• Like a Star

7.8K 801 16
                                    

Lee Jihoon, ia berjalan di atas Jembatan Sungai Han tak menentu arah. Menendangi batu kecil yang menghalangi jalannya. Bekas air mata yang mengering tertimpa oleh air mata yang kembali mengalir di wajahnya tanpa sadar.

Pandangannya kosong. Sinar matanya redup. Dinginnya angin malam tidak menyurutkan ambisinya untuk terus berjalan menghalau semua rintangan yang ada. Termasuk rintangan untuk melihat beberapa pasangan kekasih yang tengah bermesraan disekitaran Sungai Han ini.

Apa benar ia tidak mencintaiku ?

Jadi, anggapanku bahwa ia mencintaiku sepenuh hati adalah sebuah kesalahan ?

Namja manis itu kembali meneteskan air matanya kala terbesit suatu untaian kata tersebut. Ia menarik napasnya lalu menghapus air matanya.

"Lee Jihoon, kau pasti bisa. Berhenti untuk menangisi orang seperti dia. Ya, aku berjanji untuk tidak meneteskan air mataku barang setetes pun untuk bajingan seperti dia." Gumamnya menyemangati diri sendiri.

Ia berhenti melangkah. Melihat ke arah aliran air sungai yang begitu damai. Ia naik ke atas tembok yang menyangga pagar-pagar tersebut agar bisa melihat ke bawah lebih jelas.

Ia menolehkan kepalanya ke arah taman yang ada di pelataran Sungai Han. Ia bisa melihat dua orang lelaki yang tengah berbicara. Ia menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Bukankah itu Wonwoo ? Atau aku salah lihat ?" Gumamnya.

"Aish, tidak terlihat!" Protesnya.

Bukannya takut akan jatuh ke dalam air, ia malah menjinjitkan kakinya dan semakin melongokkan kepalanya agar bisa melihat dengan jelas.

Soonyoung yang mengira kekasihnya itu akan melompat, langsung berlari ke arah Jihoon dan menariknya hingga jatuh ke dalam dekapannya. Si mungil itu meringis kesakitan karena kepalanya berbenturan dengan dada Soonyoung.

Jihoon mengusap keningnya, "Sakit sekali."

Soonyoung menjauhkan bahu kekasihnya dan menatap tajam dengan napasnya yang terengah-engah, "Kau gila?!"

Namja Lee itu mendongakkan kepalanya, "Siapa kau berani berteriak padaku?!"

"Aku kekasihmu!"

Jihoon tersenyum miring, "Kau bilang apa ? Kekasih ? Setelah kau berkata seperti itu kau masih berharap jadi kekasihku ? Setelah kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulutmu kau masih mau berharap jadi kekasihku ?"

Soonyoung menghela napasnya, "Ji, bukan begitu. Bukan begitu ma—"

"Lalu apa ? Kesalahpahaman ? Aku yang terlalu—"

"Dengarkan aku dulu, Lee Jihoon!"

Bibir Jihoon bergetar dan napasnya memburu. Pandangannya memudar karena terhalangi air yang siap tumpah dari matanya.

Ingat janjimu, Lee Jihoon. Tidak ada tangisan lagi. Batin Jihoon.

Soonyoung menarik tangannya kasar, "Tidak usah banyak tingkah. Kau ikut saja denganku." Ancamnya.

Namja Kwon itu menyetop taksi dan sedikit memaksa Jihoon untuk masuk ke dalam taksi tersebut. Mereka duduk berjauhan. Sepanjang perjalanan, Soonyoung terus melirik ke arah Jihoonnya. Ia menatap sendu ke arah kekasihnya yang menatap keluar jendela.

Soonyoung tahu kalau ia tidak menatap jalanan. Ia sedang berusaha menahan air matanya dan menahan isakkan yang mungkin akan terdengar. Karena Soonyoung dapat melihatnya dari pantulan kaca jendela itu.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang