Chapter 40 - The Alive Painting - Help?

174 28 0
                                    


Sorry update malam-malam, mungkin untuk saat ini cerita TED update hari minggu atau hari libur aja. Laptop lagi banyak dipake kakak soalnya.

***

*TOK-TOK-TOK*

Suara ketukan pada pintu kamarnya membuat Dionnel Humington yang sedang berbaring diatas tempat tidur segera bangkit dan melangkah menuju pintu.

Ketika pintu telah dibuka, terlihat sosok Jane dihadapannya dengan tersenyum kecil.

"Maaf jika menganggu waktu siangmu, Dionnel." Kata Jane dengan mimik merasa bersalah.

"Tidak apa, Jane. Tapi, ada apa kau menemuiku?" Tanya Dionnel.

Jane kembali tersenyum, "Aku hanya ingin melihat-lihat lukisan digedung pameran dengan teman-teman, boleh? Kami juga ingin mengajakmu."

"Tentu saja, lebih baik untuk mengusir rasa bosanku. By the way, mana teman-temanmu?" Tanya Dionnel yang sedari tadi hanya melihat Jane sendiri.

Jane melangkah mundur satu langkah, "Jika kau menatap luar sedikit, kau akan melihat mereka."

Dionnel pun melakukan apa yang Jane katakan dan benar. Mereka sedang terlihat beberapa centimeter dari Jane.

"Baiklah, aku akan mengambil kunci." Ucap Dionnel. Setelah kunci dipegang, dirinya dengan lain menuju gedung pameran setelah dia mengunci pintu kamarnya.

-------

Mereka melangkahkan kaki dengan lambat sambil menatap satu per satu lukisan yang terpajang didinding.

Lukisan yang tergantung dengan tegak pada dinding. Didepan mereka diberi batas pita merah yang bergelombang, sebagai batas mereka pada lukisan tersebut.

Sambil melangkah Dionnel Humington menjelaskan satu per satu lukisan yang tergantung pada dinding.

Dionnel berhenti melangkah diikuti lainnya, menatap lukisan didepannya. "Baiklah, aku akan menceritakan kepada kalian cerita dari lukisan-lukisan disini."

"Lebih baik ceritakan tentang lukisan-lukisan disini yang terkenal atau yang bersejarah saja." Ucap Dick memberi usul.

Pete mengangguk, "Benar, dari pada kau capek-capek menceritakan lukisan disini yang banyak."

Dionnel mengangguk sambil memperhatikan lukisan yang ditatapnya, "The Death Of Marat. Lukisan yang menggambarkan tentang kegelisahan ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Marat yang berjuang melawan penyakit." Ucapnya mengambil napas sebentar. "Lukisan ini dilukis oleh Edvard Munch, replika dari lukisan sesungguhnya."

"Dia menderita penyakit apa?" Tanya Pete pada Dionnel.

Dionnel mengangkat bahunya, "Lumpuh dan semua anggota tubuhnya tidak bisa digerakkan, kecuali kedua tangannya yang masih bisa digunakannya untuk membuat lukisan yang salah satunya didepan kalian." Ucapnya tersenyum kecil.

Anne mengangguk mendengarnya, "Tapi, terlihat brutal lukisan ini." Kata dia memandang lukisan tersebut.

"Memang." Jawab Dionnel singkat. "Ayo, kita ke lukisan lain." Lanjutnya melangkah ke galeri lukisan selanjutnya, diikuti lain.

"Kalau sejarah lukisan yang ini?" Tanya Bob menunjukkan salah satu lukisan yang membuat lainnya terhenti.

"Lukisan itu termasuk terseram juga, Bob." Jawab Dionnel seraya mendekatinya, "Heads Severed. Lukisan yang dibuat pelukis Theodore Gericault yang identik dengan romantisme, menggambarkan tentang dua kepala mayat yang berdampingan."

Julian lalu menginterupsi, "Benar. cerita romantisme yang indah." Ucapnya tersenyum tulus. "Tuan Theodore terinspirasi dari potongan mayat yang terdapat pada Laboratorium Rumah Sakit, bukan?"

"Yah, sepertinya kau mengetahuinya." Kata Dionnel mengangguk.

Bob tertawa pelan, "Maklum, anak internet." Ucapnya membuat Julian mendelik padanya.

Dionnel ikut tertawa kecil, "Baiklah, lanjut ke galeri selanjutnya." Katanya mengalihkan.

"The Scream. Lukisan yang dibuat Edvard Murch juga, walaupun tidak real." Lalu Dionnel menatap mereka, "Tapi, kalian jangan mendalami lukisan ini atau kalian akan sakit bahkan depresi, jangan menyentuh dan menjatuhkannya atau kalian akan mengalami nasib buruk."

"Bukankah lukisan The Scream ada yang lain juga?" Tanya Dick pada Dionnel.

Dionnel mengangguk, "Benar, Tn.John Fuseli yang melukisnya." Jawabnya pada Dick.

"Ah, bukankah lukisan yang menggambarkan seorang perempuan yang tertidur pulas. Tetapi, terdapat Incubicus iblis laki-laki diatas perempuan tersebut?" Tanya Jane memastikan.

"Tepat sekali, lukisan ini banyak versinya. Tetapi, keluargaku cuma menemukan satu lukisan ini." Kata Dionnel mendesah kasar.

Jane mengangkat salah satu alisnya, "Keluargaku memiliki banyak lukisan The Scream."

"Benarkah? Dari mana keluargamu mendapatkannya?" Tanya Dionnel antusias.

"Bekerja sama dengan keluarga Thenfurd untuk membantuku mendapatkan lukisan yang sangat aku sukai." Jawab Jane tersenyum binar, membuat Julian dengan lain tertawa kecil melihat salah satu wajah cute Jane.

Dionnel pun memandang Julian, Dick, dan Anne dengan pandangan bertanya-tanya. karena dia tahu keluarga mereka tersohor.

Apa mereka benar-benar tersohor seperti yang dikatakan mom dan dad?

-----------x

Oh, ya tiga lukisan dulu yang diceritakan ya. Nanti dilanjut lagi, udah malam sih soalnya. Jam berapa ini? Sebelas. Hampir tengah malam eh.

Astaga, ngantuk. Puasa-puasa buat ini, malah nanti sahur lagi.

Oke, sampai jumpa.

27/05/2017


The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang