Part 28

1.4K 51 0
                                    

Kau ibaratkan matahari dipagi hari, bulan dan bintang dimalam hari. Jadi bayangkan, jika kau pergi.

**
Saat jam bel pulang sekolah, Fella melewati kelas Ferrel tetapi hanya ada kumpulan teman-teman Ferrel. Akhirnya, Fella menurunkan gengsinya dan menanyakan keberadaan Ferrel kepada teman kelasnya.

"Lang, lo liat Ferrel gak?" Tanya Fella kepada Elang.

"Kenapa gak nyari yang ada aja?" Jawab Elang.

"Tau nih, lo mah nyari yang gak ada terus."

"Cepetan." Ucap Fella.

"Gak tau, gue kira kalian udah putus. Habisan akhir-akhir ini lo jarang bareng-bareng lagi, biasanya pulang sekolah nempel terus." Ucap Dito membuat Fella menaikkan kedua bahunya.

"Gak tau tuh, temen lo tiba-tiba ngejauhin gue gitu aja." Balas Fella.

"Yaudah lo sama gue aja, Fel. Gue gak beda jauh sama Ferrel kok" Ucap Elang.

"Mending jomblo seumur hidup deh, daripada harus pacaran sama hewan kayak lo." Ucap Fella kepada Elang dan langsung meninggalkan kelas Ferrel.

Saat Fella melangkahkan kakinya, tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka membuat Fella memberhentikan langkahnya dan melihat sesosok pria dengan berbadan tinggi, berdiri dengan gaya coolnya sambil memainkan rambutnya.

"FERREL?!?" panggil Fella membuat Ferrel memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.

Fella langsung berlari menghampiri Ferrel yang sedang berdiri di tengah koridor perpustakaan, "Kenapa lo ngehindarin gue tanpa alasan akhir-akhir ini?" Tanya Fella mendongak karena tubuhnya yang tidak sebanding dengan Ferrel.

"Kenapa juga gue harus buat alasan untuk ngehindarin lo?" Tanya Ferrel membuat Fella terdiam, ia merasa sakit hati atas pertanyaan Ferrel kepadanya.

"Sebenernya kita itu apa sih? Gue gak ngerti, tiba-tiba lo berubah kayak gini."

"Gue bukan power ranger." Ucap Ferrel.

"Gue gak bercanda." Sergah Fella menatap mata Ferrel dalam.

"Gue ngedeketin lo tanpa alasan dan gue ngehindarin lo tanpa alasan. Jadi, gue rasa itu masuk akal kan?" Ucap Ferrel sambil menaikkkan alisnya.

"Lo kira gue cewek apa? Gue selalu nunggu lo untuk cerita kenapa lo berubah, gue selalu nunggu kabar lo, gue selalu nunggu chat dari lo sampai gue harus menurunkan gengsi gue untuk memulai duluan. Cewek punya titik jenuh, dimana ia harus berhenti menunggu hal yang tidak pasti. Kenapa lo nyepelein itu semua?" Ucap Fella dengan menahan bendungan air mata yang siap ditumpahkan dikedua pipinya.

"Dan kenapa disaat gue udah bener-bener sayang sama lo, lo malah menghindar kayak gini? Dugaan gue ternyata salah. Lo cuma main-main sama gue" Lanjut Fella mengatakan perkataan lagi.

"Yaudah, kalau gitu sekarang kita berhenti. Udah kan? Gue pergi." Ucap Ferrel membuat Fella meneteskan kedua air matanya.

Fella langsung melontarkan kalimat yang membuat Ferrel terdiam sejenak, "Lo susah ditebak, gue bingung."

"Dan lo sama aja, brengsek kayak Alex!" Lanjutnya dengan luapan emosi yang sudah ia tahan sejak tadi.

Sedangkan Ferrel menatap Fella dengan tatapan yang sulit dibaca, ia bingung harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak. Jika tidak, sungguh ia begitu jahat karena berubah tanpa alasan kepada satu pihak, Fella.

Pada akhirnya, Ferrel mengatakan yang sejujurnya membuat Fella bagai kesambar petir,
"Karena gue satu darah sama dia!" Balas Ferrel membuat tubuh Fella bergetar tidak mengerti apa maksud perkataan Ferrel.

"Maa---ksudd lo?" Tanya Fella disela-sela tangisnya.

"Alex abang kandung gue, dan gue rasa itu jelas untuk mengakhiri hubungan ini." Jelas Ferrel membuat Fella menjatuhkan kedua lututnya dilantai sambil menutup wajahnya.

"Berdiri atau gue tinggal disini?" Ucap Ferrel membuat Fella membuka kedua tangannya dan menatap Ferrel dengan sayup.

Fella bungkam, ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia merasa dunia jahat, karena ia selalu mendapatkan ujian yang begitu berat pada dirinya.

Sedangkan Ferrel, langsung meninggalkan Fella ditempat yang masih menangis atas masalah yang menimpa hubungannya.

Kalau mereka saudara, kenapa gue terlalu bodoh tidak bisa menafsirkan mereka berdua. Ucap Fella disela-sela tangisnya.

Fella langsung berdiri dan mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah untuk mencari angkutan umum agar bisa sampai rumah. Sedangkan suasana sekolah sudah sepi, tetapi masih ada beberapa orang yang sedang melakukan ekstrakurikuler.

tbc.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang