"Tunggu, biarkan aku masuk duluan..." Sakura membuka pintu apartemennya, sambil menenteng dua kantung belajaan ia menahan pintu menggunakan kaki dan memberi jalan Naruto membawa masuk kardus persegi panjang berukuran besar. Naruto meletakkan kardus itu di dekat sofa ruang tengah, kemudian ia kembali menuju parkiran basement untuk mengambil barang yang tersisa di dalam mobilnya. Saat Naruto kembali, Sakura tampak tengah membongkar-bongkar kantung belanjaan di meja makan."Yosh! saatnya menghias pohon!" Naruto meletakkan kardus terakhir.
Pulang kerja tadi ia mengajak si pinky ke Supermarket, Sakura heran ketika tiba-tiba Naruto mengutarakan idenya membeli pohon natal, pria itu merengek di dalam toko padahal dia bisa membeli apapun yang ia mau dengan uangnya sendiri. Satu hal yang menjadi pertimbangan Sakura adalah, si pirang ingin memajang pohon natalnya di dalam apartemen Sasori, turuti saja kemauannya daripada Naruto tidak mau diajak pulang.
"Kenapa tidak dipajang di tempatmu saja?" Sakura memperhatikan pohon natal setinggi 1,8 meter setelah Naruto merakitnya. Perdebatan terjadi di toko ketika mereka memilih ukuran pohon itu, Naruto ngotot memilih pohon berukuran besar, alasannya biar bagus.
"Tidak. Aku ingin dipajang di sini saja." Naruto mengembangkan senyumannya. "Hehe... sudah lama aku menantikan ini, menghias pohon natal." wajahnya terlihat begitu antusias dan bersemangat, Sakura hanya menghela nafas sambil tersenyum mengikuti kemauan si pirang itu. Ini memang pertama kalinya mereka punya pohon natal, Keluarga Sakura tidak terlalu lekat akan tradisi natal dan Naruto ingin sekali punya pohon natal, katanya biar seperti di TV-TV.
Sakura membuka kardus berisi pernak-pernik hiasan pohon natal. "Ini dimulai dari mana?"
"Ah kita akan menghiasnya seperti ini." Naruto mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya, ia mencetak contoh gambar pohon natal yang dihiasi ornamen merah keemasan. "Aku mendapatkan ini dari pinterest, referensi mereka bagus-bagus."
"Kau niat sekali..." Sakura tersenyum ketika memperhatikan gambar itu.
"Bagaimana jika nanti kita tambahkan kado bohongan sebagai hiasan?" ide Naruto, "Ah tiga di antaranya asli dalam rangka tukar kado antara kau, aku dan Hinata.
"Ya terserah kau saja lah..." Sakura malas berpikir.
"Ah, bagaimana dengan Sasori? apa dia pulang ke bumi saat natal nanti?"
"Entahlah..." Sakura mengedikkan bahu. "Mungkin saja dia pulang jika tidak mendapat undangan merayakan natal bersama para alien."
Dan keduanya pun terkekeh ringan. "Ah satu lagi..." tambah Naruto. "Bagaimana jika menambahkan dua kado? untuk berjaga-jaga siapa tahu Sasori pulang."
"Kenapa mesti dua?" Sakura menautkan alisnya sembari mengangkat lampu hiasan.
"Yang satu untuk berjaga-jaga, siapa tahu kita punya tamu dadakan."
Si Pinky tak dapat menerawang kemana-mana. "Memangnya siapa?"
"Ya... siapa tahu Sasuke..." gumam Naruto. sekejap Sakura langsung menoleh, ekspresinya seakan mengatakan 'mana mungkin? aneh-aneh saja...', "Ah,, atau mungkin Gaara..." sambung si pirang itu dengan senyuman. "Hubungan kalian semakin dekat, tidak menutup kemungkinan dia akan datang kan?"
"Kau ingin Sasori membunuh kita berdua?" kata Sakura, "Tidak boleh satupun pria asing masuk ke dalam sini."
"Terus Sasuke itu hantu?" kau tepat Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENTALLY IN LOVE
Fanfiction(FANFICTION) Segala sesuatu berubah ketika Sakura memulai kehidupan barunya di Konoha, ia berkerja di perusahaan animasi terbesar di jepang. Gadis itu takut jatuh cinta, meskipun ia menghindar, cinta akan tetap menjemputnya. All Rights Reserved Sto...