• Tell Him

5.4K 628 111
                                    

Song; Park Boram - Please Say Something Even Thought It's a Lie


Dengan memakai jaket hitam dengan gaya rambut yang ia poles hingga menampilkan dahinya, Jihoon berjalan melewati padatnya Gimpo International Airport. Ia sengaja menarik sedikit kerah jaketnya lebih tinggi. Menutupi jejak yang Soonyoung berikan padanya ketika malam dimana mereka melakukan olahraga malam.

Jeonghan sempat menegurnya karena kedapatan sebuah tanda ruam dekat bahunya. Selama itu pula ia selalu menggunakan jaket yang sengaja ia tutup sebatas lehernya. Jeonghan pula yang memintanya untuk menutup habis lehernya, karena kemarin Jeonghan tidak sengaja melihat bagaimana cerobohnya Jihoon hingga tanda itu tidak tertutupi.

Di toilet bandara, Jihoon berdiam. Mematut diri di depan cermin. Ratusan Carat begitu riuh di luar sana karena penampilannya. Penyandang julukan manis itu seketika mengubah penampilan dan membuat seluruh kaum hawa menggumamkan kata-kata takjub.

Pemuda berdarah asli Busan itu membuka bagian atas jaket yang menutupi lehernya. Sedikit menelengkan kepalanya dan menyentuh ruam tersebut.

"Dia meninggalkanku dan tandanya saja masih terlihat jelas di tubuhku. Sekarang aku tidak memiliki kekasih, tapi tanda ini tidak kunjung menghilang. Tidakkah aku terlihat seperti lelaki murahan?" gumam Jihoon.

Seorang lelaki paruh baya baru saja keluar dari toilet dan berniat membasuh tangannya. Ia melirik ke arah Jihoon. "Ada apa dengan bahumu itu, Nak? Kau terluka? Membutuhkan obat?"

Ah, bahkan orang yang tidak kukenal lebih perhatian daripada kau yang meninggalkanku tanpa pamit.

Jihoon menggeleng dengan senyum tipis tersungging di bibirnya, "Tidak perlu. Aku baik-baik saja, luka ini akan segera sembuh karena aku sudah mengolesinya dengan obat pagi tadi, Tuan."

"Begitukah? Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu. Lekas sembuh, Nak."

Perlahan hatinya serasa diremas kuat. Hasrat untuk menampar Kwon Soonyoung semakin membara. Ia tidak butuh kata cinta yang selalu diucapkan pemuda sipit itu setiap detik, menit dan jamnya. Jihoon benar-benar tidak butuh kata cinta.

---

Grupnya menang untuk yang kedua kalinya. Seperti biasa, mereka mengadakan acara makan bersama. Seperti ritual kemenangan. Masih dengan diamnya, Jihoon memakan makanannya dengan tenang tanpa bersuara.

"Sunhi noona!" teriak Soonyoung.

Seketika Jihoon berhenti menyeruput cola yang baru saja ia minum beberapa teguk. Sekali pun mulut berkata tidak peduli dan wajahnya datar, hatinya tidak. Tak bisa dipungkiri, Jihoon masih penasaran hal apa yang membuat Soonyoung memutuskannya. Karena perempuan itukah?

Perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh ke arah dimana sebuah suara memanggilnya. Lelaki berambut merah itu menghampirinya. Sudah waktunya ini berakhir, batinnya.

"Ada apa, Soonyoung–ah?"

Soonyoung memainkan jemarinya ragu. Bibir bawahnya sengaja ia gigit untuk menahan gugup sekaligus keraguaan. Di seberang sana, para member berusaha untuk menahan diri untuk tidak terlalu mencurigakan. Sesekali para member mencuri pandang ke arah Jihoon yang kelihatannya terkesan tidak peduli.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang