36. Crazy in Love

7.9K 711 50
                                    

09.25 AM

Lelaki berparas manis itu sedang merapikan rambut merahnya di depan cermin besar yang ada di kamarnya.

Cuaca hari ini bisa terbilang cukup dingin dari biasanya. Jika membaca perkiraan cuaca, hari ini akan hujan. Bagi siapa pun yang hendak keluar rumah, disarankan untuk membawa payung atau jas hujan.

Lee Jihoon, kemarin malam lelaki mungil itu tiba-tiba berlari ke arah wastafel dan memuntahkan seluruh makan malamnya. Kepalanya pusing, tubuhnya hangat dan suaranya parau karena flu sudah lebih dulu menyerangnya beberapa hari yang lalu.

Pagi ini, ia bangun masih dengan kondisi perut yang kurang baik dan wajahnya yang sedikit pucat dari biasanya. Hanya berbalutkan kaos berlengan pendek berwarna putih polos dan celana training berwarna hitam, ia berniat untuk keluar kamar. Ia ingin memakan sesuatu.

Baru saja jemarinya berniat untuk menarik gagang pintu, dari arah sebaliknya, pintu tersebut sudah dibuka. Jihoon dapat melihat seseorang dengan rambut orange yang ditata rapi hingga menampilkan keningnya itu berdiri di hadapannya.

Soonyoung, berbalutkan kaos abu-abu, jaket hitam dan celana training hitam itu menatap kekasihnya yang sekarang tengah memandang ke arahnya.

"Kau sudah mandi?" Jihoon mengangguk sebagai balasan.

"Kau tidak dingin?"

"Sedikit," jawab Jihoon.

Soonyoung meraba kening kekasihnya. Masih sedikit hangat. "Apa masih pusing? Suaramu sudah agak membaik dibandingkan kemarin malam."

Jihoon menggeleng sebagai jawaban. Soonyoung melepas jaketnya dan menyampirkan pada bahu sempit kekasihnya. Ia sedikit membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dan wajah manis kekasihnya.

Soonyoung tersenyum, lalu menjawil hidung bangir kekasihnya yang menimbulkan erangan tak terima dari Jihoon. "Kau bilang dingin, tapi memakai baju pendek, Sayang."

Jihoon memandang kesal pada Soonyoung. Ia sedikit memajukan bibirnya. "Baju panjangnya kurasa masih di laundry."

"Tak apa, pakai dulu saja jaketku."

Sebenarnya mudah saja bagi Jihoon untuk memberikan jaket itu pada Soonyoung dan memakai jaketnya sendiri. Tapi, rasanya memakai jaket Soonyoung lebih hangat dan nyaman daripada jaketnya sendiri. Entahlah, mungkin jika memakai jaket kekasihnya terasa ada debaran aneh yang ia rasakan. Membuatnya terasa dilindungi. Benar-benar perasaan yang aneh, tapi memacunya untuk semakin ingin tahu tentang perasaan aneh ini.

Perasaan aneh yang begitu menyenangkan.

"Kau mau makan? Jeonghan hyung membuat sup untukmu tadi," ujar Soonyoung.

Jihoon mengangguk. "Ya, aku sedikit lapar."

Soonyoung terkekeh pelan seraya mengusak surai merah kekasihnya. "Bagaimana kau tidak lapar, Sayang. Kau memuntahkan seluruh makan malammu dan langsung tertidur tanpa mengisi perutmu terlebih dahulu. Jelas, kau pasti lapar."

Soonyoung benar-benar menyebalkan. Jihoon kembali memajukan bibirnya. "Kau ingin mati, Kwon Soonyoung? Akan kubantu agar ajalmu semakin dekat."

Memang sudah dasarnya tidak tahu malu, Soonyoung dengan beraninya menyolek dagu Jihoon. "Jangan marah, Kwon Jihoon."

Ingatkan Jihoon untuk melemparnya dengan sepatu—ah, tidak! Gitar saja agar lebih terasa.

"Ayo, makan. Aku tidak ingin punya pendamping hidup yang kurus seperti tulang. Tidak enak jika aku peluk nanti." Soonyoung mengambil tangan kekasihnya dan ia genggam. Menuntun Jihoon ke dapur.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang