Part 37

1.2K 114 2
                                    

Mungkin kalian bisa baca ini sebentar, gak sampai 5 menit kok 😊

Jadi, aku baru saja mempublikasikan work baru judulnya "Allah Bersama Kita."

Isinya nanti bisa nasehat, kata-kata, ringkasan ceramah, doa-doa dan lain sebagainya.

Buat kalian yang mau tahu, kalian bisa cek langsung di profilku.

Buat kalian yang mau tahu, kalian bisa cek langsung di profilku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohon dukungannya ya teman-teman ❤❤

****

Sampai sore, sampai acara pensi ini selesai, Alex baru keluar dari tempatnya. Ia tiduran di bangku pojok lab IPA sehingga tidak ada yang melihatnya, dan ia tidak keluar sama sekali sejak menginjakkan kakinya masuk lab IPA. Beruntung tidak ada yang melihatnya dan beruntung lagi ketika ia memutuskan untuk keluar, pintu lab belum dikunci oleh penjaga sekolah.

Alex melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir. Ia awalnya ragu kalau Letta masih berada di sekolah mengingat waktunya sekarang sudah sore dan sekolah mulai sepi. Tapi begitu ia melihat tempat parkir dari kejauhan, ia melihatnya. Letta. Cewek itu berjongkok di samping sepeda dengan kepala menunduk ke bawah.

Di saat seperti ini sebenarnya Alex ingin menjauh. Menjauh sejauh mungkin dari Letta. Sama seperti tadi, ia belum siap bertemu Letta. Mana mungkin Alex bisa melihat Letta tanpa berpikir macam-macam setelah kejadian tadi siang yang ia lihat. Alex tidak bisa, ia takut amarahnya keluar dan mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti cewek itu.

Tapi... Kalau ia tidak menemui cewek itu, Alex juga tidak bisa. Ia tidak bisa sengaja lama-lama mengabaikan keberadaan cewek itu seperti sepanjang hari tadi ketika ia dengan sengaja pergi dan tidak kembali. Jujur saja saat Alex di lab, ia sempat mendengar suara Letta yang bertanya ke anak lain mengenai keberadaannya. Walau Alex mendengar dan tahu Letta mencarinya, ia belum siap keluar menemui cewek itu. Lagian, bukankah Letta sudah ada cowok lain, kenapa juga harus mencarinya juga.

Oh, sialan, berhentilah berpikir.

Alex menggelengkan kepalanya membuang jauh-jauh pikirannya yang sesat ketika ia tidak sadar sudah mendekat ke arah Letta dan berdiri di depan cewek itu. Ia bisa melihat bahu Letta menegang selama beberapa detik.

"Alex." kata Letta sambil melihat ke sepatunya. Lalu cewek itu mendongak dan matanya bertemu dengan mata Letta. Alex bisa melihat mata Letta seketika berbinar.

Kemudian cewek itu berdiri. "Lo dari mana aja?" tanya Letta tak menghilangkan nada terkejutnya.

Walau sudah tahu jawabannya, Alex tetap berkata, "Lo nyariin gue?"

Letta mengangguk cepat. "Iya, gue nyariin lo sepanjang acara tadi. Tapi lo gak ketemu-temu. Gue hampir nanyain lo ke seluruh anak sekolah."

Alex jadi merasa bersalah dan marah sekaligus. Bersalah karena membiarkan Letta seharian mencari keberadaannya dan marah pada dirinya sendiri karena berlaku sebagai pengecut dengan tidak mau menampakkan diri apalagi mengingat apa yang sudah ia lalukan saat di panggung. Iya, pengecut. Karena hanya seorang pengecutlah yang terus berlari menghindar karena menganggap dirinya sendiri tidak bisa menghadapi kenyataan, sama seperti dirinya.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang