Chapter 46 - The Alive Painting - A Man?

148 24 0
                                    

Lagi baik hati jadi double update aja, habis ini cuz kesibukan lagi.
Advanced ...

"Benarkah?" ucap Daisy tersenyum miring.

Lalu Nyonya Daisy membuka lengan kanan Jane yang dilapisi baju sampai siku tangan, "Lalu bukankah ini bekas luka yang diobati Cholis, Jane?" lanjutnya sambil menatap Jane tajam.

------

Jane menahan napas mendengar kelanjutan pertanyaan Nyonya Daisy yang seakan menuntut sebuah kepastian.

Namun, Jane tersenyum miring. Ditarik lengan miliknya dan menutup sebuah luka yang dibuka pada lengannya tadi.

"Luka ini didapat sewaktu tangan saya terkena botol yang dipecahkan suami saya dan tidak ada hubungannya dengan Cholis." Ujar Jane menatap Nyonya Daisy.

Daisy mengangguk mendengarnya, "Oh, tidak ada hubungannya ya?" ucapnya sambil tersenyum miring, "Bagaimana jika Jane memang tidak tahu luka dilengan tidak diobati Cholis, tetapi Roulis?"

Mendengar nama Roulis dia melebarkan matanya, "Ahh, sepertinya benar luka itu diobati olehnya." Kata Daisy menatap kekagetan Jane.

"Nyonya Daisy tahu Roulis?" Tanya Jane masih kaget.

"Tentu saja, Roulis adalah putra pertamaku. Nama aslinya Cholis Humington, kamu pasti hanya tahu nama panggilannya saja." Kata Daisy berdiri membelakangi Jane sambil menutup mata.

"Bagaimana dia sekarang, Nyonya?" Tanya Jane pelan. Namun, masih bisa didengar Daisy.

Daisy berbalik menatap Jane, sudah membuka matanya. "Kau benar-benar ingin mengetahuinya sekarang?" Tanya dia pada Jane yang menunduk.

Jane terdiam, dia sangat mengingat ingatan pada enam tahun lalu dimana kejadian yang sangat tidak ingin dia ingat karena Julian yang awalnya memecahkan botol wine di bar didepannya hingga dirinya yang kaget terjatuh dan lengan kanannya terkena pecahan botol itu.

Roulis yang melihat lengannya terluka pun membantunya berdiri dan hendak membawa Jane pulang ke rumah Jane. Namun, Julian malah menariknya ke salah satu ruangan di bar dan terjadilah pelecehan seksual.

Dia juga merasa bersalah karena menolak tawaran Roulis, saat ini dia menghela napas kasar dan memandang Nyonya Daisy. "Saya tahu sudah tidak menanggapi tawaran dan juga perasaannya."

Lalu Jane berdiri, "Tetapi, jika anda tidak ingin menceritakannya tidak apa. Tolong buka pintunya." Pinta Jane tanpa menatapnya, masih menunduk.

Nyonya Daisy pun membuka kunci pintu dan membuka pintu, "Saya benar-benar minta maaf atas kesalahan saya, Nyonya Daisy." Ucap Jane menundukkan kepala dan badannya sebentar.

Tanpa ada jawaban Jane lalu keluar dari ruangannya. Tetapi, sebelum Jane menjauh dari ruangannya dia mendengar sebuah perkataan.

"Dia sekarang berada diruang bawah tanah. Tentang keadaannya... saya tidak akan menjelaskan." Ucap Nyonya Daisy terdengar serius.

Jane berhenti sebentar mendengarnya, lalu melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

--------

Dick, Jupiter, dan Dionnel masih menyusuri lorong ke arah kiri dengan langkah kedua kaki mereka yang sudah berjalan dengan lelah.

Dick melirik jam tangannya, terlihat jam dua belas siang. Dia pun menghela napas berat, "Apakah lorong ini tidak ada ujungnya?" Tanya dia.

"Sepertinya belum." Jawab Dionnel, dia masih fokus menatap arah depannya.

"Ini bahkan sudah jam dua belas siang." Lanjut Dick berkeluh.

Jupiter mengangkat alis menatapnya, "Benarkah? Berarti sudah tiga setengah jam kita disini."

"Apa kita keluar saja? Aku juga sudah lelah." Tanya Dionnel menatap keduanya.

"Tidak." Jawab Jupiter, "Lebih baik kita terus berjalan, siapa tahu ada tempat lain disini." Ujarnya tenang.

Dick menghela napas lagi, "Tempat apa? Malah sepertinya keheningan yang kita dapat. Tidak ada yang menarik." Ucapnya bosan.

Dionnel lalu menatap pintu yang ada jauh didepannya dan Jupiter juga melihatnya.

"Hey, akhirnya ada ruangan." Kata Dionnel berseru pada mereka.

Dick menatap arah depannya. Benar. Ada sebuah pintu didepan mereka.

Mereka pun melangkah menuju pintu satu-satunya tersebut, lalu setelah berada tepat didepan Dionnel memutar knop pintu dan memasuki ruangan tersebut pelan, diikuti dua orang dibelakangnya.

Jupiter dan dua orang pria tersebut menatap sebuah lorong gelap tersebut, membuat Jupiter menyalakan lampu senter dan mencari saklar. Setelah dapat, dia menyalakannya segera.

Mereka terdiam ditempat menatap ruangan yang lebih mirip penjara bawah tanah tersebut.

Hening, kotor, dan sebuah jeruji besi seperti dipenjara terdapat beberapa meter dari mereka bertiga.

"Tempat apa ini?" Tanya Dick pelan.

Jupiter beralih memandang Dionnel, "Apakah...kamu tahu tempat ini?" Tanya dia pelan.

Dionnel menggeleng, "Tidak sama sekali. Sebaiknya kita lihat saja apa dibalik jeruji besi itu?" katanya mengajak mereka berdua.

"Ya, aku juga penasaran." Sahut Dick padanya.

Mereka bertiga pun melangkah mendekati, namun sosok dibalik jeruji tersebut membuat mereka melebarkan bola mata.

'Bukankah sosok tersebut seperti...' batin Dionnel menatap seorang pria muda yang terlihat sama seperti sebuah foto yang terpajang dikamarnya dahulu.

***

Sepertinya ini words yang terpanjang ya? Gak apalah sekali-kali. Oke, tunggu chapter lanjutnya.

Sampai jumpa.

Selasa, 20 Juni 2017
At 20.36 PM


The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang