EMPAT PULUH SATU

1.4K 129 48
                                    

Selama 3 jam akhirnya pekerjaan yang cukup panjang untuk Fredi hari ini. Lelaki itu kini duduk di kursi kerjanya, menatap ke dinding, membelakangi Kanaya yang masih terisak. Bukan hanya Kanaya, bahkan dirinya pun sangat terkejut saat ini. Bisa dikatakan, Fredi menjadi orang pertama yang mengetahui tentang identitas Kanaya sebenarnya.

Tapi bagaimana mungkin?

Bagaimana mungkin gadis itu menjadi Cheryl?

Cheryl sudah mati. Semua orang menganggapnya tidak ada. Bahkan keluarganya sendiri pun menganggapnya seperti itu. Setiap tahun bahkan setiap bulan Hirawan selalu ziarah ke makam cucunya itu. Lalu, bagaimana bisa?

Ingin rasanya saat ini, Fredi berlari keluar dan memberitahu semuanya. Tapi, tetap saja saat ini ia bertugas menjadi seorang Dokter yang akan menjaga rahasia apapun dari pasiennya.

Di belakang, Kanaya terus saja menangis, kedua tangannya sudah memerah saat ia berusaha memberontak di alam bawah sadar. Bukan hanya hatinya yang terluka tapi fisiknya juga.

Happy Birthday Cheryl

13 Maret 2000

HAPPY BIRTHDAY MY BEAUTIFUL DAUGHTER 5th

Semua orang yang datang tampak memuji Cheryl. Betapa cantikya anak itu, betapa manisnya dia, betapa lucunya dengan wajah imut yang selalu tersenyum, kulitnya mulus dan halus masih seperti bayi.

Cheryl tertawa lepas saat itu, ia sangat bahagia mulai dari bangun tidur hingga saat ini, saat hari sudah mulai gelap. Tidak terhitung, jumlah kado yang ia dapat, mungkin ratusan atau bahkan ribuan. Dari yang kotak besar, sampai pada kotak kecil.

Namun, kado pertama yang Cheryl buka hari itu adalah kado dari Ray dan juga Jay. Cheryl tersenyum bahagia saat membuka kado dari Jay. Sebuah Mug Hello Kitty yang ditengah-tengahnya ada foto Jay, Ray dan Cheryl yang sedang bertiga.

Cantik.

"Kak Jayyy. Makasih kadonya..." teriak Cheryl pada Jay yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Tarok di atas nakas Cher. Biar kalo bangun tidur, terus haus, jadinya nggak pakek botol lagi."

"Nggak ahhh. Sayang. Simpen di lemari aja. Kalo Cheryl tiba-tiba nggak sadar, terus Mugnya kesenggol dan pecah. Kan sayang."

Popy yang berada di hadapannya hanya tersenyum sembari menghusap kepala putri kecilnya itu.

"Kan naroknya, bisa agak jauhan dikit."

"Pokoknya nggak ada yang boleh pakai Mug ini. Disimpannya juga di lemari Cheryl aja." Cheryl kembali memasukkan Mug cantik itu ke dalam kotak, dan menyingkirkannya ke sisi sebelah kanan. Ia beralih ke kado Ray yang belum ia buka.

Kotaknya besar. Pasti isinya besar juga. Itulah yang dipikirkan Cheryl atau anak-anak seusianya saat melihat Kado yang lebih besar daripada kado yang lainnya. Namun, senyum Cheryl pudar di beberapa detik berikutnya. Ia mengambil sebuah benda dan sebuah kertas di dalam kotak besar itu.

Empeng Dot Cheryl yang sudah hampir 2 tahun tidak lagi digunakan menjadi isi dari kotak besar yang baru saja ia buka.

Sekarang empeng dotnya baru boleh dibuang. Kan udah gede.

Disamping tulisan yang masih jauh dikatakan rapi itu ada sebuah gambar senyum yang sangat menjengkelkan. Cheryl mendengus, lalu dengan cepat beranjak. Melempar Empeng Dotnya pada Ray yang saat ini sedang tiduran di bawah sofa depan tv ruang keluarga.

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang