Prolog

7.2K 220 0
                                    

Selamat Malam? Kau tahu, kehadiranmu selalu mendatangkan rindu kepadaku tentang seseorang. Apalagi saat aku ingin menutup mata, sebab wajahmu terus yang terbayang di pikiranku. Begitupun dengan deru nafasku sekarang yang mulai tidak beraturan, itu semua karena ada aliran darahmu di dalam tubuhku.

Sungguh Malam ini Bintang dan Bulan melengkapi langit sebagai pengiring atau penyair aliran rasa rindu, ia pun sebagai saksi bisu bahwa mencintai seseorang membuat aliran darahnya beku dan digantikan dengan aliran rasa cinta. Cuaca hujan yang begitu deras membuat suasana menjadi dingin sehingga menusuk kulit dan membutuhkan sebuah kehangatan, disini aku sedang duduk diatas balkon sambil menggosok-gosok kedua tanganku dan menatap langit yang dihiasi bulan dan butiran air yang sedang berjatuhan membasahi bumi yang membuat terciumnya wangi tanah khas.

Seseorang sedang berjalan melewati rumahku dengan menggunakan payung untuk digunakan sebagai pelindung dirinya agar tidak membasahi tubuhnya. Tetapi, apakah engkau sadar? Aku (hujan) datang membawa kenikmatan dan anugerah, untuk engkau wahai umatku. Aku mengguyur semesta dengan datangnya hujan, karena aku turut bersedih atas berdukanya umatku yang sedang bersedih hati dan menangis.

Apakah kau benci dengan kedatanganku, karena membawa pengaruh buruk sehingga kau mengingat masa lalumu? Padahal aku ingat, kau berlari-lari dengannya diselingi tertawa riang dan pelukan hangat darinya karena aku datang membawa suasana yang cukup dingin sehingga kau bisa bermanja-manja dengannya dibawah air hujan yang kuturunkan. Sungguh indah, bukan? Tetapi sekarang? Kau jutru membenci kedatanganku karena aku membawa sebuah kenangan yang t'lah kau ukir bersamanya, padahal peranku disini hanya sebagai orang ketiga.

Berarti benar, kharismatik hujan sungguh kuat. Sudah terbukti, karena hujan yang turun diselingi angin bisa menularkan penyakit rindu. Hmm sudahlah, aku tidak peduli kau suka hujan atau tidak, kalau tidak silakan berteduh dan gunakan payung agar kau bisa melanjutkan aktivitasmu kembali.

Sudah terlalu panjang aku berdialog dengan angin malam, lalu akupun mengambil secangkir kopi yang dipadukan rasa cappucino. Sungguh, di suasana seperti ini memang sangat cocok mengkonsumsi minuman hangat mengandung cafein. Cafein membuat seseorang candu untuk terus mencobanya, pertanyaanku sekarang.

Apakah dirimu mengandung cafein sehingga aku candu dan bergantungan dengan dirimu? Kopi tanpa cafein sungguh hanta di bibirku, sedangkan teh tanpa gula tetap manis karena adanya kamu disampingku? Gombal. Iya, semenjak kenal dengan kau, aku jadi bisa bergombal tentang cinta seakan-akan hanya omongan palsu yang ku katakan tetapi tidak sesuai dengan fakta. Memang terasa sakit saat fakta tidak sesuai harapan, tetapi jangan salahkan siapa-siapa. Sebab, kau sendiri yang merakit harapan itu.

Tetapi tak apalah kalau kita tidak berjodoh, setidaknya kau pernah hadir di kehidupanku dan mengartikan sebuah arti cinta? Hmm.. Kurasa cara ngomongku sudah mulai ngaco, bahkan sampai sekarang aku belum menemukan arti cinta yang sebenarnya.

Cinta ya? Orang bilang cinta itu tanda kasih sayang. Tetapi aku cinta dengannya, lalu kenapa rasa sakit terus menerus yang aku rasakan? Ah sudahlah, aku memang tidak begitu paham dengan definisi cinta. Jodoh sudah ada yang mengatur bukan? Dan tuhan juga bilang, kalau jodoh tidak jauh dengan kita. Wahh, mungkin saja kita berjodoh buktinya posisi kita sedang berdekatan seperti langit dan bumi. Aku salah berbicara lagi, setauku jarak antara langit dan bumi begitu tinggi dan jauh. Mana mungkin aku bisa menggapaimu? Angin saja kugapai kosong, tidak berisi apa-apa seperti perasaanmu kepadaku.

Angin, aku sangat ingin memujamu tetapi aku juga ingin menghukum mu. Sebab, disaat aku sedang menyusun strategi untuk melupakannya, tiba-tiba kau datang menghancurkan semua strategi yang telah ku susun dengan usahaku sendiri. Aku tidak tahu, siapa yang mengundang kehadiranmu. Kau sangat perusak, tetapi kau juga penyejuk rasa rindu yang belum tersampaikan.

Selain kau yang aku suka, aku juga sangat menyukai bunga mawar sebab warnanya yang begitu mencolok sampai aku terpaku dengan kecantikannya. Aku ingat, dulu dirimu pernah berkata bahwa diriku ibaratkan seperti bunga mawar dan kau durinya. Kau sebagai duri tajam di tangkaiku dan sebagai pelindung mawar merah agar tidak dipetik orang. Ah, sudah cukup bercengkerama dengan mawar merah, sebab coba kau lihat.. mawar putih sedang jengkel karena tidak ada yang memujanya.

Sebentar saja, aku ingin bertanya. Apakah kau sudah menonton berita di televisi? Aku tidak keberatan jika harus menyebutkan apa saja yang sudah ditayangkan oleh beberapa chanel televisi internasional. Sekarang sudah banyak bencana alam yang menimpa alam semesta seperti, gunung meletus, gempa, longsor, banjir. Semua itu memang kehendak Tuhan, atau Tuhan memang sedang marah dengan manusia yang terus membuat kerusakan alam? Sungguh, di dunia ini kita memang tidak hidup sendiri bahkan sejak zaman Nabi memang sudah ada jin, syaitan atau makhluk gaib yang akan terus menggoyahkan pikiran manusia hingga hari kiamat nanti?

Coba bayangkan, sudah berapa umat yang mengikuti ajaran syaitan? Bahkan sekarang, sudah banyak pembunuhan-pembunuhan langsung secara sadis, sudah banyak orang yang bunuh diri atas masalah yang menimpa dirinya. Apakah kau tidak bisa merenungkan pikiranmu sejenak? Hidup memang masalah karena itu memang untuk proses pendewasaan pikiran manusia. Tuhan juga memberimu masalah karena ia yakin, bahwa kau memang mampu menyelesaikannya. Karena Tuhan berkata "Aku tidak akan memberikan masalah diluar kemampuan batas umatku."

Jakarta, atas nama rindu.

**
Aku buat cerita baru, maklumin aja orang bete kerjaannya begini. Ohiyaa, jika ada kesalahan dalam ketikan mohon dimaafkan dan periksa part terlebih dahulu sebelum membaca. Thanks, and don't forget to vote&comment!💙

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang