DUA PULUH TUJUH

2.3K 178 17
                                    

Ada satu hari dimana aku membencinya.

Ada satu hari dimana aku bertanya. Kenapa dia melakukan semua ini dan apa alasannya?

Lalu di hari berikutnya. Dia membuatku bergetar dengan luka yang sangat besar.

Membuatku menjadi obat untuk menyembuhkan luka itu.

Hingga aku dan dia terikat tanpa sadar di sebuah hubungan yang membuat kami benar-benar terjerat.

Menarikku ke dalam dunianya, bahkan ke dalam hatinya.

Mungkinkah ini salahku?

Mencintainya lebih dulu dan mengungkapkannya lebih dulu. Berharap dia akan menjawab,

Meskipun akan berakhir kecewa.

***

"Anjani, Prof Andreas menunggumu di dalam."

Anjani yang sejak tadi mengobrol dan berdiri di dekat meja resepsionis menoleh dan mengangguk pelan. Ia segera berjalan menuju ruangan Prof Andreas yang menyuruhnya datang melalui SMS yang ia terima pagi tadi, sesaat ia keluar dari rumah Ray.

Tangannya terulur untuk membuka pintu sebuah ruangan yang sudah lama tidak ia masuki selama beberapa bulan terakhir.

Senyumnya terkembang seketika, saat Prof Andreas menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah lebar.

"Ayah pikir kau tidak akan datang."

"Mana mungkin Anjani tidak datang." Anjani menarik kursi di depan Prof Andreas dan duduk disana. Begitupun dengan Prof Andreas yang juga sudah duduk menatapnya. Tatapan yang amat dalam tertuju pada luka di tangan Anjani yang sudah dibalut rapi dengan perban.

"Ayah mendengar kecelakaanmu. Tapi, kenapa kau cepat sekali pergi dari rumah sakit? Ayah bahkan tidak sempat menemuimu."

"Anjani dengar Ayah rapat kemarin. Ini hanya luka kecil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Sesuatu terjadi di lokasi pemotretan Ray. Kau menyelamatkannya karena itu kau mendapatkan luka ini."

"Dari mana Ayah tahu?"

"Berita tentang kalian sudah tersebar."

"Benarkah?" Anjani mencodongkan tubuhnya dan menaruh kedua tangannya di atas meja Prof Andreas. Membuat lelaki paruh baya itu mengangkat senyum simpulnya.

"Kalian asik berdua, sampai tidak melihat berita lagi?"

Anjani terdiam dan hanya terkekeh, membenarkan kembali posisinya duduknya.

"Ayah rasa semuanya sudah berubah sekarang. Apa pertunangan palsu ini akan berubah menjadi pertunangan yang sebenarnya?"

"Tidak bisa di pastikan Ayah. Anjani hanya seorang Dokter bagi Ray sampai saat ini."

"Tapi, Ray adalah seorang lelaki untukmu?"

Prof Andreas memicingkan mata dan kekehan kecil terdengar saat ia mencium gelagat aneh dari Anjani.

"Ayah dapat merasakannya. Jadi, tidak perlu di tutupi."

"Sekarang, kembali ke topik dan jangan bahas topik lain. Kenapa Ayah menyuruh Anjani datang? Ini pasti bukan masalah pribadi kan? Bukan tentang Anjani ataupun Adel."

Prof Andreas menarik napas sebelum mengatakan perihal yang akan ia katakan pada Anjani.

"Ada kebakaran besar di sebuah panti Asuhan pinggir kota. 5 anak meninggal, dan 3 lainnya mengalami luka berat dan berada di ruang ICU kita. Total yang selamat, 15 orang termasuk 3 anak itu. Ini bukan hanya sebuah kecelakaan Anjani. Ini sebuah percobaan pembunuhan. Mereka disiksa, dikurung, dan dibakar hidup-hidup oleh orang yang mengasuh mereka."

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang