"Ray, Anjani pingsan."
Sebuah informasi yang membuat Ray seketika mengabaikan semuanya, mitra kerja, bahkan persentasi yang sedang berlangsung di ruang rapat, langsung Ray tinggalkan saat kabar dari Adel tersebut sampai padanya.
Ray langsung berlari, tidak perduli para pegawai yang melihatnya dengan bingung. Di depan Kenzo sudah menyiapkan mobil, dan langsung melajukan mobilnya tepat setelah Ray menutup pintu.
Setelah 3 hari Anjani benar-benar hilang, tidak ingin ditemui dan tidak ingin diganggu. Ray mencoba dan terus berusaha untuk menunggu. Tapi, hasilnya nihil. Anjani tidak ingin keluar dari rumah sakit, bahkan selama 3 hari itu juga Anjani tidak pulang dan memilih untuk tidur di rumah sakit.
Alasannya, sampai saat ini belum diketahui oleh Ray. Ray sangat tahu jika Anjani terganggu dengan kehadiran Ayahnya. Tapi, Ray tidak menyangka jika Anjani juga akan menghukum dirinya seperti ini. Anjani seolahh ingin menjauh tanpa penjelasan apapun.
Kemarahan yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Ray sekalipun.
#
Kenzo memasukkan mobil sedan silver itu ke salah satu barisan parkir dengan cepat. Decitan ban mobilnya tipis, namun cukup menandakan jika Kenzo baru saja melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Ray langsung keluar dan berlari dengan cepat. Saat ini tujuannya hanya satu. Anjani. Gadis itu memenuhi seluruh pikirannya. Jantungnya terasa memompa debaran yang begitu cepat dari biasa. Rasa kekhawatiran yang membuncah, membuat dada Ray sedikit sesak karena itu.
Kenzo yang sejak tadi berlari di belakang Ray, kini semakin mempercepat larinya. Bahkan mendahului Ray saat pintu kaca rumah sakit terbuka dengan sendirinya. Kenzo terhenti tepat saat Ray yang sudah berhenti di belakangnya.
Bodoh. Kekhawatiran mereka justru malah melupakan satu hal ketakutan yang Ray punya. Rumah sakit. Anjani dirawat disana. Tapi, bagaimana Ray bisa masuk disaat dirinya saja tidak sanggup melangkah ke dalam.
Ray membeku, dengan mata memerah ia memandang Kenzo. Tangannya sudah gemetar dengan nafas yang naik turun. Kenzo yang tinggal melangkah masuk memilih untuk berbalik dan mendekat pada Ray yang bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya sekarang.
"Kau bisa tunggu disini, Ray. Aku akan melihat keadaan Anjani di dalam." Kenzo memegang lengan Ray berusaha untuk meyakinkan. Tanpa jawaban dari Ray, Kenzo memilih untuk kembali berbalik dan masuk ke dalam. Namun, dengan cepat tangan Ray menahan lengan Kenzo. Ray menggeleng lemah.
"Aku akan mencoba." Hanya pernyataan itu yang di dengar oleh Kenzo, karena di detik berikutnya Kenzo dibuat begitu terkejut melihat Ray yang berlari masuk, seolah-olah tidak akan ada yang terjadi pada dirinya jika ia berada di dalam sana.
#
Keduanya terhenti di ambang pintu salah satu ruang rawat rumah sakit yang terbuka. Ray melangkah perlahan memasuki ruang itu, dimana sudah ada Adel, Prof Andreas, Fredi dan juga salah satu dokter yang masih memeriksa keadaan Anjani. Gadis itu terbaring di ranjang dengan wajah yang benar-bencar pucat.
Ray menghusap wajahnya gusar, lalu memegang dahinya tanda jika keadaan Anjani benar-benar membuatnya khawatir. Fredi yang sejak tadi duduk di sofa langsung bangkit saat melihat kehadiran Ray. Ada ekspresi keterkejutan disana.
Bagaimana tidak? Anjani meberitahu, jika salah satu ketakutan yang dialami Ray itu adalah rumah sakit. Tapi, bagaimana bisa lelaki yang memilki tubuh lebih tinggi darinya ini masuk tanpa rasa takut sedikitpun.
Kau benar-benar menghilangkan ketakutannya Anjani.
Ada satu tarikan senyum tipis di sudut bibir Fredi, sebelum dia permisi dan meninggalkan ruangan ini. Baginya cukup untuk melihat Anjani baik-baik saja. Karena saat Anjani pingsan tadi, Fredi lah yang berada di samping Anjani. Fredi langsung menggendong tubuh kecil itu, saat memegang suhu tubuh Anjani yang sangat panas, dengan keringat kecil membasahi wajahnya. Fredi juga lah yang membawa Anjani ke ruang UGD, sampai berakhir di ruang rawat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOBIA
Romance Ruangan terkunci Gelap Hujan Api Menyetir Suara Ambulance Rumah sakit Darah *** Raiden Hershel Ganendra, takut pada semua hal itu. Kebenciannya pada banyak hal, menyebabkan ia tidak bisa menahan emosinya dan ber...