ENAM BELAS

2.6K 199 14
                                    

Kenzo menatap tenang di kursi kemudi. Ia menyandarkan tubuh dengan tatapan dingin nan tajam seperti biasa. Sebelah alisnya sedikit terangkat, tanda jika ia sedang menemukan keanehan yang cukup membuatnya setengah terkejut.

Awalnya tidak ada apapun. Ia selesai mengantar Ray ke kantor, dan Ray segera turun di pintu lobi. Sedangkan dirinya kini bertugas untuk memarkir mobil tersebut di parkiran bawah tanah. Tapi apa yang terjadi?

Seorang gadis justru sudah merentangkan kedua tangan di depan mobil sedang hitam yang sudah rapi Kenzo parkirkan bersama dengan deretan mobil yang lain. Seorang gadis yang memang menurutnya cukup aneh. Bahkan sejak pertama Kenzo berbicara dengan gadis itu, keanehan sudah tercipta di antara mereka. Entah takdir seperti apa yang kini menyelimuti dirinya, yang pasti sejak hari itu, ia justru akan selalu melihat gadis aneh yang berprofesi sebagai Dokter Psikolog kompeten di bidangnya. Tidak hanya itu, takdir lain membuat Kenzo harus menerima kenyataan akan status yang dimiliki oleh gadis itu saat ini sebagai – Mrs. Ganendra. Meskipun belum sepenuhnya!

Kenzo mendesah pelan, lalu mulai membuka sefty belt-nya. Ia keluar dengan wajah jengah dan malas untuk menanggapi tatapan Anjani yang kini sudah mendekat padanya.

"Kau perlu bantuanku? Mrs. Ganendra?!" tanya Kenzo penuh penekanan.

"HA .. HA ... Kau sedang menyindirku sekarang?" Anjani mengibaskan rambutnya bak model shampoo dengan pesona yang tak tertandingi. Namun, Kenzo justru melihat itu dengan jijik.

"Katakan! Jangan membuang waktuku."

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

Kenzo mengangguk sebentar, lalu mulai melangkah pergi, melewati tubuh mungil Anjani dengan tampang dingin menyebalkan yang sontak membuat Anjani melebarkan mulut dan berbalik menatap punggungnya.

"AKU BILANG AKU INGIN BERTANYA SESUATU PADAMU!"

Kenzo menghentikan langkah, tepat saat teriakan itu mengusik telinganya. Ia yang hanya berjarak 7 langkah dari tempat Anjani berdiri, kini berbalik dan kembali menatap gadis itu.

"Aku sudah mendengarnya," ketus Kenzo.

"Lalu? Aku bahkan belum bertanya apapun."

"Aku sudah cukup mendengarnya, dan jawabannya? Aku tidak ingin mendengar apapun lagi."

Anjani mendengus kesal. Kemarahannya kini benar-benar berada di tingkat dimana ia ingin mencakar wajah lelaki itu seperti hewan buas di hutan, dan mencabik-cabik tubuhnya hingga tidak berbentuk.

Baiklah, Anjani tahu jika lelaki itu tidak menyukainya. Jawabannya? Sampai saat ini pun Anjani masih tidak mengerti. Satu-satunya kesalahan Anjani di mata Kenzo yaitu, saat dimana Anjani membawa Ray ke rumah sakit, dan lelaki itu SANGAT marah besar, bahkan membentaknya seperti ia sudah melenyapkan Ray dari dunia tanpa seizinnya.

Tapi, apa itu kesalahan? TIDAK!!! Anjani bertindak benar, lagipula saat itu ia tidak tahu jika Ray juga fobia terhadap rumah sakit, dan itu bukan 100% kesalahan Anjani. Di mana-mana, yang namanya orang pingsan, apalagi dalam keadaan yang cukup parah seperti Ray, satu-satunya tempat yang di tuju adalah Rumah Sakit. Meskipun Anjani tahu, jaman sekarang ada Dokter yang bisa di panggil ke rumah untuk melihat keadaan pasien.

Mungkin itu yang diinginkan Kenzo. Tapi, sayangnya saat itu Anjani tidak tahu siapa Ray, terlebih lagi mereka tidak berada di Indonesia. Perlu koneksi yang besar, untuk bisa membuat Dokter datang, dan Anjani tidak berada diposisi di mana ia bisa memanggil para dokter tersebut.

Abaikan!!! Meskipun ribuan bahkan triliunan kali Anjani memikirkannya, ia akan tetap pada pendiriannya jika ia TIDAK BERSALAH. Bukan dirinya yang bersalah, tapi lelaki itu yang mempunyai penyakit hati permanen hingga sulit untuk Anjani bersihkan.

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang