Mulmed : Ajeng
(Rambutnya bagus yah 😍)Sialnya, keesokan harinya mata Letta sedikit membengkak. Ia jadi tepaksa harus memakai bedak bayi agar penampilannya tidak terlihat terlalu berantakan. Ketika ia akan berangkat sekolah, ia malah disuruh Wulan--mamanya-- untuk mengantarkan gudeg alias sayur nangka ke rumah Sari.
Katanya Wulan masak gudegnya terlalu banyak jadi sengaja membaginya ke Sari yang ia ingat suka makanan yang berasal dari Yogyakarta ini. Dan di sinilah Letta sekarang, di depan rumah Sari dengan memegangi kedua sisi mangkuk penuh gudeg buatan mamanya menunggu nenek Sari membuka pintu.
Tak lama karena ia mendengar langkah kaki dari dalam.
"Ehh Letta, nenek kira siapa. Ayo, masuk dulu." Sari membuka pintunya lebar agar Letta bisa masuk. Letta pun duduk setelah dipersilahkan.
"Ada apa pagi-pagi ke sini, terus itu kamu bawa apa?"
"Ini tadi mama masak banyak, terus katanya biar dibagi ke nenek." Letta lalu menyerahkan mangkuk berisi gudeg itu ke Sari.
"Makasih banyak loh." kata Sari lalu tersenyum, keluarga Letta memang sering kali memberinya banyak makanan, sudah seperti keluarga sendiri.
"Kamu tunggu sebentar disini dulu mau? Nenek mau naro ini ke dapur sekalian ada yang mau nenek bicarain sama kamu."
"Iya gak apa-apa, Nek."
Bohong kalau Letta bilang tidak apa-apa, karena dalam hati ia sudah merapalkan berbagai doa agar cepat keluar dari sini. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 yang artinya tinggal 15 menit lagi ia akan terlambat ke sekolah karena sekolahnya masuk jam 06.45.
"Nenek kemana lagi, ini gue nanti kalau telat gimana. Udah gitu jam pertama Pak Fadil lagi, kalau telat nanti disuruh hafalan surat gimana?" kata Letta cemas.
Letta menghentakan kakinya ke lantai karena Sari tak kunjung terlihat kembali. Tak lama setelah itu ia mendengar suara ribut dari arah tangga, Letta jadi mendiamkan kakinya agar tidak kentara kalau dirinya sedang gugup.
Turunlah seorang cowok dengan penampilan serba acak-acakan khas anak baru bangun tidur. Rambutnya tidak tertata rapi, matanya masih menyipit dengan kaki yang berjalan sedikit terseok, bajunya lusuh tak berbentuk.
Mata Letta spontan melotot melihat pemandangan di depannya. Kalau tidak salah Letta ingat namanya Alex, yang beberapa hari lalu ia liat di rumah Sari, yang pertemuan keduanya sungguh tidak mengenakan. Letta kira kalau ia tidak akan pernah lihat Alex kembali karena sepulangnya ia dari rumah Sari saat itu ia tidak pernah melihat batang hidungnya Alex lagi.
Berbeda dengan Alex yang tampak tidak terkejut sama sekali, ia hanya menampilkan raut wajah datarnya. Ia bangun karena rasa haus di tenggorokannya, makanya ia turun ke lantai bawah. Kalau tidak, ia juga jam segini biasanya belum bangun, karena jelas jam bangunnya itu pukul sembilan pagi.
"Ngapain lo di rumah gue? Numpang ngemis minta makan?" sindir Alex.
"Itu mulut gak ada saringannya apa? Baru bangun aja udah numpuk dosa." cibir Letta. Fix, pertemuan keduanya dengan Alex tak jauh berbeda dengan pertemuan pertama mereka, sama-sana tidak menyenangkan.
"Terus ngapain lo di sini? Masih pagi pula."
"Bukan urusan lo sama sekali." jawab Letta cuek.
"Lo...sekolah?" tanya Alex.
"Ya iyalah, liat gue udah pake seragam ya kali mau nguli."
"Masih jaman yah sekolah?" kekeh Alex.
Letta menatap horor ke arah Alex. Cowok di depannya ini sukses membuat moodnya hancur, padahal waktu masih pagi.
"Lo anak pedalaman? Makanya gak ada sekolah disana?" geram Letta.
![](https://img.wattpad.com/cover/104103573-288-k848356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...