Ino masih menatap layar ponselnya saat artist background satu per satu mulai beranjak pulang. Wanita itu menyandarkan punggung pada kursi kerja, termenung sambil menggerak-gerakkan kursi ke kiri dan ke kanan. Perhatian Ino lalu teralihkan saat mendengar suara Sakura yang sedang menjawab telpon, tampak si pinky tengah memasukkan barang-barang ke dalam tas lalu berdiri meninggalkan meja kerjanya.
"Ino-san..., kau belum pulang?" tanya Sakura saat melewati meja kerja Ino.
"Sebentar lagi, mau kemana? maaf, tapi suaramu terdengar saat kau menelpon Naruto."
"Ya, rencananya aku mau pergi ke butik. Tidak ada gaun yang bisa kupakai di pesta Kakashi-san besok. Hinata tidak bisa menemaniku, Naruto juga." Sakura berpikir mungkin saja dua sejoli itu mau pergi kencan malam ini.
"Mau kutemani?" Ino menawarkan diri. Karena pergi berdua lebih asik daripada sendiri, tanpa basa-basi Sakura setuju.
Karena si pinky bingung dimana tempat bagus mencari gaun, akhirnya Ino membawa Sakura ke sebuah butik yang sudah menjadi langganannya. Itu ide bagus karena mall adalah opsi yang harus dihindari.
Kliting Klinting!
Lonceng bergerak ketika Ino mendorong pintu butik dan memasuki ruangan. Pandangan Sakura mengedar, interior bergaya vintage itu membuat suasana di dalam butik terkesan antik dan unik walau tempatnya tak sebesar butik terkenal di Konoha. Dinding ruangan terbuat dari susunan batu bata yang belum dipoles serta sebagian besar interior yang didominasi oleh kayu. Beberapa rangkaian mawar putih mempercantik sudut-sudut ruangan. Singkat cerita, butik itu tempat yang nyaman untuk mencoba baju lalu mengurangi isi dompet kita.
"Selamat datang."
Seorang wanita elegan menyambut, ia tersenyum ramah menyapa Ino, tampak mereka sudah saling mengenal. Ino lalu memperkenalkan Sakura.
"Jadi, siapa yang ingin menambah koleksi di lemari?" tanya wanita bersurai merah itu.
Ino menunjuk Sakura. "Kurenai-san, dia mencari gaun pesta."
"Gaun seperti apa yang kau inginkan?" wanita bernama Kurenai itu mendekati deretan koleksi yang tepajanh. "Kami baru saja mengeluarkan beberapa desain baru."
Si Pinky bingung. Seperti apa gaun yang cocok untuknya? dipikir-pikir, ia jarang menghadiri pesta. Gaun di butik ini semua terlihat bagus dan cantik. Bagaimana jika ia menutup mata dan menunjuk dengan satu jari?
"Acara seperti apa yang akan kalian hadiri?" tanya Kurenai.
"Pesta pernikahan." jawab Ino.
"Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti gaun seperti apa yang cocok. Apa kalian bisa pilih untukku?" daripada buang-buang energi mending serahkan saja pada ahlinya.
Sembari mengamati postur tubuh Sakura, Ino mulai berpikir. "Emm.., mungkin gaun pendek, Kurenai-san? kira-kira panjangnya selutut atau di atasnya, oh.., dan juga tanpa lengan."
"Ok." Kurenai segera memilah gaun sesuai kriteria. Tidak butuh waktu lama. Ada lima gaun yang cocok.
Kemudian Sakura mencoba gaun-gaun itu. Ada satu dua baju yang cocok tapi Ino masih saja menyodorkan gaun lain. Dilihat dari betapa gigihnya Ino, mungkin ia tak akan berhenti hingga menemukan gaun yang sempurna. Dengan ini, Sakura mantab menganggap Ino sebagai penasehat fashion di masa yang akan datang.
"Perfect."
Memandang cermin, Ino berdiri di belakang Sakura yang mengenakan gaun pilihan terakhir. Gaun itu berbahan silk dengan corak kain daun maple, warna gaun oranye kekuningan. Bentuk roknya menggelembung sampai lutut, tanpa kerah dan lengan, Sakura memamerkan tulang dada serta pundaknya secara sempurna. Kain yang menutupi tubuh bagian atasnya melilit-lilit bagaikan serat kayu. Si pinky terlihat seperti peri musim gugur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENTALLY IN LOVE
Fanfiction(FANFICTION) Segala sesuatu berubah ketika Sakura memulai kehidupan barunya di Konoha, ia berkerja di perusahaan animasi terbesar di jepang. Gadis itu takut jatuh cinta, meskipun ia menghindar, cinta akan tetap menjemputnya. All Rights Reserved Sto...