2800+ kata untuk part ini. Selamat membaca dan terima kasih ❤❤❤
Setelah kepergian Letta, Alex sangat menyesali setiap perkataanya barusan dan ia masih berdiri di tempatnya menatap kosong ke arah pintu yang terbuka. Seharusnya ia tetap menepati janjinya sendiri untuk tidak mengatakan apapun ke Letta. Namun entah setan apa yang berhasil membujuknya untuk mengatakan itu ke Letta bahkan diselingi dengan kebohongannya.
Akhirnya Alex berbalik dengan lesu, tidak mau terus-terusan tenggelam dalam penyesalan. Karena bagaimanapun semua sudah terjadi dan ia tidak bisa memutar waktu untuk memperbaiki kesalahannya. Biarkanlah semuanya mengalir sendiri, pikirnya. Dan kalau dipikir lagi mungkin ini malah membantu, karena membuat Letta semakin benci pada dirinya. Jadi, akan lebih mudah melepaskan dan meninggalkan cewek itu.
Alex hendak tiduran ke tempat tidurnya ketika mendengar langkah seseorang masuk ke kamarnya. Yah, Alex sampai lupa untuk menutup pintunya kembali. Ia membalikkan badan dan menemukan Fabian berdiri tidak jauh darinya dengan tatapan tidak bersahabat.
"Lo udah pulang?" tanya Alex santai, ia tidak terpengaruh dengan tatapan tidak bersahabat Fabian.
"Seperti yang lo lihat." Fabian merentangkan tangannya ke samping. "Dan Alex, seharusnya lo gak perlu sebrengsek itu buat bohong sama Letta kalau Mona itu pacar lo, ditambah lo sampai bocorin soal kehamilan Mona ke dia. Padahal selama ini lo sendiri yang minta gue sama yang lain buat merahasiakan ini rapat-rapat. Lo berjanji buat gak bilang ke dia. Tapi kenyataannya malah lo yang merusak janji yang lo buat sendiri. Asal lo tahu, sewaktu dia keluar tadi gue lihat dia sampe nangis." desis Fabian tajam.
"Lo nguping." balas Alex yang terdengar sebagai pernyataan bukan pertanyaan. Ia sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan tatapan Fabian yang menghujamnya dan kalimat dari cowok itu yang tepat mengenainya.
"Gue dengar hampir semuanya." aku Fabian. Tadi ia memang menguping dari luar. Sebenarnya itupun karena tidak sengaja. Ia niatnya hendak mengajak Alex untuk makan siang karena dari pagi temannya itu belum makan. Kebetulan tadi Fabian habis dari pom bensin untuk mengisi bahan bakar mobilnya, jadi ketika akan pulang ke kota nanti sudah terisi penuh. Di perjalanan pulang ia teringat untuk membeli makanan untuk Alex. Dan sewaktu ke kamar Alex, ia terkejut mendapati Letta ada di sana. Lalu berakhirlah dengannya yang menguping.
Sewaktu Letta keluar tiba-tiba, beruntung cewek itu tidak melihat kehadirannya. Cewek itu terlalu sibuk menyeka air matanya sambil terus berlari sehingga tidak ngeh kalau ada Fabian di depan pintu tadi.
Melihat Alex yang sepertinya tidak ada niatan untuk menjawab, Fabian kembali meneruskan. "Seharusnya lo jangan bohong seperti tadi, itu bakalan hancurin perasaannya dia. Waktu lo di sini cuma tinggal dua hari lagi, ingat cuma dua hari tersisa, besok dan esoknya lagi. Dan setelah itu lo bakalan pindah ke kota dan kemungkinan balik ke desa ini kecil. Lo bakalan punya kehidupan sendiri di kota nanti, begitupun dengan Letta. Seharusnya di waktu yang tersisa ini lo manfaatin waktu lo dengan sebaik mungkin buat bisa habisin waktu sama cewek yang lo suka, bukannya buat dia makin menjauh dan benci sama lo."
Alex lalu tertawa sarkas mendengar penjelasan lebar Fabian. Ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Justru itu yang gue mau. Gue mau dia lupain gue. Gue rasa kalau dia benci sama gue, gue bakalan lebih mudah ninggalin dia."
"Tapi yang terjadi selanjutnya adalah lo gak bakalan bisa pergi dengan tenang. Sehabis kepindahan lo nanti, hati lo bakalan terus bertanya-tanya apakah jalan yang lo tempuh ini memang benar, apa Letta masih benci sama lo. Dan yang pasti bisa saja Letta jadi suka sama orang lain, sementara itu hati lo masih sama dia. Nanti lo gak akan punya kesempatan buat sama Letta lagi karena jelas dia benci sama lo dan mungkin saja sudah menjadi milik orang lain."
![](https://img.wattpad.com/cover/104103573-288-k848356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Roman pour AdolescentsHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...