Song: Gummy - Moonlight Drawn by Clouds
Salahkah jika Jihoon cemburu melihat kekasihnya berpelukan dengan orang lain di depan matanya?
Akhir-akhir ini kedekatan Wonwoo dan Soonyoung sudah diambang batas wajar. Jihoon selalu bertanya apakah ia menyukai Wonwoo yang notabenenya adalah kekasih Mingyu, dan Soonyoung selalu jawab tidak.
Mulut berkata tidak, tapi belum tentu hatinya. Hingga terkadang, sakit yang terlalu membelenggu ini tak dapat Jihoon tahan, ia lebih memilih mengurung dirinya di studio kecilnya.
Terlalu menyakitkan. Entahlah, mungkin itu perasaannya saja yang sedang tidak baik atau memang pendapar orang pun sama dengannya. Awalnya ia tidak terlalu membebani itu, tapi entah kenapa semakin dibiarkan perasaan sakitnya terus menjalar seperti virus. Berkembang dan menyebar.
Soonyoung selalu tertawa bersama Wonwoo. Sedangkan dengan Jihoon, Soonyoung yang selalu membuatnya tertawa. Apa Jihoon tidak bisa membahagiakannya?
Aku juga ingin kau tertawa karenaku.
Saat ini, ia duduk di bawah sinar bulan yang begitu indah menerangi gelapnya malam. Duduk dengan segala macam ketidakpastian hubungannya dengan Soonyoung.
Siang tadi, ia melihat Soonyoung memeluk Wonwoo dan sorenya, ia melihat Soonyoung memakaikannya kalung di toko emas. Malamnya, tepatnya saat makan malam, Wonwoo menjinjing sekantong kresek ayam pemberian Soonyoung.
Mengingatnya saja membuat Jihoon kembali meneteskan air matanya. Apa dua tidak pernah mengerti, Jihoon cemburu melihatnya. Jihoon sakit melihatnya.
Apakah ia tidak bisa membaca sorot mata Jihoon saat memandangnya? Apa harus selalu perkataan yang kau mengerti? Lelaki mungil itu pun ingin dimengerti tanpa ia harus berbicara. Pandangan mata dan tingkah lakunya sudah terbaca jelas, bahwa Jihoon cemburu. Tapi, Soonyoung tidak kunjung mengerti.
Apa dalam hubungan ini aku yang bersalah?
Lelaki kelahiran November itu mendongakkan kepalanya. Bulannya sangat indah. Tak banyak bintang yang terlihat, langit sedang tidak bersahabat. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun.
Benar saja. Setetes air jatuh dari langit membasahi kepalanya. Kali ini, biarkan ia melupakan segalanya. Biarkan air hujan mengalir membawa semua perasaannya.
Gerimis. Dingin. Ia tidak butuh penghangat, ia butuh kepastian akan hubungannya.
Sudah cukup semuanya. Semua hal memuakkan ini harus dihentikan. Jihoon tidak ingin sakit lagi, tidak ingin menangis lagi. Rasanya terlalu menyakitkan untuk dihadapi seorang diri.
Tiba-tiba terdengar suara pintu menuju balkon terbuka. Itu Soonyoung. Datang dengan senyuman khasnya yang mampu membuat Jihoon tidak tahan lagi.
Tersenyum seolah ini adalah hari paling bahagia. Seolah tak ada hari esok. Datang dengan senyuman konyol yang dapat melemahkan hati.
Soonyoung menjejalkan tangannya ke dalam saku jaketnya. Tersenyum lebar, hingga membuat matanya menghilang. Manis sekali. Namun, itu tak lama.
"Siapa yang membuatmu menangis, Ji?"
Senyumannya luntur kala melihat Hazel indah itu mengeluarkan air mata berharganya. Soonyoung selalu berhati-hati agar tidak membuat Jihoon menangis, namun ia tidak tahu.
Ia yang selalu membuat Jihoon menangis.
Soonyoung memegang kedua bahu Jihoon yang sedang menatap sendu ke arahnya. "Katakan padaku."
Jihoon melepaskan tangan Soonyoung dari bahunya. "Kau."
Bersamaan dengan derasnya hujan yang turun, air mata itu kembali mengalir. Di bawah hujan dan sinar bulan, Jihoon berkata.
"Kita berakhir."
Ia pergi. Meninggalkan Soonyoung yang sekarang memasukkan sebelah tangannya ke saku jaketnya. Meremat sebuah benda logam lunak.
Sebuah kalung.
TYDAC SALAH KAN Q CEMBURU KAWAN
KAMU SEDANG MEMBACA
SoonHoon Collection
أدب الهواةCoretan gaje author penyuka kemanisan dari couple yang satu ini ✨ Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada kesamaan nama...