Part 15

1.6K 145 38
                                    

Letta mengernyitkan keningnya melihat Alex yang semakin mendekatkan badan ke arahnya. Jantungnya bahkan sudah berdegup kencang saat ini. Otaknya terasa blank ketika mencium bau harum sabun menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

Berbeda dengan bau kamar Alex tadi yang terlalu maskulin hingga membuat Letta mual, sekarang bau wangi sabunnya malah membuat dirinya betah dan berusaha meraup sebanyak mungkin wanginya ke dalam hidung dan mengingat seperti apa baunya. Mungkin ia akan menanyakan nanti sabun apa yang Alex pakai.

Letta tersentak kaget ketika tangan Alex mengambil satu tangannya yang berada di samping tubuhnya dan Alex menaikkannya ke atas. Jantung Letta semakin berdegup cepat daripada tadi ketika Alex menurunkan kepalanya dan melihat tepat ke wajahnya Letta, tak lupa disertai seringai nakal khas Alex.

"Ma-mau apa lo?" tanya Letta terbata. Rupanya suaranya cukup bergetar.

"Gue kan udah bilang mau ngasih apa yang lo cari ke kamar gue." kata Alex.

Alex menguraikan tangan Letta yang ia ambil dan secara reflek Letta pun menyentaknya. Sedetik kemudian ia mengayunkan tangannya tadi dan memberikan bogeman mentah ke pipi Alex.

"Sialan !!!" Alex memekik keras begitu merasakan nyeri di tulang pipinya.

Letta terkaget mendengar pekikan Alex itu. Sepertinya pukulannya tadi benar-benar keras terbukti ketika Alex berbalik, ia dapat melihat darah kecil di sudut bibir Alex.

Letta yang masih kaget juga sampai tidak mendengar kalau ada suara benda berdentum keras menghantam lantai.

"Lo mau mati hah? Kenapa lo malah mukul gue?!" bentak Alex padanya disertai dengan tatapan tajam.

Letta mengerjapkan mata sesaat sebelum menatap Alex tak kalah tajam. Ia tak bersuara, jadi yang terdengar selanjutnya adalah deru nafas alex yang tidak teratur. Letta rasa Alex benar-benar marah sekarang.

"Kenapa diem? Punya mulut kan buat jawab." desis Alex sambil menyeka darah yang keluar sedikit sampai bersih. "Gue gak ngapa-ngapain juga, malah ditonjok."

Amarah Letta terpancing. Apa Alex lupa apa yang akan dia lakukan tadi, dan Letta rasa tidak ada salahnya kalau dirinya melakukan pertahanan diri dengan memberikan sebuah pukulan maut.

"Gue cuma ngelakuin yang harus gue lakuin. Gue cuma melakukan pertahanan diri dari cowok brengsek kayak lo." jawab Letta dengan berani. Tak gentar dengan tatapan Alex yang sudah setajam pisau.

Namun sedetik kemudian tatapan setajam pisau itu berganti dan matanya berkilat nakal kembali. Apa yang terjadi... Apa Letta ada salah?

Alex tiba-tiba terkekeh dan tersenyum mengejek. "Lo melakukan pertahanan diri? Dari apa?"

Gezzz.. Dia bahkan pura-pura tidak tahu dan Letta akui kalau aktingnya sangat bagus. Setelah Alex membuatnya seperti seorang mangsa tadi, sekarang cowok di depannya ini malah bersikap kalau dirinya tidak tahu menahu tentang apapun. Dasar cowok!!

Letta menaikkan dagunya ke atas dengan mata yang masih menantap ke Alex. "Dari iblis jahanam macam lo?"

"Gue? Iblis?" Alex menaikkan alisnya ke atas.

Letta mengangguk dan Alex malah tersenyum lebar ketika mendapati sebuah dugaan melintas di otaknya.

"Kenapa lo bilang gue iblis?"

"Lo tahu jawabannya." geram Letta.

"Gue gak tahu. Jelasin." ucap Alex santai yang membuat Letta semakin geram.

"Lo tahu. Titik."

"Sekali lagi gue bilang kalau gue gak tahu."

Letta sudah tidak kuat. Ahh andai saja membunuh orang tidak dosa ia akan mencabik-cabik Alex, mengarunginya, lalu membuangnya ke sungai sekalian biar dimakan buaya.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang