Avalance

18.1K 1.7K 515
                                    


"Sakura..." Ino menyentuh bahu gadis itu. Beberapa artist background berkumpul di depan layar Konohamaru, padahal mereka bisa membaca berita pertunangan Ayame dari layar komputer masing-masing.

"Apa?" Sakura berbalik, ekspresi wajahnya biasa-biasa saja, tiada unsur sedih, kecewa, atau apapun, aku bersumpah kali ini wajahnya tidak bisa terbaca.

"Kau baik-baik saja?" Tenten mendekatkan wajahnya, dua puluh senti jaraknya untuk mendeteksi apa yang dirasakan Sakura saat ini.

"Kenapa ekspresi kalian seperti itu?" Sakura memandang seluruh artist background yang melihatnya dengan ekspresi melow seperti usai melihat drama menyedihkan. Kecuali Neji, leader mereka itu memang pria yang tenang.

"Sakura..." panggil Obito, nadanya terdengar tegas dan merdu. "Aku pernah mengatakan ini, media ahli dalam membuat opini."

"Ya, mereka sangat ahli, lalu apa urusannya denganku? sudah, bubar...bubar..., aku bukan layar tancap." Sakura mengusir rekan-rekan untuk beranjak dari meja kerjanya.

"Baiklah, beri dia waktu berpikir." Iruka membubarkan pasukan, para artist pun kembali ke meja kerja masing-masing sambil membatin.

Sakura tak berniat membuka situs StarStalker untuk membaca lebih jelas berita itu, cukup sekali saja ia melihat foto Sasuke mencium Ayame. Foto itu sudah tercetak jelas dalam ingatannya. Bahkan jika Sakura menutup mata, sialan... adegan itu langsung terniang. Sakura bungkam melihat jendela Photoshop, pandangannya kosong, tubuh sedikit kehilangan daya. Jika ada yang ia butuhkan saat ini, air adalah solusinya, tangan si pinky mulai gemetaran.

"Sakura, sepuluh menit lagi Orochimaru-sama datang." Ino memberitahu.

"Ok." semua tercampur aduk dalam dada.

Ino memandang Sakura dari meja kerjanya, melihat gerak-gerik gadis itu, sepertinya ada yang tak beres darinya.

"Selalu ada sudut pandang lain ketika kita mengamati sebuah benda." ucap Obito, nadanya pelan namun dapat terdengar.

"Aku sedang tidak niat mengamati benda." Sakura menoleh dan tersenyum.

"Jangan pasang wajah itu, kau membuatku takut." ucap Obito.

Orochimaru datang sepuluh menit kemudian, art director 2D itu duduk di kursi kerja Ino, bersedekap, memandang layar komputer, menegangkan. Hanya Sakura yang melakukan chek approval hari ini, gadis itu berdiri di samping Neji dan tidak terlihat gugup, ia cukup tenang menyilakan tangannya yang gemetaran ke belakang, apa yang ia rasakan saat ini adalah mual dan sesak di ulu hatinya. Ino bisa melihat gelagat Sakura, bahwasanya gadis itu berdiri tidak tegar seperti biasanya.

Orochimaru mengamati background Sakura cukup lama dan teliti. Pria yang dijuluki anakonda oleh Sakura itu tidak banyak berkomentar, ia memutar kursi ke samping lalu menatap Sakura, mungkin saja Orochimaru mempertanyakan kondisi mata si pinky saat ini, tapi ia tak begitu perduli.

"Ino." panggil Orochimaru sambil melihat ke arah Sakura.

"Ya, Orochimaru-sama." jawab Ino.

"Background ini, approve."

Sakura langsung mengangkat wajahnya, melihat Orochimaru berdiri." Orang pintar tidak akan mengulangi kecerobohannya lagi." Anakonda beranjak meninggalkan ruang background 2D yang hening.

"Syukurlah..." Ino menghela nafas. Beberapa artist langsung melihat ke arah meja kerjanya, merasakan kelegaan yang sama, ikut senang si Pinky akhirnya lolos dari ujiannya.

"Kerja yang bagus, Haruno." puji Neji. Sakura hanya tersenyum lalu melangkah keluar ruangan.

Gadis itu menuju toilet, langkahnya cepat, mencuri perhatian orang-orang yang berlalu lalang di koridor saat ia melintas. Hampir seluruh pegawai membaca berita hangat pagi ini, hal wajar jika mereka mengaitkan barang sedikit saja tentang Sakura pada obrolan pertunangan Ayame.

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang