• Dream

6.6K 645 91
                                    

Kim Sejeong - Flower Way

Bak lintah, lelaki berparas manis itu terus menempeli Soonyoung. Tentu saja lelaki sipit kelahiran Namyangju itu menerimanya dengan sukarela. Tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di hati Soonyoung kala sifat Jihoon yang berubah drastis.

Jihoon itu pendiam, namun sekarang ia lebih diam lagi. Perkataan Soonyoung soal hubungan mereka yang ditentang oleh salah satu staff dengan membawa nama CEO agensi mereka, membuat beban pikiran Jihoon bertambah dua kali lipat. Perlahan sakit itu menggerogoti hatinya, bahkan menggerogoti kesehatannya.

Lelaki kelahiran Busan itu menjadi tidak sungkan untuk memeluk Soonyoung di depan member atau staff yang sedang berada di ruang latihan mereka. Rasa takut akan kehilangan selalu semakin menjadi setiap harinya. Segala macam spekulasi buruk selalu berlarian di kepalanya hingga membuat lelehan air mata selalu keluar tanpa ia sadari.

Member lain tidak berani bersuara. Melihat Jihoon lebih murung dari biasanya, melihat Jihoon lebih diam dari biasanya dan melihat Jihoon yang tidak memiliki semangat hidup membuat mereka mengerti dan selalu memberi ruang untuknya berdua bersama Soonyoung.

Seperti sekarang. Soonyoung berdiri di atas kursi hitam di belakang member lain. Memperhatikan setiap gerakan dance mereka dari cermin besar tersebut.

"Sekali lagi," seru Soonyoung.

Wajah pias Jihoon sedikit mendongak untuk menatap bayangan Soonyoung yang tengah menatapnya juga lewat cermin. Tersenyum sekilas sebelum menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya menahan denyut di kepalanya yang semakin menjadi.

Merasa kekasihnya sudah tidak dapat melanjutkan, Soonyoung menghela napasnya dan kembali berseru, "Baiklah. Istirahat selama satu jam, setelah itu kembali berlatih dengan unit masing-masing." Setelahnya bermacam-macam suara terdengar, dominannya seru riang dari Seungkwan, Chan, Seokmin dan Jeonghan.

Soonyoung menghampiri kekasihnya dan langsung mendekapnya. Keringat dingin dan keringat karena lelah bercampur menjadi satu. "Sudah kubilang jangan terlalu dipikirkan. Lihat, kau jadi sakit begini. Aku tidak tega untuk membiarkanmu latihan kalau kondisi tubuhmu seperti ini..."

Sepasang tangan putih milik Jihoon perlahan melingkar di pinggang Soonyoung. Ia menyandarkan pipi kanannya ke dada Soonyoung, lalu memejamkan matanya.

"Bagaimana aku tidak memikirkannya? Itu sangat menyesakkan untuk dilupakan," katanya.

Soonyoung semakin mengeratkan pelukannya. Ia menyeka bulir keringat yang mengalir dari pelipis Jihoon. "Tidur, ya?" lirih Soonyoung.

Jihoon menggeleng pelan, "Aku takut jika aku memejamkan mataku barang lima menit saja, kau menghilang. Aku terlalu takut asal kau tahu."

Terselip rasa senang mendengar kata-kata yang jarang sekali diucapkan oleh kekasih mungilnya. Tetapi, banyak sakitnya. Bahkan ia lebih memilih melihat Jihoon yang memukul atau memarahinya dan berteriak padanya daripada melihat Jihoon seolah kehilangan dunianya.

Sinarnya meredup. Seolah ia kehilangan tujuan ia hidup di dunia. Tidak ada yang bisa ia lakukan, kecuali diam dan meratapi semuanya seraya berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia terus berhubungan dengan Soonyoung atau apa yang terjadi apabila mereka mengakhiri semuanya.

Untuk pilihan mengakhiri, Jihoon memilih untuk berpikir beribu kali. Terlalu manis untuk diakhiri.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku berjanji." Soonyoung melepaskan rengkuhannya terhadap tubuh mungil itu dan menariknya untuk duduk di sofa.

Soonyoung menjadikan pahanya untuk bantalan Jihoon tidur. "Tidurlah disini. Kau akan merasakan setiap gerakanku, kau boleh memukulku jika aku pergi."

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang