Untuk kesekian kalinya dan mungkin untuk terakhir kalinya, Anjani hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan lelaki di hadapannya ini tanpa bantahan apapun.
Sudah cukup beruntung untuknya kembali ke Indonesia dalam kondisi senormal mungkin tanpa cacat apapun.
Kabar baiknya, Ray benar-benar tidak bebuat apapun di malam itu. Bahkan di pagi hari, sebelum mereka bergegas ke Bandara, Ray sempat mengajak Anjani untuk sarapan.
Dia lelaki yang cukup mempunyai sopan santun bukan?
Cukup! Tidak lebih!
Karena nyatanya, sejak kemarin sedikitpun tidak ada kata terima kasih yang keluar dari mulut lelaki itu. Dia hanya terus menatap Anjani dengan pandangan dingin nan angkuh miliknya di setiap waktu.
Anjani menghela napas pelan saat Ray menyuruhnya untuk mendekat melalui isyarat kedua matanya. ia memberikan tas kecil serta koper milik Anjani yang sepertinya sudah diambilkan oleh orang berseragam jas yang berdiri tepat di samping Ray.
Baiklah! Seharusnya Anjani sudah menduga hal ini akan terjadi. Ray – lelaki itu tidak akan susah payah mengantri untuk mengambil tasnya seperti layaknya orang-orang yang lain. Dia tinggal mengambil ponsel dan menghubungi salah satu bawahannya untuk membereskan semua hal itu,
Harus kalian ketahui. Dia seorang Raiden Hershel Ganendra, CEO muda yang bisa melakukan apapun yang dia mau dalam sekejab.
Tapi tunggu dulu. Sejak tadi Anjani terus menatap pria muda yang berdiri dengan kaku tepat di sebelah Ray.
Dia bukan lelaki itu kan? Lelaki yang marah padanya saat di telpon. Lelaki yang langsung menyemburnya dengan nada tinggi saat ia tahu jika mereka sedang berada di Rumah Sakit.
Tentu, jika dilihat dari penampilan dan pandangan matanya sih. Dia memang bukan lelaki itu. Karena lelaki yang berbicara padanya di telpon kemarin sepertinya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Ray.
Anjani tersadar dari lamunannya saat Ray mulai berbalik dan melangkah keluar. Diiringi dengan dirinya yang kini mengikuti Ray untuk keluar dari bandara ini.
Anjani mengelilingi pandangannya, mencari satu orang yang mungkin akan langsung meneriakinya dan memakinya saat mereka bertemu. Siapa lagi? Adella Callista Indrani, Sahabat yang merangkum sebagai saudara perempuan, saudara lelaki, Ayah serta Ibu untuk Anjani.
Tapi sayangnya, sejak tadi ia sama sekali tidak menangkap sosok Adel. Mungkinkah dia belum datang? Atau mungkin dia terlambat? Itulah yang terlintas di benak Anjani saat ini sebelum langkahnya kembali terhenti saat Ray yang juga berhenti di hadapannya.
Anjani mengangkat pandangannya, mencari tau hal apa yang membuat Ray berhenti disaat mereka masih berada di keramaian seperti ini.
Gadis itu memiringkan tubuhnya untuk melihat siapa seseorang yang tengah berdiri di hadapan Ray saat ini. Tidak puas, Anjani kini menggeser tubuhnya untuk melihat lebih jelas siapa seseorang yang berada di hadapan Ray itu.
Anjani memicingkan matanya, dan melebarkan matanya saat lelaki yang berdiri di hadapan Ray kini membuka kaca mata hitamnya dan menatapnya dengan sorot tajam tanpa persahbatan disana.
DIA ORANGNYA!
Lelaki yang berbicara padanya di telpon kemarin. Jelas! Dia orangnya! Kali ini Anjani tidak mungkin salah. Tatapan itu tidak bisa membohonginya.
"See? Kita masih pulang dalam waktu yang sama kan? Kau tau berapa kali Kakek menelponku kemarin?"
Ray menghela napas pelan dan mengalihkan pandangannya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOBIA
Romance Ruangan terkunci Gelap Hujan Api Menyetir Suara Ambulance Rumah sakit Darah *** Raiden Hershel Ganendra, takut pada semua hal itu. Kebenciannya pada banyak hal, menyebabkan ia tidak bisa menahan emosinya dan ber...