Letta sudah sampai di sekolah dari setengah jam yang lalu. Semua anak kelasnya juga sudah berkumpul semua di lapangan. Mereka semua duduk dengan posisi sama dengan kedua kaki diluruskan ke depan dan diberi pijatan kecil, untuk menghilangkan rasa pegal.
Hanya saja Bu Goning masih setia duduk di kursi dekat dengan gerbang. Letta bisa melihat dahi Bu Goning mengerut kebingungan saat wanita paruh baya itu melihat buku penilaian siswa.
"Ta, nanti ke kantin dulu ya. Gue haus banget, rasanya gerah dan gue pengin minum es." kata Mira mengibaskan tangannya ke wajah.
"Kan kata Bu Goning kalau habis olahraga gak boleh minum air es, Mira." peringati Letta.
"Bu Goning juga gak bakalan tahu jadi aman-aman aja. Lagian cuma minum sekali aja, kemarin-kemarin gak pernah. Ahh, pokoknya nanti harus beli es."
Letta yang hendak menanggapi ucapan Mira terhenti karena Bu Goning sudah berada di depan anak-anak hendak menjelaskan sesuatu.
"Apakah anak kelas sebelas IPS dua berangkat semua?"
Anak-anak yang tadinya sedang bergurau dengan temannya mengalihkan perhatian mereka ke Bu Goning yang sudah berdiri menjulang di depan.
"Iya, Bu." jawab anak sekelas serempak.
"Kalau begitu, di sini mana yang bernama Alexis Ajibrata?" tanya Bu Goning dengan tegas.
Letta yang tadinya cukup cuek segera memusatkan perhatiannya pada guru olahraganya itu. Apalagi setelah mendengar nama yang sangat familiar di telinganya.
"Alex gak ada, Bu." jawab Rahmat, selaku ketua kelas. Ia sudah menghitung semua anak kelasnya, XI IPS 2, dan Alex yang disebutkan Bu Goning memang tidak terlihat.
"Terus dimana si Alex Alex itu sekarang?" tanya Bu Goning lagi.
Letta bisa mendengar suara riuh anak kelasnya yang kebanyakan bilang tidak tahu. Dirinya menghembuskan nafas pelan lalu menghampiri Galih yang duduk tidak jauh dari tempatnya.
"Gal, lo tahu Alex di mana?"
Galih menggelengkan kepalanya. "Gue gak tahu, Ta."
Letta menggertakan giginya. Bahkan anak itu sekarang hilang buat susah orang lain. Dulu Alex bilang kalau Letta yang buat susah karena menghilang saat pulang sekolah. Ehh sekarang tinggal Alex yang hilang bahkan parahnya saat pelajaran. Dasar penjilat ludah sendiri.
"Bukannya waktu lari tadi dia sama lo?" Letta mengerutkan keningnya. Seingatnya memang tadi saat ia mendahului Galih, ia bisa melihat kalau Galih dengan Alex.
"Iya tadinya emang begitu, tapi dia minta gue duluan. Yaudah, gue duluan. Lagian dia kayaknya lagi sibuk main hape."
"Main hape?!"
Letta menggeram. Ia mengalihkan pandangannya ke Bu Goning lagi tepat saat itu Bu Goning sedang melihat ke arahnya juga dan perkataan guru itu selanjutnya membuat Letta hanya bisa pasrah.
"Kamu yang bernama Letta, bukan?"
Letta mengangguk. "Iya, Bu."
"Bisa kamu bantu ibu buat cari Alex?"
"Kenapa harus saya, Bu?" jawab Letta malas. Ia saja masih capek karena praktek lari tadi dan masih butuh istirahat, bukannya malah mencari bayi besar itu.
"Tadi teman-teman sekelas kamu bilang kalau yang dekat dengan Alex ya kamu makanya kamu yang nyari dia."
Letta memandang ke sekelilingnya. Rupanya ia sudah menjadi pusat perhatian teman sekelasnya dan mereka semualah yang menunjuknya untuk mencari Alex. Ughh... Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...