44. Heart Attack

7.1K 661 101
                                    

Song; Jung Key ft. Whee In – Anymore

16 Desember 2016...

Sebuah suara ketukan pintu dapat menyadarkan lelaki berparas manis yang kini tengah duduk di kursi putar dan menghadap komputernya. Ia mendorong kursinya ke belakang dan bangkit untuk membuka pintu.

Sosok tinggi yang berbalutkan celana jeans hitam, kaos putih dan jaket hitam itu berdiri dihadapan Jihoon. Lelaki yang lebih muda mengangkat alisnya. "Ada perlu apa?" tanyanya seraya memegang knop pintu.

Lelaki itu diam sempurna. Diamnya lelaki yang lebih tinggi darinya membuat Jihoon mengerutkan dahinya dalam. "Kau ingin memeriksa lagu—"

"Ikut aku ke rooftop. Aku ingin berdua denganmu."

---

Angin malam menyambut kedatangan mereka. Jihoon merapatkan jaketnya untuk menghalau dingin yang menerpa tubuhnya. Langkah demi langkah ia lakukan hanya sekadar ingin mengetahui apa yang akan pemuda kelahiran Namyangju itu lakukan. Ternyata hanya diam. Memegang pagar pembatas dan memandang langit yang tak secerah biasanya.

Pikirannya sudah berkecamuk agar lidah ini mengatakan sesuatu, namun selalu tertahan. Tidak, bukan takut. Hanya canggung. Lagi-lagi pemikirannya hanya sampai di ujung lidah. Tak sampai terucapkan. Walaupun terkadang belah bibirnya sudah terbuka untuk melayangkan sebuah pertanyaan klasik yang sering sepasang kekasih lakukan, rasanya sulit.

Jihoon pun adalah tipikal orang yang tidak mudah dalam mengungkapkan sesuatu. Lebih baik dipendam katanya. Sampai terkadang terlalu lama memendam membuat hatinya tidak kuat dan berakhir selalu menangis tanpa ada orang yang tahu.

Lelaki kelahiran Busan itu bergumam sebentar sebelum melayangkan satu pertanyaan yang cukup bodoh. "Bagaimana kabarmu?"

Soonyoung yang semula menatap lurus ke arah langit, kini mengalihkan pandangannya pada lelaki mungil yang kini terlihat canggung padanya. "Aku baik," jawabnya.

Jihoon mengangguk pelan tanda mengerti. Kesepuluh jemarinya lebih indah untuk diperhatikan daripada kedua mata sipit yang kini tengah menatapnya lekat-lekat.

"Aku juga merindukanmu, Jihoon–ah."

Jihoon tersenyum sebentar lalu mengangguk. "Akhirnya kau mengerti," lirihnya bersamaan dengan angin yang kembali berhembus. Pelan sekali, hingga rasanya akan hilang terbawa angin jika tidak mendengar dengan seksama.

Giliran Soonyoung yang menarik bibir semi tebalnya untuk tersenyum. "Sorot matamu memang tidak bisa berbohong." Soonyoung tertawa ringan setelahnya.

"Kau sibuk belakangan ini," ujar Soonyoung.

"Kau juga," jawab Jihoon singkat.

Soonyoung kembali terkekeh. "Kita sama-sama sibuk, ya." Perkataan itu menuai senyum kaku di bibir Jihoon.

"Kau masih ingat saat terakhir kali kita berdua seperti ini?"

Jihoon bergumam, "Awal era Pretty U kurasa."

Soonyoung mendesis, "Sudah lama sekali ya."

"Begitulah," jawab Jihoon singkat.

Setelahnya suasana kembali hening. Hanya ada suara daun yang saling bergesekan karena terkena terpaan angin. Mereka sama. Banyak yang ingin dikatakan, namun terhambat oleh kecanggungan. Kesibukan menjadi salah satu alasan mereka menjadi seperti ini. Terjalin dalam satu ikatan selama hampir dua tahun lamanya, jika dihadapkan dengan kesibukan yang sampai tidak dapat menghubungi satu sama lain karena tuntutan pekerjaan, membuat mereka canggung kembali.

SoonHoon CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang