5K 120 2
                                    

Suara kayuhan sepeda mengiringi kepulangan Alex dan Letta di sepanjang perjalanan pulang. Hari yang sudah mulai gelap membuat Alex harus mengayuh sepedanya lebih cepat dari biasanya. Letta yang duduk di belakang juga sedikit membantu dengan tidak banyak bicara dan tidak membuat gerakan yang bisa membuat laju sepedanya oleng. Cewek itu duduk diam saja seperti patung, bahkan tidak mengatakan sepatah katapun.

Alex sih tidak peduli, tapi ia juga merasa aneh saja. Kesambet apa cewek itu hingga bisa diam saja. Biasanya senang mengajaknya ribut.

Karena Alex yang membawa sepedanya cepat, akhirnya mereka sampai di rumah juga. Alex menghentikan laju sepedanya. Ia menunggu Letta turun, tapi ternyata cewek itu masih setia duduk di boncengan sepeda. Kemudian akhirnya Alex yang turun sehingga badannya tidak bersinggungan dengan sepeda lagi tetapi satu tangannya masih memegangi kemudi sepeda agar Letta tidak jatuh.

"Udah sampai, lo gak mau turun." tanya Alex malas. Ia berbalik menghadap Letta dan anak itu masih diam saja. Melamun mungkin.

"Ditanya malah diam aja." Alex menjentikkan jarinya ke dahi Letta.

Letta tersentak kaget. Lalu memegangi dahinya, ia memberenggut kesal. "Kenapa sih?"

"Kita udah sampe, lo mau turun atau ikut ke rumah gue?" ujar Alex dengan datar. Ia memasukan satu tangannya yang tidak memegang kemudi sepeda ke dalam saku.

Letta melotot, matanya melihat ke sekitar. Diam-diam ia meringis malu, ternyata mereka sudah sampai bahkan ini di depan rumahnya. Dan dirinya masih diam duduk di atas sepeda. Segera, ia turun dari sepeda, berdiri di depan Alex.

Setelah Letta turun, Alex menyandarkan sepedanya. "Lain kali jangan kebanyakan melamun, udah mau maghrib, mulai banyak setan jalan-jalan takutnya nanti lo kesambet." katanya.

"Siapa juga yang melamun. Gue tadi cuma masih lemas makanya belum bisa turun. Harus ngumpulin tenaga dulu." elak Letta sepenuhnya bohong.

Jujur saja tadi ia memang melamun dan itu di luar kehendaknya. Ngenesnya, ia memikirkan cowok di depannya ini, siapa lagi kalau bukan Alex. Iya, tadi Letta melamunkan Alex.

Sejak Alex yang tadi dengan seenak udelnya menggandeng Letta waktu keluar dari kolam renang, Letta tidak bisa menghentikan jantungnya yang berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan belum sampai disitu saja,  Alex membelikannya pop mie. Hanya karena sebuah pop mie, tapi Letta sudah ketar ketir karena ia gugup sampai-sampai ia beberapa kali tersedak saat makan minya.

Beruntung Alex cuek saja dan tidak ngeh dengan perubahan sikap Letta. Waktu sampai di sekolah, Letta hanya diam, takut suaranya akan berbeda dan Alex bisa tahu kalau ia sedang gugup. Acara diamnya ini berlanjut sampai Alex membawa sepeda dan dirinya pulang ke rumah. Selama perjalanan, Letta memilih diam.

"Tuh kan, lo melamun lagi." Alex menarik pipi Letta gemas.

Si empunya memekik sakit lalu mengusap bekas tarikan Alex dengan kasar. "Apaan sih lo, gue gak melamun."

Letta merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya melamunkan Alex lagi, untuk keduanya kalinya. Ini juga kebohongan keduanya setelah yang pertama saat bilang ia tidak melamun.

"Ngelamunin apa hhmm?" Alex memajukan tubuhnya lalu menyipitkan matanya ke arah Letta.

Spontan Letta mundur selangkah. Ia menatap Alex berpura-pura menampilkan raut wajah garang.

"Dibilangin gue gak melamun, sok tahu lo. Udah sana lo pulang aja, pasti udah ditungguin nenek lo di rumah." Letta mengibaskan tangannya ke udara seakan mengusir Alex.

"Ngeles aja terus." cibir Alex.

Letta berusaha tidak menanggapi cibiran Alex. "Gue mau masuk rumah aja, bye."

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang