TIGA PULUH DUA

2.2K 152 28
                                    

I LOVE YOU

I LOVE YOU TOO

Seulas senyum terpancar dari wajah Ray, masih dengan mata tertutup. Kedua kata itu seakan menjadi bunga tidur yang indah untuknya. Ia mulai mengerjap saat cahaya terang mulai menusuk, memaksa untuk masuk dan menerobos kilauan manik hitamnnya.

Ray menyipit saat sinar itu tepat mengenai matanya. ia melihat ke arah sinar itu melalui jendela yang berada di sampingnya. Lalu menoleh, dan seketika tersentak. Langsung membalik tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal saat wajah anak-anak yang justru kini sedang memasatinya seolah melihat sesuatu yang sangat membuat mereka penasaran. Ray berharap ia dapat melihat wajah Anjani, namun wajah anak-anak polos itu seketika membuatnya tersentak setengah malu.

Ray sedikit memukul bantal, saat menyadari perlakuannya barusan. Lagipula kenapa dia harus menutup wajahnya? Dia tidak melakukan kesalahan apapun, hanya saja wajah anak-anak itu memang membuatnya sedikit terkejut. Ia membuka bantal itu perlahan, kembali berbalik dan tersenyum menatap mereka satu persatu.

"Kenapa Kakak tidur disini?" tanya gadis kecil yang kini sudah duduk di tepi ranjang Ray.

"Kak Anjani juga tidur disini," sahut yang lain di belakang gadis itu.

"Kak Anjani nggak tidak tidur disini. Kak Anjani tidur di kamar sebelah," Ucap seorang anak lelaki meluruskan, yang usianya lebih besar daripada keduanya.

"Kalian disini rupanya?!" teriak Vani yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Kenapa kalian ganggu dia?" sambung Anita yang juga baru datang.

"Kata Kak Anjani, kita harus disini. Nungguin Kakak Penakutnya bangun." Jawaban polos dari gadis kecil yang duduk di tepi ranjang Ray, berhasil membuat Ray melebarkan mata.

"Apa?" tanya Ray pelan.

"Ayo keluar, biarin Mr. Phobianya tidur lagi. Kata kak Anjani, dia tidur sangat malam semalam," ajak Vani

"Kakak Penakut, Mr Phobia! Darimana kalian mendapatkan kata-kata itu?" Ray mengernyit bingung.

"Nama itu tertulis jelas di ponselnya Kak Anjani," jawab Anita cepat. "Mr. Phobia."

"Kata Kak Fahri, Phobia itu artinya penakut."

Ray menatap tajam semuanya satu persatu, lalu mendengus dan terkekeh.

"Lalu kalian suka dengan panggilan itu?" tanya Ray tajam.

"Jika Kak Anjani suka kenapa kami tidak?" jawab Vani tersenyum lebar. "Ayo anak-anak, Mami sudah menunggu di luar. Biarkan dia membereskan diri dulu." Semuanya mulai beranjak dan berjalan pergi. Sedangkan Vani masih menatap Ray yang bisa dikatakan cukup terlihat berantakan saat bangun tidur. Tapi tidak bisa dipungkiri, jika kenyataan jika Ray masih sangat tampan bahkan saat ia terlihat berantakan seperti itu.

Anita keluar terakhir dengan tersipu. "Gue cewek normal, dan gue akui dia emang ganteng," bisik Anita pada Vani yang bergedik seketika sebelum akhirnya gadis itu pergi meninggalkan Vani yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Vani pada Ray saat semuanya sudah keluar dari ruangan itu.

"Apa yang salah dengan tatapanku?"

"Aishh, Dimana Kak Anjani menemukanmu?! Bagaimana bisa, dia yang selama ini tidak pernah membawa pacarnya tapi bisa membawa lelaki sepertimu?"

"Kenapa? Kau juga kagum padaku?" Ray tersenyum lebar, masih dengan posisi duduk di ranjangnya.

"Jangan tersenyum seperti itu pada siapapun. Terutama pada wanita. Setidaknya, kami menerimamu. Jadi, jangan pernah sekalipun menyakiti Kakak kami. Mengerti?!"

MR. PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang