Marvin gaye

25.9K 1.5K 399
                                    


Kriiiiiiiiiiing........

Jam weker kumat di samping bantal. Untuk hari yang indah, mata Sakura terbuka, emerald teduhnya menatap langit-langit kamar. Selamat pagi....., udara dingin menghadirkan kemuning sinar mentari.

"Sssshhhh..., aduh..duh..." hanya ada rasa sakit di sekujur tubuh ketika Sakura bergerak ke pinggiran ranjang. Pukul 06.00 am, gadis itu menghempaskan ponsel lalu bangkit perlahan, rintihannya terdengar saat ia berdiri. Seluruh otot terasa kaku dan jeram, terpusat pada kedua betis dan lengan. Mengingat apa yang terjadi kemarin sore, begitu membekas sampai terbawa mimpi semalam. Sakura mendengus geli serta menggeleng.  Kemarin, bagaimanapun baik atau buruknya, semua telah berlalu. Hari ini, adalah waktu untuk melihat langit biru, saatnya bersiap pergi ke studio.

Hei Sakura, tidakkah kau butuh istirahat? semalam, Sasuke memberimu sebuah titah  untuk memulihkan kondisi, tapi tidak melakukan aktifitas menjadi faktor utama Sakura enggan mengambil ijin kerja, menganggap semua rasa sakit di tubuhnya seperti hembusan nafas seekor kalajengking.

Ting Tong!

Naruto menautkan sebelah alis saat melihat si pinky berdiri di balik pintu apartemennya. "Kukira kau bermalam di tempat Sasuke." penampakan Naruto mirip boneka jerami jadi-jadian karena nyawa pria itu belum sepenuhnya lengkap, a.k.a bangun tidur. Sakura hanya menjawab sepatah kata 'tidak' sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam. Apartemen Naruto gelap, kordennya belum dibuka, komputernya bahkan masih menyala. Ada dua cup mie instans kosong dan beberapa kulit kacang yang tercecer di samping meja komputer. Tapi setidaknya, apartemen Naruto kini lumayan bersih daripada sedia kala..., karena sewaktu belum jadian dengan Hinata, kondisi apartemennya tampak seperti kamp perang Vietnam.

Sakura melangkah menuju jendela. "Kau mengerjakan apa?" ia menautkan alis saat melihat jendela software Autodesk di layar komputer Naruto. "Kau bisa 3d modeling?" tanya gadis itu seraya membuka korden, cahaya kehidupan langsung menerangi ruangan.

"Ah, aku sedang mempelajarinya." Naruto malas menjelaskan panjang lebar. Tersisa tiga puluh menit sebelum pergi ke studio, si pinky siap lebih pagi dari biasanya. Semalam, gadis itu tewas di perjalanan ketika Sasuke mengantarnya pulang, membuat kekasihnya repot menggendong dari basement sampai ke kamar Sasori. Sakura sempat terbangun saat Sasuke membaringkannya ke ranjang, setelah itu ia langsung tewas kembali dan tahu-tahu sudah pagi.

"Kau yakin masuk kerja hari ini?" Naruto mengalungkan handuk sambil berjalan menuju kamar mandi. Sakura hanya menjawab sepatah kata 'Hem' sambil melangkah mendekati kulkas. Ada dua kotak susu dan... sejak kapan Naruto perduli akan buah-buahan? tampaknya Hinata merawat si pirang itu dengan baik, lebih banyak bahan organik daripada makanan cepat saji. Sakura menyaut botol susu dan memastikan tanggal kadaluarsa sebelum meminumnya. Oh, aman, masih bisa diminum, ia pun menuangkan ke dalam gelas lalu membawanya ke sofa ruang tengah. Sakura duduk setelah menyingkirkan tenggeran cangcut Naruto. Berkutat dengan ponsel, terlintas di kepala untuk menjadi orang pertama yang menyapa Sasuke.

To Sasuke-kun : aku ingin memastikan kau merapikan tempat tidurmu setelah bangun.

Sakura mengirim pensan itu sambil senyum-senyum sendiri. Ok, kita tidak bisa mengomplain manusia yang tengah jatuh cinta, secara otomatis hormon mereka bekerja dengan sendirinya. Seperti yang pernah dilansir Konohmaru dalam seminar cintanya dulu, ingat hormon Norepinephirne? serius, siapa yang menciptakan nama hormon itu? susah sekali pengejaannya. Tampaknya, Sakura telah memasuki tingkatan tertinggi, tingkatan hormon yang berpengaruh pada peranan jiwa asmara, salah satu efeknya adalah senyum-senyum sendiri, bukannya gila, hanya syaraf motorik yang dikendalikan rasa di jiwa.  

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang