66. Latihan

4.9K 456 51
                                    

Ruangan yang penuh akan cermin di Pledis sampai saat ini masih juga memperdengarkan rentetan lagu-lagu dari grup asuhan Pledis tersebut. SEVENTEEN, grup yang beranggotkan tiga belas orang laki-laki muda itu kini tengah latihan guna mempersiapkan konser mereka di Jepang.

Hoshi, ketua dari performance team itu beberapa kali menyeka rambutnya yang kini sudah basah oleh keringat. Tak lupa kaos hitamnya pun telah basah oleh keringatnya. Sementara di atas meja, terdapat seorang lelaki yang tengah memandangnya penuh minat.

Kwon Soonyoung yang tengah menyusun beberapa gerakan untuk kemudian ia gabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh atau yang sering disebut sebagai tarian. Lelaki itu tak hanya sendiri, ada juga Jun dan Chan. Minghao tengah syuting acara yang mengharuskannya pergi ke negeri kelahirannya, China. Namun bagi Soonyoung itu tidak masalah, Minghao adalah penari hebat. Ia bahkan bisa menghafal gerakan hanya dalam satu hari saja.

"Kalau begini, bagaimana?" Soonyoung memperlihatkan satu gerakan yang kemudian diberi acungan jempol oleh yang termuda.

"Aku suka!" serunya.

"Kau, Jun?"

Jun pun menganggukan kepalanya seraya mengacungkan kedua ibu jari tangannya. "Bagus, bagus," katanya.

Soonyoung pun tersenyum melihat reaksi dari kedua anggota timnya. "Baiklah, kita ulang dari awal sekali lagi. Setelah itu kita pulang," ujarnya.

Beberapa dari anggota memang telah memilih untuk pamit terlebih dahulu, karena latihan dari tim mereka sudah selesai. Contohnya hip-hop tim. Sudah sekitar setengah jam lalu mereka pamit undur diri untuk pulang. Beberapa anggota dari vokal tim pun telah pulang, seperti Jeonghan, Seokmin, dan Jisoo. Seungkwan sedang ada perlu katanya, jadi ia membiarkan mereka pulang terlebih dahulu.

Lewat pantulan dari cermin, Soonyoung dapat melihat kekasihnya tengah berusaha menahan kantuk yang menyerangnya. Beberapa kali ia hampir terjatuh dari atas meja karena bangun tiba-tiba. Seraya menari, lelaki yang menyandang status sebagai kekasih Lee Jihoon itu tersenyum kala melihat sang kekasih.

Setelah lagu mati, Soonyoung buru-buru menyeka keringatnya dengan handuk, lantas mengipasinya sebentar. Lelaki itu mengambil baju kering untuk ia pakai sebagai pengganti baju yang kini telah basah total oleh keringatnya.

"Aku, Chan, dan Seungkwan pamit, Soonyoung-ah. Kau dan Jihoon hati-hati di jalan nanti," teriak Jun yang sudah di ambang pintu. "Jangan lupa matikan lampu juga," tambahnya.

"Arraseo. Pulanglah, suruh Chan jangan tidur terlalu malam. Ketika sampai, jangan langsung main ponsel, istirahat."

"Kau seperti ibu-ibu, Soonyoung-ah." Jun pun terkekeh setelahnya, lalu lelaki itu menghilang di balik pintu.

Soonyoung melihat bagaimana lelahnya Jihoon. Lelaki mungil kesayangannya itu bahkan sudah tertidur pulas dengan bersandar pada tembok. Wajahnya menggambarkan gurat kelelahan yang begitu kentara. Kantung matanya pun mulai menghitam.

"Sayang..." gumam Soonyoung pelan seraya menepuk pipi Jihoon. "Sayang, bangun. Ayo, kita pulang." Soonyoung terus menepuk pelan pipi lembut itu.

Tak tahan dengan kemanisan yang kekasihnya pancarkan, Soonyoung mencuri satu kecupan di pipi Jihoon yang membuat sang produser menggeliat pelan. Perlahan kedua manik indah itu terbuka. Jihoon mengerjap-ngerjapkan matanya guna memperjelas penglihatannya.

"Sudah selesai?" tanyanya dengan suara yang agak serak.

"Sudah, Sayang..." jawab Soonyoung seraya mengusap pipi Jihoon dengan jari ibu jarinya.

Jihoon meregangkan otot-otot tangannya, lalu setelahnya ia kalungkan di leher Soonyoung.

"Hari ini begitu melelahkan," keluh Jihoon.

"Lelah ini akan terbayar," jawab Soonyoung seraya menarik wajah mungil itu mendekat. Lelaki bermarga Kwon itu menempelkan keningnua dengan kening Jihoon. "Semakin hari, kau semakin terlihat manis, Jihoonie."

"Kata siapa?"

"Kata aku."

"Aku tidak percaya!" jawab Jihoon sedikit ada penekanan.

"Ini buktinya." Soonyoung menyatukan kedua belah bibir mereka. Jihoon sebenarnya sudah tahu akan kemana perginya jika Soonyoung sudah mendekatkan wajahnya, apalagi kalau bukan untuk memagut bibir indah bak kelopak mawar milik kekasihnya.

Soonyoung memagut lembut bibir bawah Jihoon. Sementara itu, Jihoon kini tengah sibuk dengan urusan jarinya dengan rambut Soonyoung. Jemari lentik itu bersarang di rambut Soonyoung. Jihoon tidak pernah tidak suka kala Soonyoung menciumnya. Lelaki itu memperlalukan Jihoon bak sebuah harta karun berharga yang harus dijaga dengan jiwa dan raga. Kenyamanan Jihoon sangat diutamakan.

Dirasa kekasih mungilnya telah kehabisan napas, lelaki itu menjauhkan bibirnya dengan milik sang kekasih yang kini basah dan terlihat sedikit mengembang. Soonyoung pun tersenyum, hasil karyaku, batinnya.

"Ayo, pulang. Aku sudah mengantuk daritadi."

"Gendong?" tawar Soonyoung.

"Iya!"

Sampai saat mereka tiba di dorm, Jihoon sudah kembali tertidur. Namun kali ini di punggung Soonyoung.







catetan: sekian dan terima kasih😌

catetan: sekian dan terima kasih😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang