Chapter 48 - The Alive Painting - (Not) Happy

151 23 0
                                    


Bob beralih menatapnya, "Kau pasti akan tidak percaya mendengarnya, Jupe." Jawabnya.

"Kenapa, Bob?"

"Karena lorong kanan tersebut terhubung dengan lorong kamar Tuan Lanelden dan Nyonya Daisy." Jawab Bob dengan tenang.

........

........

Jane yang sedang makan sambil mendengar percakapan mereka terhenti dan ikut menatap Bob yang menatap mereka dengan tenang.

Dia meminum air putih dan ikut berbicara, "Jadi, kalian tadi didekat dinding rahasia dari lorong museum?" Tanya Jane menatap Bob tidak percaya.

"Yah, benar." Jawab Anne.

"Apa maksud mereka membuat lorong tersebut terhubung dengan museum?" Tanya Dick sambil melipat kedua tangan didadanya.

"Entahlah." Jawab Jupiter, "Eh, Dick bukankah kita bertiga tadi menemukan sebuah ruangan seperti penjara, bukan?" lanjutnya menatap Dick.

Dick melebarkan mata mengingatnya lagi, dirinya hampir lupa, "Ah, iya kita tadi menemukan itu."

"Untuk apa ruangan itu?" Tanya Pete menatap Dick dan Jupiter.

Dick mengangkat bahunya, "Terlihat seperti ruang bawah tanah menurutku." Jawabnya sambil mengingat-ingat.

Jane yang mengunyah makanan terdiam, "Apakah...ada seseorang disana?" Tanya dia setelah menelan makanannya.

Jupiter memandang Jane, "Memang ada, bagaimana kamu tahu?" Tanya Jupiter menatapnya heran.

Jane berdiri dan meletakkan piring dimeja dekat lampu hias. Kemudian, dia duduk ditepi tempat tidur. "Saat aku berada dengan Nyonya Daisy, dia mengakui putra-nya."

Lalu Jane menatap Jupiter dan yang lainnya, "Nyonya Daisy mengatakan Roulis ada dibawah tanah dimension ini." Lalu dia menatap Jupiter saja, "Kau pasti tahu siapa Roulis."

Jupiter mengangguk, "Tentu saja." Lalu dia menatap Julian, teralih ke Jane, 'Jangan bilang ada hal yang menyangkut masa lalumu?' batin Jupiter.

Mengerti pandangannya Jane tersenyum pelan, "Pikiranmu benar." Lalu dia menatap lantai.

Julian yang paham pandangannya segera melangkah dan duduk disebelah Jane, dia mendekap dari samping.

Hal itu membuat Jane mengangkat kepala untuk memandang Julian yang terlihat tersenyum padanya, terlihat senyuman rasa bersalah. Jane menggeleng padanya.

Lalu dia mencium dahi dan segera memeluknya, Jane menerima perlakuannya dengan menyenderkan kepala pada bahunya.

"Apakah ada hal lain yang kalian temukan?" Tanya Julian masih dalam keadaan memeluk Jane yang kini dirasakan Julian tengah mengusap tangan miliknya berulang kali.

Anne menggeleng, "Kurasa tidak ada." Jawab dia menatap kakak tertuanya.

"Benar, hanya itu." Jawab Pete Crenshaw.

Namun, ada jawaban berbeda dari salah satu anggota mereka yang terdengar suara perempuan.

"Aku rasa ada."

Enam anggota detektif tersebut terdiam mendengar jawaban yang dikeluarkan Jane, mereka langsung menatapnya.

Begitu pula Julian yang sedang memeluknya.

"Apanya?" Tanya Julian pada Jane.

Jane hendak berdiri, namun Julian bersuara sebelum dia melepas pelukan, "Tetap seperti ini." Lanjutnya pelan.

Jane sudah berhenti mengusap dan hanya memegang kedua tangan Julian, "Ada suatu kenyataan yang saat ini masih belum aku percaya." Kata dia awal.

"Kenyataan awal tentang siapa, Jane?" Tanya George mengarah pandangan padanya.

"Roulis, George." Jawab Jane tepat menatap George. Lalu dia menutup mata, "Aku mendengarnya dari Nyonya Daisy."

Dick yang diam angkat bicara, "Apa dia mengatakan saat kamu dikamarnya?" Tanya dia menatap Jane.

Jane membuka matanya, "Benar, dia menceritakan jika Roulis adalah putra kandung pertama yang bernama asli Cholis Humington. Nyonya Daisy mengatakan itu setelah membawa kembali ingatan masa laluku dengan Julian."

Lalu dia menutup mata lagi dan menggeleng kuat-kuat, dia merasa perih tiap kali mengingat masa lalu.

Julian yang menatapnya seperti sekarang segera memeluknya erat, "Tidak. Jangan mengingatnya lagi, Jane." Dia mengusap punggung Jane berulang kali.

Jane menyembunyikan wajahnya pada bahunya, "Aku ingin melupakan hal itu juga. Kamu kira aku ingin mengingatnya, Julian?" Ucapnya bersuara.

Dapat didengarnya suara Jane bergetar dibahunya, "Jangan pikirkan tentang itu." Ucap Julian.

"Lalu..." Jane menatap Julian dengan kecewa, "Kenapa kamu dulu melakukannya? Kenapa?" Tanya dia memukul dada Julian berulang kali.

Julian menggigit bibirnya, dia terdiam menatap Jane yang menatapnya.

"Aku bertanya padamu, bodoh! Kau lelaki tidak tahu malu yang pernah aku temui." Lalu Jane menunduk.

"Sudah pernah aku katakan jika aku tidak suka kau dekat dengannya atau lelaki lain. Jelas aku cemburu, Jane." Jawab Julian pelan.

Jane menatapnya langsung setelah mendengar jawaban jujur Julian tepat didepan dia dan sahabat mereka. Dulu setelah kejadian itu Julian mengatakannya didekat telinga Jane.

Julian tertawa pelan menatap Jane yang terdiam, "Apa jawabanku kurang jelas?" Dia lalu menarik Jane kembali ke pelukannya, "Aku cemburu menatap kau dengan lelaki lain selain aku."

Jane menggeleng dibahunya, "Tidak, cukup sekali saja. Aku tidak akan dekat dengan lelaki selain dirimu." Ucap dia memeluk Julian.

"Aku tidak senang menatapmu terluka, Jane." Ucap Julian tulus dengan mengusap rambutnya.

**

Hai, hai. Back to me now. Sori kalo beberapa hari ini gak update. Lagi sibuk ini untuk acara sebelumnya. Ini acara yang mungkin membuat kakakku senang. But not for me_-

Cause what?
It's secret, so I can't tell.

Oke dah, sampai jumpa semua.

Jum'at, 30 Juni 2017
At 21.31 PM

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang