(New)! Chapter 33 - Special 2 - Julian dan Jane - Always Stay Beside You 3

247 24 0
                                    

Sesuai janji ini dia, Lanjutan...

Kediaman Julian – Jane,
3 Rue Versailles, Paris.

Kediaman Julian – Jane,3 Rue Versailles, Paris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kediaman Julian – Jane,
3 Rue Versailles, Paris.

Julian memasuki kamar mereka dan melangkah menuju kasurnya yang terlihat Jane terbaring tidur. Lalu dia menggeser rambut Jane dengan jari yang tampak menutupi wajah dan menyelipkan rambut ditelinganya.

'Rupanya dia sudah tidur.' Batin Julian menatap sepasang kelopak mata Jane yang menutup. Namun, rasa penasarannya yang meluap membuat dia mencari Handphone Jane.

Dia merasa sikap Jane dimobil yang terlihat gelisah karena ada sesuatu di Handphone-nya. Setelah mendapatkannya ditangan kiri Jane, dengan perlahan dia menariknya.

Julian menatap Jane sebentar setelah mengambil Handphone milik Jane, memastikan Jane masih tertidur. Lalu dia membuka Handphone tersebut, yang membuat dia terdiam adalah salah satu email dikotak masuk.

Temui aku di Kafe Courtesino jam 9 pagi, jika tidak nyawa Lian taruhannya.

-Derrick Houstino-

Segera Julian mengembalikan Handphone Jane ditelapak kirinya seperti semula, "Tenang saja, aku dapat menjaga nyawaku baik-baik." Ucap Julian pelan, lalu mencium keningnya sebentar. Dia memeluk Jane dengan salah satu tangan dan tenggelam dalam mimpi.

Paginya wanita dipelukannya sudah membuka mata, wanita tersebut dengan pelan menggeser tangan yang memeluk pinggangnya.

Lalu ketika sudah selesai mandi dan berpakaian Jane membuka gagang pintu, tapi anehnya pintu tidak terbuka.

"Biarpun kau memaksa, pintu itu tidak akan terbuka." kata Julian membuat Jane langsung berhenti mencoba membuka pintu dan menatapnya.

Dilihatnya Julian duduk diranjang dengan tersenyum miring, "Mana kuncinya?" Tanya Jane menyipitkan mata padanya.

"Entahlah." Jawab Julian singkat dan tidak peduli.

"Ayolah, Jul. Aku harus pergi." kata Jane mendekatinya.

Julian mengangkat salah satu alis, "Kemana?" Tanya dia. Sebenarnya dia sudah tahu, cuma dia ingin melihat tampang Jane.

"Hm... Bertemu teman di Cafe, boleh?" Tanya Jane dengan wajah memelas.

Uh, rasanya Julian ingin menarik dan menidurkannya karena menatap wajahnya- 'Apa yang kau pikirkan, Julian.' Batin Julian.

"Tidak, kau dirumah saja." Jawab Julian menatapnya masa bodoh.

Jane pun menghela napas mendengar jawabannya, "Aku dapat menjaga diri, Julian. Boleh ya?" Tanya dia lagi.

Julian pun menarik lengannya, membuat Jane duduk dipangkuannya, "Kau berbohong padaku, Jane." Ucapnya memandang Jane kecewa.

"Berbohong apanya? Aku benar-"

"Mulut bisa berbohong, tapi hatimu tidak." Ucap Julian memotong sanggahan Jane.

Jane menatapnya dengan memohon, "Aku benar-benar akan bertemu temanku."

"Sekali kau berkata itu, aku bungkam mulutmu, Jane." kata Julian menatapnya tajam.

"Bungkam saja mulutku, bungkam. Biar kau-"

Tidak ingin mendengar lanjutannya membuat Julian menarik wanita itu untuk memeluknya.

Jane pun terdiam merasakan pelukannya, "Jangan jauh dariku. Selangkah kau menjauh aku akan terus didekatmu." Desis Julian pelan.

Tidak mendengar jawaban, Julian melonggarkan pelukannya. Dia tersenyum menatap Jane yang melihatnya dengan tersenyum tipis.

"Tumpahkan rasa takut, sedih, dan khawatirmu padaku." Ucap Julian pelan padanya, lalu dia memeluk Jane lagi.

Jane hanya terdiam dan menenggelamkan wajahnya dibahunya, kedua tangannya meremas baju Julian. Dia benar-benar terisak dipelukannya.

"Ba-bagaimana jika temanmu benar-benar membunuhmu jika aku tidak datang?" Tanya Jane masih terisak.

Julian yang membelai rambutnya tersenyum kecil, "Kau tidak perlu takut, princess. Aku sudah menyuruh salah satu tangan kanan-ku untuk menanganinya. Kau lupa siapa aku sebenarnya?"

Jane menengadah untuk menatapnya yang terlihat tersenyum kecil, dia menggelengkan kepala sebagai jawaban tidak.

"Pintar. Jadi, untuk sekarang kau hanya perlu disampingku saja." kata Julian padanya.

"Pekerjaanmu dikantor?"

"Tentu saja aku dapat menanganinya dari rumah." Jawab Julian.

Jane mengangguk paham, "Lalu jika tangan kananmu tidak berhasil?" Tanya dia lagi.

Julian menghela napas pelan mendengar banyak pertanyaannya, "Astaga, kau cerewet sekali. Tentu saja tinggal menyuruh bawahanku untuk menembaknya."

Jawabannya membuat Jane mencubit lengannya, membuat Julian mengaduh sakit, "Kau itu tidak berhati pada tangan kanan-mu. Kau jahat." Ucap Jane kesal. "Jangan mengatakan tentang membunuh pada bayi kita, bodoh." Lanjutnya.

Julian pun menghela napas, "Pasti selalu salah. Jadi aku harus apa dan berkata apa?"

"Tentunya memaafkan tangan kananmu dan jangan sebutkan kata membunuh juga jerk, shit, dan apalah umpatan kasar yang sering kau katakan." Jawab Jane menguraikan, sedangkan Julian hanya mengangguk-angguk saja mendengarnya.

"Mulutku terbiasa mengatakannya."

"Usahakan jangan mengatakannya pada bayi kita." Jawab Jane menyipitkan matanya.

Julian mengangkat alisnya, "Tapi, kau juga mengatakannya tadi. Jerk, Shit, What the-"

"Julian..." potong Jane sudah menutup mata. Tangannya sudah mengenggam kuat dan rasanya dia ingin mengeluarkan kekesalannya.

"Baiklah, baiklah. Aku usahakan."

>>

Merasa paginya ada yang menepuk pipinya pelan membuat Jane membuka mata dan melihat Julian dengan samar.

"Ada apa?" Tanya Jane dengan nada masih mengantuk, kedua tangannya masih memeluk guling dengan erat.

"Ayo bangun dan mandilah." kata Julian menyuruhnya.

Jane menutup mata dan menaruh kepalanya dibantalnya, "Ini jam berapa?" Tanya dia hendak tidur lagi.

"Delapan."

Sontak Jane membuka mata dan segera duduk, "Astaga! Aku lupa memasak!" dia menatap tajam Julian, "Kau tidak membangunkanku." Ucapnya kesal.

Julian menghembuskan napas, "Kau tidak perlu memasak. Lagipula biarkan maid yang melakukannya, sekarang kau mandi dan kita harus bersiap dalam satu setengah jam lagi."

"Kita mau kemana?" Tanya Jane menatapnya bingung.

"Lakukan saja, kamu akan tahu nanti."

***

Seperti janji kan akan melanjutkan, tapi ini revisi baru. Kalo yang sudah baca sebelumnya pasti tahu sebab saya menggantinya.

Sorry kalo pendek dari sebelumnya.
Hehe.

17/07/2017

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang