Kakek menaruh sebuah majalah ternama tepat saat Ray sudah memasuki ruangan kerjanya pagi ini. Sebuah senyuman kecil tampak terukir di sudut bibir lelaki paruh bayah itu saat Ray mendekat dengan sikap tenangnya.
"Ini adalah majalah terakhir yang akan menerbitkan artikel tentang kamu dan gadis itu. Tidak ada yang ingin kamu jelaskan sedikitpun?"
Ray hanya diam seraya menarik kursi di depan meja sang Kakek dan duduk disana dengan cueknya.
"Ini sangat mudah untuk kita. Tapi mungkin gadis itu sedang gelisah sekarang."
"Tidak ada yang terjadi di antara kami. Jika dia orang yang pintar, dia akan langsung menyangkalnya dan mengatakan jika kami tidak saling mengenal."
"Tapi nyatanya kalian sudah saling mengenal."
"Dia mungkin tau namaku, tapi aku bahkan tidak tahu siapa namanya."
Kakek mengangguk pelan, "Ada satu cara lagi yang akan mempercepat masalah ini berakhir. Umumkan hubunganmu dengan Divya. Setelah itu Kakek dan Om Chandra akan mencari tanggal untuk pertunangan kalian."
Ray mengalihkan pandangannya malas. Mengumumkan hubungan? Hubungan seperti apa? Bahkan Ray tidak pernah berbicara banyak dengan Divya, selain Divya yang sering menceritakan tentang keluhannya tanpa perduli Ray akan mendengarkannya atau tidak.
"Ray, Kakek sudah memberimu waktu yang cukup lama. Dan kamu harus memutuskannya sekarang. Kecuali, jika kamu bisa memberikan Kakek alasan yang kuat untuk menolak pertunangan. Ingat! Tidak cukup hanya mengatakan jika kalian tidak saling mencintai. Kakek tidak akan menerima alasan yang seperti itu."
Kakek menghela napas pelan lalu beranjak dari duduknya.
"Kakek dengar kamu ada meeting siang ini kan? Bersiaplah, Kakek akan menunggumu di rumah nanti malam." Kakek mulai melangkah sebelum ia kembali terhenti tepat di samping Ray.
"Setidaknya kamu harus pulang malam ini. Sebelum pindah ke apartemenmu besok."
Ray tertegun, menatap Kakek yang kini menatapnya dengan nanar. Lagi! Tidak ada sedikitpun yang dikatakan Ray. Selain hanya mengangguk setuju tanpa bantahan sedikitpun.
***
Ray terhenti di ambang pintu ruang kerjanya, ia menutup pintu perlahan dengan tatapan lurus yang tertuju pada Divya di sofa. Gadis itu tersenyum, meskipun Ray hanya menatapnya dengan dingin.
"Jika kau ingin membicarakan tentang artikel itu. Mungkin Kakek akan segera memberitahumu jika semuanya sudah baik-baik saja sekarang," ucap Ray seraya berjalan menuju meja kerjanya tanpa menatap Divya sedikitpun.
"Kakek sudah memberitahuku. Bahkan sebelum dia memberitahumu."
Ray menatap Divya sekilas, lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya tanpa jawaban apapun.
"Tapi, tetap saja. Papa yang menyuruhku datang. Dan Papa juga yang menyuruhku untuk menanyakan hal ini." Divya beranjak dari duduknya, mendekat ke arah Ray yang masih terpaku pada layar laptopnya.
"Kau tidak berhubungan apapun dengan gadis itu kan? Jawab, ya atau tidak?!"
"Tidak," jawab Ray singkat yang langsung disambut dengan senyuman lebar dari Divya.
"Baguslah, Aku bisa memberitahu Papa tentang hal ini."
"Dan satu lagi, beritahu Papamu jika Kakek akan segera menentukan tanggal pertunangan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOBIA
Romance Ruangan terkunci Gelap Hujan Api Menyetir Suara Ambulance Rumah sakit Darah *** Raiden Hershel Ganendra, takut pada semua hal itu. Kebenciannya pada banyak hal, menyebabkan ia tidak bisa menahan emosinya dan ber...