Seharian ini Alex bertanya-tanya dalam hati, apakah nanti kalau Letta tahu semua kebenarannya cewek itu akan membencinya? Alex sebenarnya benci harus memikirkan ini. Tapi apa daya, pikirannya selalu berpusat pada satu pertanyaan itu. Pertanyaan yang terpartri di pikirannya sejak tadi malam setelah Sari menceritakan semua rahasia masa kecilnya yang kelam.
"Alex," panggil Letta yang sedang berjalan bersisian dengannya.
Alex pun menoleh. "Ada apa?" katanya mencoba agar suaranya tetap datar dan tenang. Berusaha untuk bersikap biasa saja seperti hari-hari biasa. Bersikap seakan Alex tidak merasakan tikaman rasa bersalah untuk Letta karena dialah penyebab trauma cewek itu.
Letta berhenti berjalan, kemudian berbisik. "Berhenti dulu deh, lo coba liat arah jarum jam." katanya.
Alex pun mengikuti instruksi Letta, ia mengalihkan pandangannya ke arah jarum jam. Di sana ada Mira yang sedang menarik paksa Indra untuk mengikuti langkahnya Mira dan Indra tampak pasrah saja tanpa ada perlawan apapun. "Memangnya kenapa?" tanya Alex bingung.
"Gue rasa ada yang gak beres, gue mau ikutin mereka. Lo mau ikut?" tawar Letta yang mulai curiga apa yang kedua temannya itu lakukan karena kalau tidak salah menilai, menurutnya Mira tampak sedang marah, dan wajah Indra tampak pucat. Letta hanya takut ada sesuatu yang buruk terjadi dan ia tidak sempat menolong temannya itu.
Alex menganggukan kepalanya lalu berpura-pura tersenyum jahil. "Kemanapun lo pergi, gue ikut."
Letta berusaha agar pipinya tidak merona. Ia mengalihkan pandangannya lalu menonjok lengan Alex. "Apaan sih." katanya yang kemudian berjalan lebih dahulu. Ia berjalan cepat agar Alex tidak melihat kalau-kalau pipinya sekarang pasti sudah memerah. Bisa malu lagi dirinya seperti pulang sekolah kemarin-kemarin.
Di belakang sana Alex memandangi punggung Letta yang perlahan menjauh. Jujur ia sangat sulit untuk mencoba bersikap biasa saja. Mencoba bersikap santai juga rupanya cukup sulit dalam keadaannya sedang seperti ini.
Alex menghela nafas sebelum akhirnya mulai menyusul Letta. "Tungguin gue!"
***
Mira terus menyeret lengan Indra dengan paksa ke halaman belakang sekolah. Ia sengaja memilih halaman belakang sekolah karena tempat ini sepi dan tidak ada yang lewat. Jadi aman bagi mereka berdua untuk bicara tanpa harus was-was dilihat orang lain.
Bukan tanpa sengaja ia membawa Indra pergi ke sini, ini karena tadi ia tidak sengaja lewat dan mendengar kalau Ajeng memanggil Indra dengan 'kak'. Dan mereka berdua tampak sangat akrab seakan sudah kenal dari lama. Kemudian Mira sempat melihat Indra menepuk pundak Ajeng sebelum Ajeng pergi. Tidak mungkin kan kalau hal sekecil itu dilakukan oleh orang yang baru kenal atau malah lebih tepatnya pada orang yang dibenci.
Iya, seingat Mira memang kan Indra membenci Ajeng seperti dirinya membenci cewek perusak hubungan sahabatnya itu. Tapi kenapa tadi Indra bersama Ajeng dan keduanya terlibat pembicaraan yang akrab. Dirinya kan jadi bertanya-tanya dan ia bisa melihat Indra yang terkejut ketika berbalik badan mendapatinya di depan cowok itu. Indra tampak pucat pasi saat itu. Daripada berspekulasi sendiri, Mira akhirnya memilih untuk membawa atau lebih pasnya menyeret Indra sampai di sini, di halaman belakang sekolah, menuntut untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
"Gue pikir lo berutang banyak penjelasan sama gue." katanya setelah melepaskan lengan Indra dan wajah cowok itu masih terlihat pucat seakan darah berhenti mengalir di wajahnya.
Mungkin karena dia takut rahasianya bakalan kebongkar semua, batin Mira menanggapi.
Indra masih belum menjawab. Cowok itu terdiam, lalu beberapa detik kemudian ia mengusap tengkuknya karena gugup. Indra sempat mengedarkan pandangannya ke sekitar takut ada orang yang melihat mereka berdua sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannnya ke Mira lagi. Indra menelan ludah ketika Mira menatapnya tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...