Chapter 43 - The Alive Painting - The Scratch

162 25 0
                                    

Hai, semua.

Maaf ya waktu lebaran malah update. Bagi yang menjalankan Hari Raya Idul Fitri selamat menjalankannya. Minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin untuk semua, maaf jika daku ada kesalahan kata-kata sama kalian semua.

Oke, langsung aja read ya.

Beberapa menit kemudian mereka bertiga terdiam, mendengar bunyi gesekan yang dilihat pada dinding belakang lukisan tersebut. Hingga akhirnya mereka masih terdiam menatap dinding yang tadi tertutup kini telah terbuka lebar.

*****

Dionnel melangkahi pembatas rantai yang berada didepan lukisan tersebut, lalu salah satu tangannya memegang dinding yang telah terbuka lebar.

Dia menatap sebuah lorong yang tampak gelap dengan kedua iris biru-ungunya, kemudian Julian mengikuti langkah Dionnel hingga kini dia sedang disamping Dionnel.

"Aku baru tahu jika ada ruang dibelakang lukisan ini." Ucap Dionnel pelan.

"Jadi, sebelum-sebelumnya kau tidak tahu jika ada lorong lain disini?" Tanya Jane dibelakang mereka berdua.

Dionnel menatap sebentar Jane yang menyipitkan mata padanya dan kembali menatap lorong gelap tersebut, "Yeah, begitulah."

"Apa tidak sebaiknya kita beritahu yang lain tentang lorong ini dan tutup saja museum untuk hari ini." Kata Julian mengusulkan saran pada Dionnel.

"Baiklah, aku akan mengatakannya pada penjaga." Ucap Dionnel pada akhirnya.

Julian mengangguk, "Baiklah, aku akan membangunkan yang lain." Lalu Julian mengarah pada Jane, "Kau tetap disini, Jane. Tunggu aku dengan yang lain."

"Eh,.." Jane memandang lorong gelap tersebut dengan ngeri sebelum menatap Julian lagi, "Tapi-"

"Tidak apa, lagipula ada Dionnel dan penjaga disini." Kata Julian memotong perkataannya, hal itu membuat Jane menyipitkan mata lagi.

"Ya, sudah. Terserahmu." Jawab Jane yang malas berdebat dengannya, Julian yang mendengarnya tertawa pelan sebelum meninggalkannya.

Beberapa menit kemudian Dionnel datang menuju Jane yang tampak berdiri dengan melipat tangannya dan salah satu telapak kakinya diangkat ke atas berulang kali.

Mungkin bosan?

Ya, Jane sedang bosan sekarang.

Disusul dengan Julian bersama lainnya sehingga lorong museum yang tadi sepi berubah menjadi ramai.

"Dia sampai begitu karena menunggu kita, Julian." Kata George tersenyum miring menyadari ekspresi Jane sekarang.

Jane memutar bola matanya bosan, tidak peduli sikapnya sopan atau tidak, "Ya, memang. Kalian sangat lama, seakan aku menunggu angsa kemari." Ucapnya membalas ejekan George.

Pete menggeleng-geleng mendengar mereka yang saling berbalas, sedangkan Anne dan Julian tertawa pelan.

"Astaga, lebih baik kita memeriksa lorong ini dari pada mendengar kalian berdua yang berdebat." Ucap Jupiter lalu melangkahi rantai dan menyalakan senter.

"Kau yakin akan memasukinya, Jupe?" Tanya Dick menatap lorong tersebut dengan ngeri.

"Tentu saja." Jawab Jupiter yakin tanpa menatap Dick. Dia lalu menatap Dionnel, "Akan memasuki juga?"

Dionnel yang sudah menyalakan senter melewati Jupiter, "Tentu." Jawabnya sambil menuruni tangga perlahan dengan senter yang dibawa menerangi tiap langkahnya.

Dick mau-tidak mau masuk saat George sudah memasuki duluan lorong tersebut.

"Istrimu saja berani, Dick. Masa kau tidak?" Tanya Bob disampingnya.

Dick mendengus pelan mendengar Bob, "Yah, aku mengakui dia memang lebih berani dari aku." Jawabnya mengucapkan kata aku-dia penuh penekanan.

"Kau tidak mau masuk?" Tanya Julian pada Jane.

"Tidak." Jawab Jane langsung menatap horror lorong tersebut.

Julian mengerutkan kening, istrinya menurut dia berubah. Biasanya Jane yang paling semangat memasuki lorong gelap yang misterius. Tapi, saat ini berubah total. Mungkin karena pengaruh bayinya.

"Astaga, kau tidak perlu takut. Come on." Ajak Julian mengulurkan tangan satunya yang bebas ke Jane.

Masih menatap tangan Jane yang takut-takut menerima, segera dia mengenggam dan membawanya masuk menuruni tangga.

"Tidak ada yang menutup dinding atas, bukan?" Tanya Jane sambil melangkah menatap ke atas setelah menuruni tangga.

"Tidak ada, Jane." Jawab Julian dengan kedua mata yang masih menatap lorong didepannya, mengikuti mereka yang ada didepannya.

Ruangan tersebut terlihat remang-remang dipenglihatan mereka yang hanya diterangi senter yang dibawa Jupiter, Bob, Anne, Dionnel, dan Julian.

Anne yang melihat sesuatu disampingnya segera menyinari senter di Handphone miliknya ke dinding, "Ah, tunggu sebentar!" serunya membuat yang lain berhenti.

"Kenapa?" Tanya Dick pada adik kandungnya, dia berada dibelakang Anne.

Mereka pun terlihat lega jika yang disinari Anne ternyata saklar, Anne pun menaikkan saklar ke atas. Disetiap lorong pun yang terdapat lampu seketika terang.

"Apa-apaan!" seru Pete ketika melihat dinding disekeliling.

**

Heoheo, untuk chapter 42 sampai sini dulu aja. Tenang, bakal dilanjut kok. Sorry pendek.

Salam,
SriTaurus5

Kamis, 15 Juni 2017
20.27 PM

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang