Part 23 {flashback}

1.6K 53 0
                                        

Aliran air mata menggores kedua pipiku dengan tajam hanya dengan sebuah perkataan yang menyakitkan.

**
Flashback on

Saat kenaikan kelas telah tiba, Fella yang menduduki kelas 7 SMP akan naik ke kelas 8 SMP. Sedangkan Alex kakak kelas Fella yang sekarang menduduki kelas 8 SMP akan naik ke kelas 9 SMP. Tetapi, Alex tidak naik kelas dikarenakan sikapnya yang terlalu menyepelekan guru-guru serta tugas-tugas yang diberikan. Hal ini sangat berbeda jauh dengan adiknya yang pintar dan taat terhadap aturan.

Awal Alex mendekati Fella dikarenakan wajahnya yang begitu menggemaskan baginya, ia tertarik dengan aura yang ada didalam tubuh Fella. Ternyata, begitu mudah saat mendekati Fella.

Saat ini Fella dan Alex satu angkatan, dikarenakan Alex yang tidak naik kelas tetapi Alex sangat membanggakan karena ia bisa seangkatan dengan Fella bahkan satu kelas dengannya.

Sedangkan keluarganya begitu kecewa karena mendapat kabar bahwa anaknya tidak naik kelas, apalagi saat itu keluarganya sedang tertimpa masalah terlilit hutang milyaran rupiah.

"Haalooo bidadari?" Sapa Alex dengan semangat.

"Semangat banget, gimana nilai raportnya?" Pertanyaan Fella membuat Alex memanyunkan bibirnya.

"Alex yang ganteng tampan menawan ini tidak naik kelas, tetapi ini jadi suatu kebanggaan karena bisa seangkatan dengan tuan putri yang jelita." Jawabnya dengan wajah menggemaskan.

"APA? KAMU SERIUS?" Tanya Fella dengan kaget.

"Pasti kamu seneng kaann? apaalaagii akuuu!"  Ucapnya dengan santai.

"Kamu gila, Lex? Lagi gak sakit kan? Atau belum minun obat? Tapi kok badannya gak panas?" Tanya Fella sambil mengecek tubuh Alex.

"Sehat waalfiat kook. Gimana kalau kita rayain atau syukuran gitu, kan aku gak naik kelas terus jadi bisa seangkatan sama kamu. Gimana, setuju kan?" Tanya Alex.

"Ternyata kamu lebih bego dari yang aku kira. Dimana-mana orang yang gak naik kelas itu frustasi, kok kamu malah kesenangan gitu sih? Ngomongnya juga ngaco, dimana-mana syukuran itu kalau tercapainya suatu keberhasilan. Kamu berhasilnya dari mana yaampun, Alexxxx?" Ucap Fella sambil mengusap wajahnya.

"Bagus dong, jadi kamu gak perlu takut aku tinggal lulus nanti."

"LEX KAMU MAKAN MECIN BERAPA KILO SIH?" Tanya Fella dengan frustasi.

"Baru sekilo, Fel. Itu juga masih kurang bagi aku!"
Ucap Alex dengan santai

"Kok aku bisa mau ya, punya cowok oon kayak kamu. Untung ganteng loh----- ah tapi gak guna juga sih kalau ganteng tapi otaknya gak ada." Ucap Fella.

"Kok bidadari jahat kepada kakanda?" Tanya Alex.

"Panggilan kamu ke aku banyak banget sih, Lex. Sumpah, aku jijik tauuu!" Gerutuh Fella.

"Uuu tayaank bilang aja senengg, sini pelukk!" Ucap Alex sambil membuka kedua tangannya.

"Gak mau, nanti ketularan gak naik kelas. Bye." Ucap Fella dan langsung meninggalkan Alex ditempat.

"Kok cewek gue lama-lama songong..." Ucap Alex.

**
Alex berkumpul dengan teman sekelasnya saat kelas 8 SMP, ia ingin salam perpisahan karena tinggal kelas dan tidak bisa sekelas dengan grup badboynya.

Teman-temannya memasang wajah sedih karena tidak bisa bersama-sama dengan Alex lagi, Alex memang ternilai pandai bergaul dengan siapapun tanpa memandang miskin atau kayanya seseorang itu yang membuatnya disukai oleh teman-temannya.

"Udah lah, Bro. Kayak cewek aja lo pada meluk-melukin gue terus." Ucap Alex.

"Gue sedih tai onta!"  Balas Sandi.

"Mana pernah cewek mau meluk lo!" Ledek Getar.

"Diem lo jangan bicara, bumi jadi bergetar karena beradu gesek dengan nama lo!" Ucap Alex membuat teman-temannya tertawa.

"Boxer kang seblak masih aja nyela orang!" Ucap Fadhil.

"Anget dong" Saut Sandi.

"Sih tolol gak naik kelas mah kesenengan bisa seangkatan sama ceweknya. Ngaku deh lo!" Ucap Getar.

"That's rightt!!" Seru Alex.

"Jadi lo lebih memilih cewek dibanding kita yang lebih mengenal lo terlebih dahulu?" Tanya Fadhil.

"Bahasa lo sok baku, Dhil!" Sahut Sandi.

"Bukannya gitu plankton, memang dasarnya gue bego mau gimana lagi? Masa orang bego dinaikin, gimana negara Indonesia yang tercinta ini?" Tanya Alex.

"Sok cinta Indonesia tapi otak lo cetek kayak kolem renang TK sekolah adek gue!" Sahut Getar.

"Sekolah adek lo keren juga, ada kolem renangnya. Kali-kali sabi jemput adek lo terus numpang renang." Ucap Sandi.

"Hahahaha tolol!"

"Recehan aja gak sereceh lo semua beb." Sindir halus Alex.

"Lo semua doain gue yee, semoga nanti kuliah bisa ngambil fakultas psikologi." Tutur Sandi meminta dia kepada teman-temannya, padahal kuliah masih 3 tahun lebih lagi.

"Gaya lo kecebong ciliwung, lo aja gila gimana bisa nyembuhin orang gila?" Tanya Alex.

"Dih pantes aja gak naik kelas, otaknya beneran dangkal kayak wc umum." Ucap Sandi.

"Hahaha mengakak."

"Jurusan psikologi bukan berarti nyembuhin orang gila. Kalau gue jadi psikiater baru deh nyembuhin orang-orang bermasalah kejiwaan."

"Ah udah lo cocokan jadi dukun beranak dijeruk purut." Tukas Alex.

"Gue bagian ketawa sama ngeliatin debat lo berdua aja deh" Ucap Getar.

"Liat aja, Lex. Gue bakal kuliah di Universitas terbesar didunia." Ucap Sandi.

"Nih orang kebanyakan gaya duitnya gak ada." Sindir Fadhil.

"Nah sekarang gue tanya, lo mau bayar semesteran pake apaan? Mau jual ginjal?" Tanya Alex.

"Nanti gue jualin ginjal-ginjal keluarga gue." Ucap Sandi .

"Yang ada pas wisuda keluarga lo pada sakit semua." Ucap Getar.

"Jangankan wisuda, pas sidang lo beserta keluarga lo juga udah mati duluan!" Ucap Fadhil membuat teman-temannya tertawa pecah.

tbc.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang