Spring

19.2K 1.4K 601
                                    

Hari yang dinanti tiba. Kegugupan seorang Haruno Sakura bertambah ketika ia membuka mata menjelang matahari naik ke singgasana. Tampak Hinata masih terpejam anggun di sisi kiri ranjang, sedangkan di sebelah kanan, ada Tenten pulas dengan wajah damai sentausa, Sakura berada di tengah-tengah dua wanita itu, mereka tidur di kamar Sasori.

Semalam, Gaara, Ino dan Sai pulang usai main kartu remi. Saat ini, jam masih menunjukkan pukul lima pagi.Sakura beranjak dari kamar, ia memanfaatkan waktu untuk menyeduh teh dalam ketenangan subuh. Seni membuat teh merupakan bagian dari meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa dan Sakura merasa seperti sedang melakukan yoga, ia mendapatkan ketenangan diri saat menikmati hasil latihannya.

'Aku pasti bisa melakukannya.' batin gadis itu, ia tersenyum menatap teh hijau buatannya.

Di kediaman Uchiha, Sasuke tampak berjalan menuju tempat parkir hingga ia naik ke dalam mobilnya, ia memastikan jam terlebih dahulu sebelum pergi menjemput Sakura. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, jarum jam yang berhenti di angka yang sama juga terpampang pada jam tangan milik Sakura, gadis itu terus-terusan memandang waktu sambil duduk gelisah di sofa. Si pinky mengenakan jegging hitam dipadu sweater rajut peach berkerah lebar, syal merah melingkar hangat pada lehernya serta sepasang boots cokelat tua di kedua kakikanya. Hinata yang sedang menyiapkan makan siang sudah berulang kali menenangkan Sakura tapi kegugupan si pinky muncul lagi setelah Tenten menggodanya. Hingga saat ini Tenten belum pulang ke apartemenya, berbeda dengan Hinata yang biasa mengunjungi Naruto di akhir pekan dan sesekali main ke tempat Sakura, Tenten memutuskan tinggal sampai Sasuke datang menjemput si pinky.

"Tegang sekali, santai sedikit...." Naruto menghampiri, ia duduk di sebelah Sakura lalu menghidupkan televisi. "Jam berapa Sasuke menjemputmu?"

"Kurasa sebentar lagi dia datang."

Ting! Tong!

Panjang umurnya. Sakura menyambut Sasuke di balik pintu, penampilan kekasihnya keren padahal cuma memakai kaos putih polos dipadu jaket kulit hitam. Di saat gugup seperti ini tidak ada kecupan selamat datang seperti yang biasa Sakura lakukan, gadis itu hanya tersenyum kaku, padahal Tenten sudah menanti bagaimana keromantisan seorang Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura dengan mata kepalanya sendiri, tapi melihat ekspresi Sasuke yang datar-datar juga, lebih baik pulang dan hadapi segunduk pakaian kotor di rumah.

"Teme, ayo makan siang dulu." ajak Naruto.

"Maaf dobe, waktunya tidak cukup. Kami terburu-buru." Sasuke duduk di sofa, memperhatikan berbagai macam benda tergeletak di ruang tengah dari sisa-sia latihan semalam, ada peralatan ikebana, alat membuat teh, serta perlengkapan kaligrafi. Sesaat kedua onyx Sasuke terpaku, melihat kanvas bertuliskan nama Sabaku Gaara di antara kertas kanvas yang dipajang secara berjajar di lantai. Semua peralatan belum sempat dibersihkan karena semalam mereka berakhir main kartu hingga dini hari. Sasori akan mengamuk jika mendapati apartemennya seperti ini.

Beberapa saat berlalu ketika Naruto dan Sasuke mengobrol, Sakura pun keluar dari kamar membawa tas bawaan, gadis itu menuju dapur untuk mengambil satu kornet buatan Hinata.

"Sakura-chan, kau yakin tidak makan siang dulu?"

"Aku cukup makan kornetmu Hinata."

"Bertemu calon mertua cukup membuat lambungnya mati rasa..." godaan Tenten hanya mendapat respon datar dari si pinky, Tenten dan Hinata terkekeh sementara Sakura beranjak dari meja makan dan menghampiri Sasuke.

"Kita berangkat?" ajaknya sambil mengunyah kornet. Sasuke pun berdiri, keduanya lalu menuju pintu diikuti Naruto di belakang.

"Hinata, Tenten, aku pergi dulu. Terimakasih untuk semuanya." ucap Sakura, Tenten ingin menggoda gadis itu namun ia sungkan pada Sasuke. Tenten pun hanya melambaikan tangan sambil mengucapkan 'semoga sukses'.

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang