Ray segera menoleh dari layar komputer saat ponselnya berdering. Ia menggeser kursinya untuk mendekati ponsel tersebut. Bibirnya sedikit ditekuk saat nama 'Heart' tertulis disana. Lalu senyum tipisnya sedikit mengembang di detik berikutnya.
Ia berdehem untuk memperbaiki suaranya, sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Hmm," gumamnya pelan namun jelas.
"Aku mengganggumu?"
"Tidak."
"Aku sedang dalam perjalanan saat kau menelponku tadi."
"Apa kau sengaja hanya menggetarkan ponselmu?"
"Hmm."
Ray segera mendengus saat Anjani dengan cepat membenarkan dugaannya.
"Aku menelponmu 5 kali. Tapi, mungkin itu lebih."
"Kau menelponku 8 kali."
"Tapi kau tidak mengangkat satu panggilan pun?"
"Sudah ku bilang, aku sedang dalam perjalanan tadi. Aku tidak tahu kau secerewet ini hanya karena sebuah panggilan yang tidak di angkat."
"Hanya karena kau bilang?"
"Baiklah. Mulai sekarang aku akan selalu memberimu kabar, dimana dan akan kemana aku pergi. Kau juga orang pertama yang akan ku hubungi jika sesuatu terjadi padaku, Ray."
Ray menopang dagunya dengan tangan di atas meja. Senyum tipisnya kini sudah terkembang semakin lebar. Tangannya mulai menyentuh bibir bawahnya saat pernyataan yang tidak terduga itu keluar dari mulut Anjani.
"Benarkah?"
"Kau senang?"
"Tentu. Meskipun aku pernah membuatmu menunggu. Tapi, aku akui, aku tidak suka menunggu."
"Bukankah itu curang?"
"Terserah. Kau bisa menganggap seperti itu. Jadi, jangan pernah membuatku menunggu bahkan jika itu hanya sebuah panggilan telpon."
"Baiklah. Tuan Ray. Aku mengerti. Tadi, setelah dari Rumah Sakit. Ada pasien yang harus kutemui di klinik.Karena itu aku pulang. Mereka bilang, kabar baik aku kembali ke Rumah Sakit. Tapi, itu menjadi kabar buruk untuk mereka. Menurutmu bagaimana? Mereka tidak ingin datang ke rumah sakit, tapi mereka tetap ingin melakukan pengobatan denganku."
"Kau bisa menjadi Dokter di Rumah Sakit, dan di Klinik juga kan? Tergantung dengan dirimu bisa mengatur waktu atau tidak."
"Aku memikirkan itu sebenarnya."
"Lagipula, kau bisa mengatur waktu dengan mereka. Tidak setiap hari juga kan?"
"Kau benar. Aku pikir aku akan menutup klinik ini."
"Jadi, sekarang kau sudah mau pulang?"
Ray melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16:30 WIB.
"Hmm. Sebentar lagi. Adel juga pasti sudah menungguku dirumah. Ada acara yang harus kami datangi malam ini."
"Acara? Apa itu?"
"Reuni SMA. Rencananya sudah lama. Tapi baru kali ini terealisasi.Mumpung lagi ada waktu semua untuk kumpul."
"Jadi, tidak ada waktu untuk malam ini?"
"Kenapa? Kau ingin datang ke rumah? Acaranya jam 19:00. Mungkin anak-anak akan kumpul sampai larut. Setelah makan bersama, mereka juga mau ngajak karoeke. Tapi, sepertinya aku dan Adel tidak akan ikut."
![](https://img.wattpad.com/cover/90890892-288-k916292.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOBIA
Любовные романы Ruangan terkunci Gelap Hujan Api Menyetir Suara Ambulance Rumah sakit Darah *** Raiden Hershel Ganendra, takut pada semua hal itu. Kebenciannya pada banyak hal, menyebabkan ia tidak bisa menahan emosinya dan ber...