• Love At The Same Time

3.7K 416 35
                                    

Song; Migyo - Erasing

Izinkan aku untuk dapat membencimu satu hari saja. Dihadapkan pada satu pilihan dengan akhirnya yang sama. Ketika aku terlalu sulit untuk bertahan, namun ketika menghapusnya dalam ingatanku sama saja dengan melupakan diriku sendiri.

Entah rangkaian kata apalagi yang harus Jihoon ucapkan. Semua terasa begitu nyata. Rasa sakitnya yang kian lama kian menjadi, layaknya jurang tak berujung. Dihadapkan pada suatu pilihan yang berujung sama. Jihoon tidak suka! Ini semacam kau sedang di ujung tanduk, namun harus merelakan seseorang jatuh ke dalam gelapnya jurang untuk bisa menyelamatkan diri. Kala tetesan air mata sudah tidak mampu lagi meluruhkan semua perasaan yang ia rasakan pada seseorang yang kini selalu terngiang dalam pikirannya.

Diam mungkin salah satu cara agar dapat menemukan sebuah jalan alternatif dari segala kekacauan yang hatinya derita. Sempat terselip kebahagiaan yang dapat membuat wajah manis itu merona cantik di hadapan Soonyoung, kala segala sikap manis pria kelahiran Namyangju itu lakukan pada Jihoon. Senang bukan main! Terasa kalau dunia ini begitu indah. Berpikir bahwa semesta memberikan hadiah terindah dalam hidup Jihoon. Semesta memberikan Soonyoung untuk selalu membuat hatinya terasa berbunga-bunga.

Namun sepertinya, pemikiran itu terpaksa Jihoon tendang jauh, kala semesta menunjukkan sisi gelapnya pada Jihoon. Malam itu, tepat pukul sembilan, Jihoon dapat melihat bagaimana hadiahnya dari Sang Semesta, jatuh ke tangan orang lain. Miris. Terlebih lagi, Jihoon merasa bahwa Soonyoung adalah lelaki brengsek yang pernah ia kenal. Menginginkan dua orang dalam satu waktu. Hey, bukankah itu berlebihan? Soonyoung bodoh!

Kini, tepat di seberang tempat dimana Soonyoung duduk, terdapat Jihoon yang tengah mengunyah makanannya lambat. Sedapnya ayam yang sedang berada dalam mulutnya tidak terasa lagi. Hambar. Jihoon merasa sedikit terganggu dengan Soonyoung yang terus menatap ke arahnya. Ia menghela napas panjang, lalu mengambil segelas air minum yang sudah disediakan Jeonghan. Lelaki manis itu menegak minumnya hingga tandas, lalu berkata, "Aku sudah selesai. Terima kasih atas makanannya." Setelahnya berlalu entah kemana, menuai helaan napas panjang dari Soonyoung.

Hingga tidak sengaja, tindak tanduknya tertangkap oleh iris coklat milik lelaki dengan julukan cheonsa. Hal itu membuat Jeonghan mengerutkan keningnya, menaikkan kedua alisnya bertanya.

Soonyoung menggeleng."Tidak ada apa-apa."
Jeonghan menepuk bahu Soonyoung pelan. "Kita ini keluarga, jangan sungkan untuk bercerita."

"Aku bukannya tidak mau bercerita, hanya saja aku sudah sadar bahwa aku salah dalam kasus ini. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku meminta maaf padanya. Menatapku saja dia enggan, apalagi aku berbicara dengannya, Hyung. Aku bahkan tidak dapat memilih pada awalnya, namun setelah melihatnya menghindar begitu, hatiku sakit, Hyung." Helaan napas kembali terdengar; Soonyoung pelakunya.

"Apa maksudmu?"

"Gaeun. Aku menyukainya."

Mata dari lelaki cantik itu terpaksa terbuka lebar. Terkejut kala mendengar penuturan dari lelaki setahun lebih mudah darinya itu. "T—tapi, bukankah kau... menyukai Jihoon?" tanyanya seraya tergagap.

Helaan napas panjang kembali Soonyoung tuai. "Sungguh aku tidak ber—"

"—aku tidak akan pulang malam ini," teriak Jihoon memotong perkataan Soonyoung.
Setelahnya, Jeonghan menatap kepergian Jihoon. Jadi ini sebabnya lebih suka mengurung diri di studio akhir-akhir ini, batin Jeonghan.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang