Chapter 45 - The Alive Painting - A Hurt?

148 27 0
                                    


"For those who experience the old wound that is resurrected is the same as stabbing themselves." 

- Jane Thenfurd 

Suara ketukan pintu dikamar membuat Jane yang sedang membaca sebuah novel mengangkat kepala dan menurunkan kaki menuju pintu. Setelah pintu terbuka terlihat Ny. Daisy dihadapannya.

Perempuan yang sudah terbilang tua, tetapi masih terlihat cantik dan segar tersebut tampak tersenyum hangat padanya. Jane juga bisa melihat rasa bersalah dari sinar bola mata hijau-nya.

"Maafkan aku sudah menganggu tidur siangmu, Jane." Ujar Nyonya Daisy.

Jane tersenyum kecil padanya, "Ah, tidak apa, Nyonya Daisy. Lagipula saya tidak tidur." Jawabnya.

"Begitu. Hn, bolehkah aku meminta bantuan padamu, Jane?" Tanya Nyonya Daisy. Lalu buru-buru melanjutkan, "Itu jika Jane tidak sibuk."

"Saya tidak sibuk untuk sekarang. Tapi, anda ingin saya membantu apa?" Tanya Jane menatapnya.

"Ikuti saya." Perintah Nyonya Daisy.

"Tunggu sebentar, saya akan mengambil sepatu dahulu." Kata Jane lalu melangkah masuk kamar.

"Baiklah, saya tunggu dikamar." Ucap Nyonya Daisy dengan wajah terlihat dingin sekarang, dia kemudian melangkah meninggalkan kamar Jane.

Jane pun masuk ke ruang kosong dikamarnya dan mencari sepatu, saat dia mencari terdengar pertanyaan dari belakangnya.

"Kau mau ke mana siang begini?" Tanya Julian sambil menggosok rambutnya dengan handuk.

"Kamar Nyonya Daisy." Jawab Jane, setelah dapat dia menatap Julian. "Baiklah, aku keluar sekarang." Ucapnya tersenyum. Ketika Julian sudah mengangguk dia segera melangkah menuju kamar Nyonya Daisy.

Tetapi, Jane bertemu George, Anne, Bob, dan Pete dilorong saat hendak menuju ke kamar Nyonya Daisy.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Jane berhenti melangkah. Dia sedang menatap ke empat orang yang berdiri seperti orang kebingungan.

George pun yang awalnya menatap Jane, "Kami sendiri juga tidak tahu." Jawabnya pelan, tetapi masih didengar Jane.

"Maksudmu? Kenapa tidak tahu? Bukankah kalian di Museum?"

"Entah mengapa jalur kanan bisa terhubung disini." Jawab Bob yang melipat kedua tangan didepan dada.

Jane mengangkat alis, "Baiklah," lalu dia melirik jam tangannya, "Sepertinya aku harus ke suatu tempat. Untuk penjelasan nanti saja dilanjut." Ucapnya.

Tidak ada jawaban

Jane menghela napas, lalu melangkah ke kamar Nyonya Daisy. Seiring langkah kakinya, dia merasa sahabatnya tadi bersikap aneh.

Dan juga Jane kembali memikirkan perubahan mimik wajah Nyonya Daisy sebelumnya ketika berada didepan kamar tempat dia menginap.

"Ah, Jane sudah datang rupanya." Ujar Nyonya Daisy tersenyum riang dihadapan Jane yang sudah berada dikamarnya.

Jane hanya tersenyum sopan padanya yang terlihat memakai jubah robe selutut tanpa menjawab.

"Lebih baik kita bicara disini dan tolong tutup pintunya Jane." Pinta Daisy pada Jane yang mengangguk.

Lalu Jane menaikkan alis ketika dilihatnya Nyonya Daisy meletakkan kunci dan memutarnya dilubang kunci pada pintu.

"Kenapa dikunci, Nyonya?" Tanya Jane pada Nyonya Daisy yang meletakkan kunci disaku jubah rope-nya.

Daisy menatapnya dengan senyuman yang aneh menurut Jane, "Supaya tidak ada yang mendengar pembicaraan kita, aku akan mengatakan sesuatu." Lalu mimik wajahnya berubah dingin, "Lebih baik kau duduk ditempat make up." Lanjutnya lalu memasuki kamar mandi.

Peluang itu digunakan Jane untuk mengirim email pada grup chat di email khusus anggota detektif.

Saat dilihat Nyonya Daisy keluar dari kamar mandi, masih dengan jubah tadi dan Jane sudah duduk ditempat make up dengan kedua jari-jarinya terkait erat.

"Apakah aku membuatmu menunggu lama?" Tanya Daisy dengan kedua telapak ditaruh dibahu Jane, lalu turun kebawah dan perlahan Jane merasa tidak nyaman karena kedua tangan Nyonya berada dipinggangnya.

"Tidak." Jawab Jane berusaha normal. "Lebih baik katakan saja apa yang ingin dikatakan?" Tanya Jane mengalihkan.

Daisy memutar kursi tersebut dan berlutut didepan Jane, dia menatap Jane. "Sepertinya kau tidak sabar untuk mendengarnya atau berusaha menyembunyikan ketidaknyamananmu?"

Mendengarnya membuat Jane tersenyum kecut, dalam hati dia sangat bingung dan takut dengan Nyonya Daisy yang menurut dia dari awal sudah terlihat aneh saat pandangan bola matanya bertemu.

"Katakan saja apa yang akan dibicarakan? Tidak usah bertele-tele." Ucap Jane dengan menghela napas.

Daisy menatapnya tajam, "Kau tahu bukan siapa Cholis Humington?" Tanya dia langsung.

Jane mengangkat alisnya. Dia mencoba mengingat siapa yang disebutkan oleh perempuan didepannya. "Maaf saya tidak mengenalnya." Jawab Jane akhirnya setelah terdiam.

"Benarkah?" ucap Daisy tersenyum miring, lalu membuka lengan kanan Jane yang dilapisi baju sampai siku tangan. "Lalu bukankah ini bekas luka yang diobati Cholis, Jane?" lanjutnya menatap Jane tajam.

***

Jubah Rope : Biasa digunakan oleh perempuan setelah selesai mandi.

Saya kembali lagi...
Ada yg kangen gak? *NgarepLo*

Oh, ya untuk sekarang mungkin saya lagi sibuk dengan acara. Jadi, update agak lambat. Sampai disini dulu ya, mikir-mikir dulu apa lanjutannya nih. Oke, daahh.

Sabtu, 17 Juni 2017

At 20.18 PM

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang