31. When I Was Your Man

7.4K 687 94
                                    

Benar-benar hari yang melelahkan. Konser yang bertajuk diamond edge baru saja diselenggarakan itu berjalan dengan sukses dan meriah.

Ribuan Carat bong terlihat bak bintang di langir yang bersinar terang. Carat. Sebutan bagi para orang-orang yang segenap hati mempercayakan sebagian dari hatinya untuk mengidolakan dan mengagumi segala kepiawaian yang mereka punya.

13 orang berkumpul menjadi satu untuk para penggemar diluar sana. Untuk para Carat. Carat dan Seventeen adalah perpaduan terindah yang pernah ada. Bukan sekedar hubungan antara idol dan fans, kita adalah keluarga.

Carat adalah bintang-bintang kecil yang membawa Seventeen menggapai indahnya angkasa. Bagi para member pun sama. Hoshi. Kwon Hoshi adalah bintang untuk para Carat.

Namun, baginya ia bukanlah sekedar bintang biasa. Sinarnya akan meredup tanpa bantuan dari yang lainnya. Seluruh member adalah sumber kekuatannya. Terutama, Lee Jihoon. Ia bukanlah seorang bintang kalau tidak ada Lee Jihoon.

Baginya, Jihoon adalah bintang sesungguhnya. Bintang miliknya.

"Soonyoung," serunya kala memasuki ruang rias yang nampak sepi tersebut.

Kekasihnya itu tertidur di sofa. Menghalangi matanya dari sinar lampu pijar dengan lengannya.

Jihoon menutup pintu kayu tersebut pelan dan melangkah ke arah kekasihnya. "Soonyoung..." katanya sambil mengguncangkan bahu Soonyoung.

Merasa tak dihiraukan, Jihoon menekuk bibirnya dan kembali berseru. "Soonyoung, ayo pulang. Aku lelah."

"Kau berisik sekali."

Nadanya bicaranya dingin dan itu membuar Jihoon semakin menekuk bibirnya. "Kau ini kenapa, Kwon Soon-"

"Diamlah, Lee Jihoon!"

Astaga! Soonyoung memanggil Jihoon lengkap dengan marganya. Tanpa ada embel-embel yang terkadang membuatnya ingin muntah mendengarnya.

Lelaki manis itu menjauhkan lengannya dari pundak Sang Kekasih. Menatap Soonyoung datar untuk menyembunyikan kekesalan dan-emm, ketakutannya.

"Terserahmu. Aku tidak peduli."

Soonyoung mendengus kasar. "Memang kau tidak peduli padaku."

"Terserah." Komposer muda itu berniat untuk meninggalkan kekasihnya, namun malah benturan keras pada pinggangnyalah yang dia dapatkan.

Soonyoung menghempaskan tubuhnya ke meja rias yang tingginya sebatas pinggang Jihoon. Pinggangnya terkena ujung dari meja tersebut. Sakit sekali, hingga Jihoon sempat meringis kesakitan.

Namun, sakit itu tak seberapa. Bekasnya mungkin akan membiru dan agak memar, tapi luka di hatinya tak dapat dengan mudah ditangani.

Kini Soonyoung sudah menaruh lengannya di kedua sisi tubuh Jihoon. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik di depan telingannya. "Aku atau Kim Mingyu?"

Sebuah pertanyaan bodoh baru saja keluar dari mulut seorang koreografer muda. Simpel, namun tatapan mata kekasihnya membuat semuanya kacau. Mata unik tersebut menatapnya tajam.

"Apa maksudmu, Kwon—"

"Aku atau Kim Mingyu?!" desak Soonyoung.

Lelaki kelahiran Namyangju itu semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon. "Kau tak mau menjawab? Ingin kembali menjadi miliknya? Bosan bersamaku?"

Jihoon tercekat karena pertanyaan yang keluar dari mulut kekasihnya. Ia menggeleng keras.

"Aku tanya padamu, apa yang kau mau?" tanya Soonyoung.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang