Seraya bersenandung pelan, ketua dari performance team itu berjalan menuju toilet seraya membawa gulungan kinesio tape di tangannya. Lelaki itu membuka pintu toilet dan menemukan sang kekasih yang kala itu berniat untuk keluar. Jihoon melirik ke arah gulungan tersebut, lalu menatap kekasihnya.
"Sakit lagi?" tanyanya.
Soonyoung menggeleng. "Tidak, ini hanya untuk mencegah kalau-kalau nanti sakit lagi saat di atas panggung," jawabnya. Jihoon mengangguk paham. Lelaki mungil yang tadinya berniat untuk keluar pun malah membuntuti Soonyoung menuju wastafel.
"Mau aku bantu pakaikan?" tawar Jihoon. Lelaki bermata macam jarum jam menunjuk angka sepuluh lewat sepuluh itu pun mengangguk seraya menyerahkan gulungan tersebut.
Lelaki mungil itu dengan terampil memakaikan plaster tersebut pada bahu kekasihnya. "Tolong ke bawah sedikit. Aku ingin lihat rapi atau tidak," ujarnya. Bukannya merendahkan tubuhnya, lelaki itu justru memajukan tubuhnya hingga wajahnya berhadapan dengan wajah kekasih mungilnya.
Jihoon yang terkejut pun tak dapat berkutik, karena tubuhnya kini tak bisa bergerak kemana pun. Belakangnya ada wastafel. "K–ke bawah, Soonyoung, bukan m–maju." Perkataannya terbata-bata akibat degup jantungnya yang tak lagi berdetak normal. Rona merah pun menjalar cantik di pipinya yang seputih salju. Matanya sedikit melebar dan kedipan di matanya menjadi cepat. Menggemaskan, batin Soonyoung.
"Aku maju pun kau dapat melihat bahuku, bukan?" Terdapat seringaian di bibirnya. Jihoon merinding dibuatnya. "T–terlihat, tapi kalau orang lain melihat posisi kita sedang seperti ini bagaimana?" ucapnya pelan.
"Biarkan saja. Mereka sudah tahu kita berpacaran, bukan?"
Jihoon pun terdiam. Lelaki itu tidak dapat menjawab pertanyaan Soonyoung. Memang benar banyak yang sudah tahu hubungan mereka, tapi Jihoon malu kalau ada yang melihatnya sedang seintim ini dengan Soonyoung. Keromantisan dari hubungannya biarlah hanya mereka yang tahu, jangan diumbar ke publik.
Soonyoung menatap Jihoon yang sekarang tengah gelisah. Matanya tak kunjung berani menatap Soonyoung. Alhasil, lelaki itu pun menjauh dan membuat Jihoon menghela napas lega. Lelaki kelahiran Juni itu pun melabuhkan telapak tangannya pada wajah Jihoon, jangan lupakan pula ibu jarinya yang mengusap lembut permukaan halus dari pipi sang kekasih.
"Terima kasih karena selalu merawatku dengan baik," ujarnya pelan dengan tatapan tertuju pada manik indah kekasihnya. Senyum pun terukir di bibir Jihoon. Manis, pikir Soonyoung.
Tanpa pikir panjang, Soonyoung mendekatkan bibirnya pada bibir tipis kekasihnya. Melumat objek lunak itu lembut sampai rasa-rasanya Jihoon tak punya kaki untuk bertumpu. Kakinya macam agar-agar. Kalau Soonyoung tidak menahan pinggangnya, mungkin ia akan merosot. Bak terdapat ribuan kupu-kupu juga di perutnya. Begitu menggelitik. Tangan-tangan cantik milik Jihoon ia taruh di bahu kekasihnya. Dengan usilnya, ia menarik bibirnya ketika Soonyoung belum menginginkan ciuman itu berakhir.
Soonyoung menatap heran ke arahnya. Namun, lelaki mungil itu malah tersenyum jenaka. Soonyoung memutuskan untuk menarik dagu runcing kekasihnya agar kembali berhadapan dengan bibirnya. Satu kecupan pun mendarat di bibir merah muda Jihoon. Berawal dari kecupan-kecupan dan berakhir Soonyoung kembali memagut objek lunak tersebut. Jihoon pun terlihat tidak keberatan sama sekali. Buktinya saja ia membalas seluruh perlakuan Soonyoung.
Dari bibir, Soonyoung pun menjatuhkan kecupan-kecupan singkat di seluruh wajah Jihoon yang menuai kekehan dari si mungil. "Mau sampai kapan kau menciumku?" tanya Jihoon di sela-sela Soonyoung menciumi wajahnya. "Sampai semauku," celetuk Soonyoung.
"Kalau sampai semaumu, bisa-bisa kita telat ke ruang make up."
"Biarkan saja," balasnya seraya kembali mendekatkan wajahnya. Buru-buru Jihoon menutup bibir Soonyoung dengan tangannya dan menjauhkan wajah mesum itu darinya. "Tidak lagi," ujar Jihoon.
Soonyoung memberenggut seraya menjauhkan tangan Jihoon dari mulutnya. "Ayolah, sekali lagi, Ji..." keluh Soonyoung.
"Tidak."
"Aku janji sekali lagi."
"Aku beri kau pilihan," kata Jihoon. "Kau boleh menciumku sekarang, tapi nanti setelah konser dan saat malam nanti, tidak boleh kau menyentuhku barang seujung jari pun."
"Kalau aku tidak menciummu sekarang?"
"Kau boleh melakukan apa saja nanti."
Sebuah seringaian terpatri di bibir Soonyoung. "Baiklah. Aku tidak akan menciummu sekarang demi apa saja nanti malam."
Namun setelah konser selesai, Soonyoung harus menelan pahit apa yang tengah dilihatnya sekarang. Nampak Jihoon yang terlelap ketika menyentuh kasur di kamar hotelnya.
"Aku ditipu," lirih Soonyoung dengan wajah merana.
Sementara Jihoon yang mendengar Soonyoung bergumam pun tersenyum di balik 'tidurnya'.
catetan: ini untuk Cecelie24 semoga suka yaa❤
Dan happy birthday, Kim Mingyu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SoonHoon Collection
FanfictionCoretan gaje author penyuka kemanisan dari couple yang satu ini ✨ Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada kesamaan nama...