DUA PULUH DELAPAN

2.3K 174 8
                                    

Suara tepukan terdengar riuh mengisi aula saat penutupan sebuah workshop selesai. Ray menjadi salah satu tamu spesial yang memang meluangkan waktu untuk hadir di acara ini. Selain Ray termasuk penyumbang dana terbesar di acara ini, Ray juga hadir sebagai pembicara untuk menginspirasi banyak orang dengan statusnya sebagai CEO termuda di Indonesia. Terlepas dari nama Ganendra yang selalu berada di belakangnya.

Kenyataan jika Ray lulus S2 dengan umur yang sangat muda, membuat banyak orang bahkan para senior kagum padanya. Ray jenius untuk pria seusianya yang mungkin masih mencari jati diri.

Lelaki itu berdiri bersama dengan Kenzo saat orang-orang mendekat dan saling berjabat tangan sebelum mereka meninggalkan aula ini. Seorang gadis dengan mata sipit ikut mendekat, menatap Ray dengan senyum kecilnya.

Ia menyodorkan sebuah buku, berlatar 'Hati' dengan warna merah dan pink yang mengisi warna covernya. Ray mengambil buku itu dan mengangguk pada seorang gadis yang ia tahu, jika gadis itu adalah seorang penulis hebat yang menciptakan banyak novel-novel laris, yang bahkan beberapa bukunya sudah di terjemahkan ke dalam 13 bahasa.

'BEAUTIFUL OF LOVE'

Ray menatap sendu judul yang tertulis di cover buku tersebut. Untuk terakhir kalinya mereka saling berjabat tangan, setelah bercengkerama cukup lama sebelum keduanya memutuskan untuk berpisah dalam pertemuan yang bisa dibilang sangat singkat ini.

***

Dengan ditemani secangkir kopi hangat, pemandangan golf yang cukup indah dapat dilihat dengan jelas melalui sebuah dinding kaca tempat Ray berada sekarang. Saat Kenzo memutuskan untuk menemani Kakek bermain golf, Ray lebih memilih untuk duduk di kantin lantai atas dengan kopi hangat yang sudah ia pesan sekarang.

Ia sudah menyapa Kakek tadi, lagipula Jay ada disana. Baginya berada di dalam satu kesempatan dimana Jay juga ada disana, bukanlah hal yang diinginkan oleh Ray. Selagi dia bisa menghindar, maka Ray akan terus melakukan itu.

Ia menyeruput kopinya perlahan, tatapan tajamnya terus tertuju pada sebuah buku berjudul 'Beautiful of Love' yang ia letakkan di atas meja. Ray mengambil buku itu setelah ia meletakkan kopi ke tempat semula. Lalu mulai membuka lembarnya satu demi satu, melihat dan membaca keindahan dari tulisan sang penulis.

Senyum Ray terangkat perlahan, ia mulai tertarik. Itu terlihat dari gerak tubuhnya. Ia menyandarkan tubuhnya sesantai mungkin, menyilangkan kedua kakinya, memegang bibir dengan ibu jarinya. Senyum kecil itu bahkan tidak juga memudar. Ray benar-benar membaca buku itu, bahkan tidak perduli jika kopi hangatnya akan menjadi dingin secara perlahan.

Mata Ray berbinar saat ia berada di sebuah lembar buku tersebut, tatapannya dalam membaca satu demi satu kata yang mungkin membuatnya sadar akan satu hal.

*

Seseorang bertanya padaku. Apa kau pernah menyukai seseorang?

Aku menggelengkan kepala. Lalu dia kembali bertanya.

Apa kau pernah menginginkan seseorang?

Dengan tegas kujawab tidak. Dan terakhir kali dia bertanya.

Apa kau tidak pernah mencintai seseorang?

Aku hanya diam dan tersenyum. Dan jawaban dia membuatku tertegun.

'Kau perlu memeriksakan hatimu.' Lalu dia mulai tertawa, pelan dan semakin keras. Seperti orang gila yang tidak berniat untuk berhenti.

Setelah ia puas, ia menarikku dan membawaku ke suatu tempat. Kami duduk di sebuah puncak, dimana di bawah sana sedang ada seorang Kakek yang membawa buket bunga mawar berwarna putih dan memberikan kepada seorang Nenek yang sedang menunggunya. Mereka saling menatap dan tertawa bersama

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang