54. Because I Love You.

5.6K 452 33
                                    

[Cerita ini adalah cerita lanjutan dari karyaku yang berjudul 'Double Trouble Couple' chapter 10.]

Lelaki berwajah lelah itu mengusap wajahnya kasar. Pusing, emosi dan lelah. Namun apa daya, lawannya adalah Jihoon-sang kekasih, pasti kalah sudah. Soonyoung benar-benar jengkel sekarang. Dengan gerakan cepat, ia mematikan semua musik yang sedari tadi berdentum begitu kuat. Membereskan barang-barangnya, lantas memaikai jaketnya dan mematikan lampu studio tari.

Jalanan sudah lengang-tentu, karena ini sudah tengah malam. Soonyoung menghubungi manajernya untuk mengantarkannya pulang. Wajah masamnya membuat sang manajer terkekeh pelan.

"Ada apa?"

Lelaki itu menghela napasnya. "Biasa, merajuk."

"Bukan Jihoonie kalau tidak pandai merajuk," celetuk sang manajer seraya memutar kemudi.

~•°•~

"Terima kasih, Hyung."

Selanjutnya lelaki itu menarik napasnya dan menghembuskannya kasar sebelum melangkah masuk menuju dorm.

"Aku pulang."

Sesosok pemuda bertubuh mungil dengan balutan hoodie abu-abu dan celana training hitam itu mengalihkan pandangannya pada Soonyoung yang kini menatap jengkel padanya.

Jihoon. Pemuda yang kini memasang wajah datar andalannya itu menatap tepat pada netra unik berbentuk seperti jam sepuluh lewat sepuluh itu.

"Ingat jalan pulang rupanya. Kukira kau ingin disana hingga tubuhmu membusuk," sarkasnya.

Tidak. Soonyoung tidak bisa membalasnya dengan segala macam amarah yang sedari tadi ingin ia limpahkan. Dia Jihoon, kekasihnya. Marah, berarti bencana. Sekali pun Soonyoung sudah gerah ingin marah, namun ia harus bisa menahannya.

Lelaki sipit itu menghela napasnya menahan untuk sekadar menetralkan perasaan yang begitu membuncah. Sementara Jihoon sudah kini berbalik untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan.

"Kau yang menyuruhku istirahat, tapi kau sendiri masih berkeliaran ke dorm kami—"

"Aku menunggumu, kau puas?!" bentak Jihoon dalam satu tarikan napas. Perkataan yang baru saja keluar dari mulut Jihoon itu mampu membekukan seorang performance team leader itu.

Dirasa laju pernapasannya mulai tersendat akibat menahan sesak sedan, Jihoon mulai melangkah guna menjauh dari Soonyoung. "Awas, aku mau kembali."

Soonyoung tetap pada pendiriannya untuk tidak membiarkan kekasihnya pergi sejengkal pun. Melihat Jihoon yang kini tak mau menatap matanya seperti tadi membuat amarah yang semula ingin Soonyoung limpahkan pun hilang entah kemana. Ada sesuatu yang disembunyikan jika Jihoon tak ingin menatapnya dan Soonyoung perlu tahu, sebab ia pelaku utama yang membuat Jihoon seperti ini.

"Menyingkirlah..." gumamnya, "Kumohon..." Bahkan suaranya kini bergetar menahan tangis.

Soonyoung kembali menghela napasnya untuk yang kesekian kalinya malam ini. Lelaki itu melepas tasnya dan melemparnya ke sembarang arah, lantas menarik tubuh mungil sang kekasih ke dalam dekapannya. Ia mengusap surai kekasihnya begitu lembut sekadar untuk menenangkan perasaan Jihoon yang sedang sensitif akhir-akhir ini-akibat lelah.

"Bukan aku tak ingin pulang, tapi—"

"Tapi, apa?" keluh Jihoon, "Aku, a-aku... ah, sial." Lelaki mungil itu bahkan sudah tak sanggup untuk melanjutkan perkataanya sebab air matanya tak dapat terbendung lagi.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang