Chapter 50 - The Alive Painting - She Must Be Here

156 24 0
                                    

"Dan terakhir, adanya ruang bawah tanah dan sosok pria dibalik jeruji besi tersebut." Ucap Dick menyebutkan alasan akhir mereka para detektif dihadapan mereka.

...

...

Semua orang yang berada dihadapan para detektif terlihat menunjukkan wajah penasaran, bingung, dan bertanya-tanya ketika mereka sudah menyebutkan empat alasan tersebut.

"Jika kalian tahu, jelaskan kenapa bisa ada ruang rahasia dan seorang pria dibalik jeruji besi?" Tanya salah satu wanita yang terlihat seumuran dengan Jane dan George.

Julian menatap salah satu wanita yang pertama kali melontarkan pertanyaan, "Saya akan menjelaskan tentang kebenaran dibalik bergerak atau hilangnya lukisan The Hand Resist saja. Untuk pertanyaan kedua akan dijawab oleh salah satu dari kami yang lain nanti."

Setelah melihat perempuan tersebut mengangguk, Julian menatap semua yang hadir.

"Bergeraknya boneka perempuan didalam lukisan tersebut dapat diatur melalui putaran berupa handle yang ada dibelakang lukisan tersebut, sedangkan hilangnya boneka tersebut boneka tersebut dapat diambil seseorang melalui belakang lukisan juga."

"Memang boneka tersebut benar-benar asli dibuat sendiri, bukan sebuah gambaran?" Tanya salah satu wanita yang terlihat setengah abad diruangan tersebut.

"Benar," Tatap Julian serius pada wanita tersebut, "Tolong lukisannya, Dick." Pinta Julian pada adiknya yang berbeda setahun dengannya.

Dick pun melangkah menuju belakang ruangan tersebut dan kembali membawa lukisan The Hand Resist pada kakaknya, setelah itu dia berdiri ditempat semula.

"Semua tolong lihatlah baik-baik." Ucap Julian sambil memperlihatkan awal keadaan lukisan tersebut.

Lalu dia menghadapkan belakang lukisan pada semua yang ada diruangan itu. "Jika kita memutar ini dan ini, maka mata dan tangan pada boneka ini dapat bergerak." Kata Julian berbicara sambil memutar kedua handle yang ada pada belakang lukisan.

"Lihatlah." Lanjut Julian memutar dan memperlihatkan bagian depan lukisan tersebut kepada semua.

Terlihat semua orang menatap lukisan tersebut tidak percaya dan menutup mulutnya dengan satu tangan.

"Lalu bagaimana boneka tersebut bisa hilang?" Tanya Dionnel pada Julian.

Julian beralih menatapnya, "Itu mudah. Kita buka penutup dibelakang lukisan ini." Kata Julian membuka kaitan kecil disisi kanan dibelakang lukisan. Setelah terbuka, Julian mengambil boneka tersebut dan menunjukkannya pada semua orang.

"Siapa yang melakukannya?" Tanya sang Kaisar, Tuan Lanelden.

"Tidak lain adalah putra pertama anda sendiri yang hanya istri anda yang mengetahui keberadaannya." Jawab Julian tersenyum penuh arti pada sang Kaisar.

Tuan Lanelden menatap Julian tidak percaya, "Tidak mungkin?" Lalu menatap istrinya, "Benarkah yang dia katakan Daisy? Cholis kita masih hidup?" Tanya dia setengah berseru pada Nyonya Daisy.

Daisy tampak terdiam, dalam hati dia kesal dengan suami Jane tersebut yang mengungkap lagi tentang putra pertamanya.

"Aku bertanya padamu Daisy? Kenapa diam?" lanjut Tuan Lanelden pada Nyonya Daisy.

Daisy pun menatapnya, "Jika iya memang kenapa? Kau ingin marah karena aku membohongimu?" Tanya dia setelah mengaku dengan acuh.

Lanelden menatap dia tidak percaya, "Kenapa kau melakukannya?" Tanya dia tidak habis pikir.

"Kenapa katamu?" ulangnya, "Karena demi putra kita tentunya, aku tidak mau melihatmu selalu memarahinya hanya karena seorang wanita dan dia yang tidak mau menerima pernikahan yang kau lakukan untuknya." Seru Daisy padanya.

"Dengan rencana kematian Cholis yang palsu, Daisy? Aku bisa membatalkannya jika dia tidak menerima pernikahan itu." Ucap Lanelden pada istrinya.

Daisy tersenyum miring, "Semua sudah telat, Elden. Telat! Aku sudah berulang kali mengatakan jika dia tidak menerima pernikahannya."

"Aku hanya ingin mendengar pengakuan dari putra kita jika dia tidak menerima pernikahan tersebut." Jawab Lanelden pelan.

Dionnel, delapan detektif, dan semua orang yang berada didekat mereka berdua tampak bingung dengan perdebatan mereka.

"Putra kita? Jika Cholis putra kita mengapa kau tidak hadir pada hari kelahirannya, Elden?" Tanya Daisy dengan berkaca-kaca.

Lidah Lanelden kelu, dia tidak bisa menjawabnya. Dia tidak ingin Daisy merasa sedih dengan apa yang telah dia perbuat saat tepat kelahiran buah hatinya.

"Kenapa kau diam?" Tanya Daisy, "Mengakui jika kau sudah melakukan ini pada hari itu?" Ucapnya melemparkan sebuah foto yang dipegang dari tadi ke hadapan Lanelden.

Lanelden menatap foto tersebut dengan gamang, lalu mengambil foto tersebut. "Foto ini memang benar, Daisy." Ucap Lanelden mengaku, "Cuma tidak semua hal disana yang seperti kamu pikirkan."

"Cukup, Ayah. Jangan membuat Mama menangis." Ucap Dionnel memotong perdebatan mereka, "Sekarang biarkan Julian dan temannya melanjutkan penjelasan."

Lalu Dionnel memanggil salah satu maid yang berada didekat mereka, "Bibi Kalis, tolong bawa mama ke kamarnya."

"Tidak." Tolak Julian, "Nyonya Daisy harus berada disini." Ucapnya menatap tajam pada Dionnel.

**

Hello... Hello, jangan tegang ya bacanya *Tersenyum*...  Kasusnya gak seram kok, Cuma menyangkut masa lalu dan teknik untuk chapter ini.

Oke, tunggu chapter selanjutnya.
Sampai jumpa.

Senin, 10 Juli 2017
At 19.52 PM

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang