Empat Puluh Dua

1.3K 122 30
                                    

"Jadi, kau yang menyelamatkan Cheryl, dan mengeluarkan Cheryl dari mobil?" tanya Hirawan tidak percaya.

Farid menerawang ingatannya pada malam itu.

"APIII ... APII ... Mobilnya akan meledak. Cepat minggirrr!!!"

Farid dan Ariz saling menatap, keduanya masih meringis karena luka yang juga mereka dapat setelah truk yang mereka bawa terbalik dan menabrak beberapa motor di hadapan mereka. Teriakan orang-orang riuh saat itu, apalagi saat bensin dari mobil-mobil yang terlibat dalam kecelakaan mulai mengalir membasahi semen hitam yang sudah berlumuran darah.

Tidak bisa dibayangkan, disaat Orang-orang ingin menolong, tapi keadaan membuat mereka mundur. Sedangkan Ariz dan Farid saat ini tengah berdiri di sisi kanan dan kiri sebuah mobil sedan hitam, dimana di dalamnya ada keluarga Ganendra yang sedang membutuhkan pertolongan. Ringisan Ray dan Cheryl begitu nyaring di telinga mereka saat itu.

Seorang lelaki di kursi depan berusaha sekuat tenaga membuka pintu disamping Ray. Lelaki itu tidak menghiraukan dirinya lagi. Tidak penting seberapa banyak dirinya terluka. Baginya keselamatan Ray dan Cheryl itu lebih penting.

"KALIAN BISA MEMBANTUKU. AKU MOHON!" teriaknya dari dalam.

"Ray nggak mau keluar sendirian Om. Ray nggak mau ninggalin Papa dan Mama. Ray mau disini."

"Ray! Dengar Om. Jika kamu tidak selamat, maka Kakek akan benar-benar hancur. Jay juga masih membutuhkanmu. Om janji, kita semua akan selamat. Namun, yang penting kamu dulu yang harus keluar."

"Cheryl takuuutttttt. Mamaaaa .. Om Harizzzz."

"Cheryl bisa angkat kaki satunya sayang?" tanya Hariz.

"Bisa. Tapi, satunya nggak bisa. Sakit banget."

"Mama bantu ya sayang."

Dengan cepat saat itu Ariz yang berada di samping pintu Ray membantu Hariz, lelaki yang berada di kursi depan untuk membuka pintu. Ariz ikut memasukkan satu tangannya ke dalam kaca yang sudah pecah. Begitupun dengan yang Farid lakukan, Farid membantu dari sisi sebelah Cheryl. Lelaki itu juga membantu Cheryl melepaskan salah satu kakinya yang tersangkut.

"Aku mohon. Selamatkan putriku," lirih Popy dengan wajah yang sudah penuh darah.

"Anda juga harus selamat Bu," tegas Farid.

"Anak ini harus selamat. Dia harus selamat," gumam Hariz, setelah di detik berikutnya ia mengerang keras. Antara menahan rasa sakit, namun terus mengerahkan seluruh tenaga untuk membuka pintu Ray.

KLEKKK.

Secara bersamaan, pintu Ray dan Cheryl terbuka. Farid juga berhasil mengeluarkan kaki kecil Cheryl yang tersangkut di bawah kursi Herman saat itu.

Dalam hitungan detik, Popy langsung membantu Cheryl keluar dalam pelukan Farid. Sedangkan Hariz menarik tangan Ray dengan cepat, begitupun dengan Ariz yang langsung memeluk Ray untuk mengeluarkannya dari mobil.

DAAAARRRRRR

Sebuah ledakan terjadi di depan mata mereka. Saat itu Ariz membawa Ray ke dalam pelukannya. Mereka terjatuh, dengan tubuh Ariz yang berada di bawah, sedangkan Ray berada di atasnya dengan posisi tengkurap.

Di sisi lain, karena jarak pintu mobil Cheryl saat itu berdekatan dengan mobil-mobil lainnya yang ikut terlibat. Membuat Farid susah payah berlari dan keluar dari keadaan. Hingga saat ledakan terjadi mereka terjatuh dalam posisi yang sulit. Kaki Farid yang tersandung, membuat tubuhnya terbentur trotoar. Farid kehilangan kesadaran saat itu, namun sebelum itu terjadi, Farid dengan jelas mendengar tangisan Cheryl di dalam pelukannya. Gadis kecil itu berada dalam pelukannya dengan sangat terlindungi. Farid yakin jika dia baik-baik saja.

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang